Profil Marina Budiman, Miliarder Teknologi Rp79 Triliun Asal Indonesia

- Profil singkat dan latar belakang pendidikan Marina Budiman lahir pada tahun 1961 dan menempuh pendidikan tinggi di University of Toronto, Kanada, dengan fokus pada bidang ekonomi dan keuangan.
- Karier profesional Marina dimulai pada tahun 1985 saat ia bekerja di PT Bank Bali sebagai Account Officer. Tahun 1989, ia resmi menapaki dunia teknologi dengan bergabung sebagai Project Manager di PT Sigma Cipta Caraka.
- Mendirikan Indonet dan DCI IndonesiaTahun 1994 menjadi titik penting dalam karier Marina ketika ia bersama Otto Toto Sugiri mendirikan PT Indonet, penyedia layanan internet pertama di Indonesia.
Sosok Marina Budiman mungkin belum setenar tokoh teknologi global, tapi kiprahnya dalam industri pusat data Indonesia patut diperhitungkan. Di tengah dominasi laki-laki, ia tampil sebagai pionir perempuan yang sukses membawa PT DCI Indonesia Tbk (DCII) menjadi tulang punggung transformasi digital nasional.
Lewat visi jauh ke depan dan keberanian menembus batas industri, Marina tak hanya mengantar DCII tumbuh pesat, tetapi juga membawanya masuk ke jajaran orang terkaya Indonesia dengan kekayaan sekitar Rp79,87 triliun. Siapa sebenarnya Marina Budiman, dan bagaimana ia merintis jalan hingga ke puncak industri teknologi? Mari simak informasinya lewat artikel berikut ini, Bela!
Profil singkat dan latar belakang pendidikan

Marina Budiman lahir pada tahun 1961 dan menempuh pendidikan tinggi di University of Toronto, Kanada, dengan fokus pada bidang ekonomi dan keuangan. Latar belakang akademis tersebut mengantarkannya ke dunia perbankan, jalur yang cukup lazim bagi lulusan ekonomi saat itu. Ia memulai karier profesionalnya di Bank Bali pada tahun 1985 sebagai account officer, di mana ia banyak terlibat dalam pengelolaan keuangan dan strategi bisnis.
Namun, titik balik terjadi saat Marina menangani proyek instalasi perangkat lunak di tempat kerjanya. Dari pengalaman itulah tumbuh ketertarikan mendalam terhadap teknologi informasi, terutama bagaimana sistem digital dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas bisnis. Ketertarikan ini mendorongnya beralih ke sektor teknologi, sebuah langkah berani yang kemudian menjadi fondasi penting dalam perjalanan kariernya.
Perjalanan karier dan ketertarikan pada teknologi

Karier profesional Marina dimulai pada tahun 1985 saat ia bekerja di PT Bank Bali sebagai Account Officer. Di sinilah ia pertama kali terlibat dalam proyek instalasi perangkat lunak yang memicu minatnya terhadap teknologi. Pengalaman ini membukakan matanya bahwa teknologi dapat menjadi pendorong utama efisiensi dan pertumbuhan bisnis.
Tahun 1989, ia resmi menapaki dunia teknologi dengan bergabung sebagai Project Manager di PT Sigma Cipta Caraka, perusahaan penyedia solusi IT. Dalam kurun waktu dua dekade di Sigma, Marina menapaki berbagai posisi strategis, termasuk menjabat sebagai Chief Financial Officer (CFO) dan Direktur Penjualan dan Pengantaran.
Mendirikan Indonet dan DCI Indonesia

Tahun 1994 menjadi titik penting dalam karier Marina ketika ia bersama Otto Toto Sugiri mendirikan PT Indonet, penyedia layanan internet pertama di Indonesia. Indonet menjadi pelopor dalam mengenalkan akses internet kepada masyarakat luas, di saat teknologi ini masih asing di Tanah Air. Keberhasilan Indonet membuat Marina dan Otto melirik peluang yang lebih besar di sektor pusat data.
Pada 18 Juli 2011, bersama Han Arming Hanafia, mereka mendirikan PT DCI Indonesia Tbk (DCII). Perusahaan ini hadir untuk memenuhi kebutuhan akan layanan pusat data dengan standar global. DCII kemudian tumbuh pesat dengan pusat data yang tersebar di Cibitung, Karawang, dan Jakarta.
Pertumbuhan DCII dan kiprah di Bursa Saham

Keputusan membawa DCI Indonesia melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2021 terbukti sangat tepat. Saham DCII yang awalnya ditawarkan seharga Rp420 per lembar, mengalami lonjakan tajam dan sempat menyentuh harga Rp167.950 pada pertengahan 2025. Kapitalisasi pasar DCII pun meroket hingga mencapai sekitar Rp400 triliun, menjadikannya salah satu emiten teknologi paling berpengaruh di bursa.
Marina Budiman sendiri masih memegang 22,51 persen saham perusahaan, menjadikannya pemegang saham individu terbesar kedua setelah Otto Sugiri. Posisi strategisnya sebagai Presiden Komisaris sejak 2016 membuatnya berperan penting dalam arah kebijakan dan pengawasan perusahaan.
Sumber dan estimasi total kekayaan Marina Budiman

Sebagian besar kekayaan Marina Budiman berasal dari kepemilikan sahamnya di PT DCI Indonesia Tbk (DCII). Menurut Forbes Real Time Billionaires per Juli 2025, total kekayaannya mencapai USD 4,9 miliar atau sekitar Rp79,87 triliun, menjadikannya perempuan terkaya di Indonesia dan menempatkannya di posisi ke-772 dalam daftar miliarder dunia. Pencapaian ini merupakan hasil dari strategi investasi jangka panjang, kepemimpinan yang visioner, serta penguasaannya terhadap sektor teknologi yang tumbuh pesat.
Meski kekayaannya sempat meroket, Marina tidak lepas dari gejolak pasar. Saham DCII pernah mengalami koreksi tajam akibat fluktuasi sektor teknologi dan terbatasnya saham yang beredar di publik. Dalam hitungan hari pada awal 2025, kekayaannya dilaporkan turun dari USD 7,5 miliar (sekitar Rp123 triliun) menjadi USD 4,4 miliar (sekitar Rp72 triliun). Namun, penurunan tersebut lebih mencerminkan volatilitas pasar jangka pendek ketimbang kinerja fundamental perusahaan. Marina tetap menjadi pemegang saham utama dan tokoh sentral dalam industri pusat data nasional.
Itulah profil Marina Budiman, sosok visioner di balik pesatnya industri pusat data Indonesia. Perjalanannya membuktikan bahwa ketekunan dan keberanian menembus batas bisa membawa perubahan besar. Kalau kamu punya info menarik lainnya, tulis di kolom komentar, ya, Bela!



















