Review 'Final Destination Bloodlines': Nostalgia Horor Penuh Gore

- Final Destination Bloodlines menghadirkan teror kematian yang khas, memperluas mitologi waralaba dengan pendekatan emosional dan mendalam.
- Sinematografi film ini dirancang untuk pengalaman sinematik maksimal, dengan teknologi IMAX dan adegan kematian yang lebih mendalam dan menegangkan.
- Film ini tidak hanya menghadirkan teror kematian yang mendebarkan, tetapi juga menyelipkan unsur dark humor serta adegan gore yang eksplisit.
Final Destination Bloodlines (2025) menandai kebangkitan kembali franchise horor ikonik setelah 14 tahun vakum. Film keenam ini tidak hanya menghadirkan teror kematian yang khas, tetapi juga memperluas mitologi waralaba dengan pendekatan yang lebih emosional dan mendalam.
Dalam film ini, takdir kembali menunjukkan sisi paling kejamnya melalui serangkaian kecelakaan tragis yang menantang logika dan naluri bertahan hidup. Namun kali ini, benang merah takdir itu ditarik lebih jauh—menyentuh akar keluarga, warisan trauma, dan kemampuan melihat kematian yang diwariskan lintas generasi.
Kalau penasaran dengan perjalanan kematian yang tak terelakkan dalam Final Destination Bloodlines, bisa menyimak informasinya lewat artikel berikut ini, Bela!
Warisan kematian yang tak terhindarkan

Final Destination Bloodlines menyoroti kisah Stefanie (Kaitlyn Santa Juana), seorang mahasiswi yang dihantui mimpi buruk tentang runtuhnya menara pada tahun 1960-an. Mimpi ini ternyata merupakan firasat yang diwariskan dari neneknya, Iris Campbell (Gabrielle Rose), yang di masa mudanya memiliki kemampuan melihat pratinjau kematian. Setelah Iris meninggal dalam kecelakaan aneh, Stefanie menyadari bahwa keluarganya terjebak dalam siklus kematian yang tak terhindarkan dan berusaha memutus rantai takdir tersebut.
Sinematografi film 'Final Destination Bloodlines'

Dengan sinematografi oleh Christian Sebaldt dan musik oleh Tim Wynn, film ini dirancang untuk pengalaman sinematik maksimal. Dirilis dalam format IMAX, Final Destination Bloodlines memanfaatkan teknologi tersebut untuk menghadirkan adegan kematian yang lebih mendalam dan menegangkan, khas franchise ini.
Sebagai film horor supernatural, sutradara Zach Lipovsky dan Adam Stei—yang pernah menggarap Freaks—tetap setia pada akar franchise dengan menghadirkan adegan kematian kreatif dan mengejutkan. Namun, film ini juga mengeksplorasi tema warisan keluarga, trauma generasi, dan takdir, memberikan dimensi emosional yang lebih dalam dibandingkan pendahulunya.
Dark humor yang mewarnai 'Final Destination Bloodlines'

Final Destination Bloodlines tidak hanya menghadirkan teror kematian yang mendebarkan, tetapi juga menyelipkan unsur dark humor yang menjadi ciri khas waralaba ini. Humor tersebut hadir bukan dalam bentuk lelucon langsung, tetapi lewat situasi ironis dan absurditas kematian yang dialami karakter—di mana upaya mereka menghindari takdir justru memperparah nasib mereka. Hal ini menciptakan momen lucu yang membuat penonton meringis sekaligus tertawa ngeri.
Misalnya, dalam satu adegan, seorang karakter sangat paranoid terhadap benda tajam di sekitarnya, hanya untuk akhirnya tewas oleh sesuatu yang jauh lebih sepele tapi mematikan. Jenis humor seperti ini bersifat satir dan sarkastik, menggambarkan betapa sia-sianya usaha manusia melawan “kematian yang telah ditentukan.”
Waspadai adegan gore

Namun di balik humor gelapnya, Bloodlines tidak menahan diri dalam menyajikan kekerasan grafis. Film ini penuh dengan adegan gore yang eksplisit—darah, anggota tubuh terpotong, hingga luka bakar ekstrem. Salah satu adegan paling mencolok melibatkan karakter yang terbakar habis, dilakukan oleh Yvette Ferguson, stuntwoman berusia 71 tahun, yang menjadikannya orang tertua yang melakukan aksi tersebut di layar lebar Hollywood.
Untuk penonton yang sensitif terhadap visual kekerasan, film ini bisa sangat mengganggu. Rating R yang diberikan bukan tanpa alasan, dan film ini sangat setia pada reputasi Final Destination sebagai salah satu waralaba horor dengan adegan kematian paling kreatif dan mengerikan.
Patut masuk daftar tontonan

Film berdurasi 110 menit ini, berhasil menggabungkan elemen nostalgia dengan pembaruan naratif yang segar. Bagi penggemar horor yang menyukai gore dan ketegangan berpadu dengan cerita emosional, film ini adalah tontonan wajib.
Final Destination Bloodlines dijadwalkan rilis di bioskop pada 16 Mei 2025, dengan penayangan khusus di beberapa bioskop pada 9 dan 10 Mei yang menampilkan film pertama sebagai bagian dari perayaan franchise. Jadi, siap dengan banyak kejutan di Final Destination Bloodlines?



















