Sering Pindah Negara, Begini Caranya Fathia Izzati Cari Teman Baru

17 Jul 2018, 10:30 WIB

Photographer: Nicky Gunawan, Fashion Editor: Michael Richards, Asst. Stylist: Lindyra Cesara, Makeup & Hair: Fadilla Azura & Ririnu Yuka, Wardrobe: Agustina Merlyn, Accessories: House of Jealouxy

Nama Fathia Izzati mungkin sudah nggak asing lagi di telinga generasi milenial. Cewek yang akrab disapa Chia ini terkenal berkat video berjudul 21 Accents yang diunggahnya di YouTube. Rupanya, kepiawaiannya dalam menirukan berbagai bahasa asing ini diperoleh karena pengalamannya berpindah-pindah negara.

Sejak kecil, Chia memang pernah tinggal di beberapa negara karena mengikuti ayahnya yang merupakan diplomat untuk bertugas. Sebagian orang mungkin merasa khawatir saat berpindah-pindah tempat tinggal. Salah satu ketakutannya ialah bagaimana beradaptasi dengan lingkungan dan teman-teman baru.

Ditemui secara eksklusif oleh Popbela belum lama ini, Chia pun mencurahkan isi hatinya saat harus bertemu dan berpisah kembali dengan teman-temannya di beberapa negara. Seperti apa ya? Keep scrolling, Bela!

1. Berpindah-pindah dari satu negara ke negara lain membuat kamu harus beradaptasi dengan lingkungan baru. Pernah nggak ngerasa takut nggak punya teman di sana?

“Untungnya banget pas aku sebelum ke New York kan aku sempat SMP di sini. SMP aku selalu di sekolah negeri, nggak pernah swasta. Jadi pas sebelum pindah aku udah punya teman gitu kan, SMP nya di sini. Jadi pas balik lagi, ya at least ada pegangan teman gitu. Mungkin itu salah satu hal yang bikin aku bersyukur banget sih with my mom masukinnya ke sekolah negeri. Karena beda kan sama swasta juga. Hehehe. Terus untungnya nggak terlalu mikirin di sini banget karena teman sudah ada pegangan."

"Paling pas sampai sana sih. Tapi pas sampai New York juga it was excited. Walaupun awal-awal tuh pas ke sana karena masuknya pertengahan tahun gitu kan jadi nggak dari awal. Jadi orang-orang udah pada nge-geng gitu. So sempat sih ada masa-masa kayak I didn’t fit in any of them karena di sana tuh beda banget sebenarnya. Kayak latines sama latines, asians, bisa ada juga yang campur. Tapi pas awal-awal kayak masih malu-malu banget jadi pas masuk high school baru mikir ‘oh ini fresh chance, new start’ gitu cause everybody juga sama kan baru, jadi pas high school baru kayak. Tapi pas junior high masih yang takut gitu.”

2. Apakah ini membuat kamu merasa selalu sedih karena harus berpisah lagi dengan teman-teman?

“Oh of course I’m sad. Cuman aku inget banget pas mau ke Indonesia itu, it so excited gitu. Kangen banget sama Indonesia. And yaudah.”

3. Bagaimana caranya agar kamu nggak sedih tiap kali berpisah?

“Well now we have a social media, right? Cuman emang beda banget sih kayak I even don’t talk with friends yang di sana karena memang udah beda. I think is kalau sama teman tuh pasti ada aja teman yang kita tuh nggak pernah ngomong sama sekali, udah jarang banget nongkrong, nggak pernah kontakan, tapi pas ketemu tuh tetap sama gitu. I have a friend there namanya Prewy. Tahun lalu aku balik ke New York after like 6 years, terus pas ketemu dia masih tetap sama nggak berubah. And kayaknya aku juga tetap sama aja. It so fun.”

4. Biasanya pindahnya berapa tahun sekali sih? Nggak nentu atau gimana?

“Di luar (negeri) 4 tahun, di sini (Indonesia) 2 tahun.”

5. Kamu punya teman dekat nggak di negara-negara yang pernah kamu tinggali ini?

“Ada. Waktu di Afrika kan aku masih kecil banget and I really forgot her name. Kalau yang Kanada ada namanya Lupita. Dia orang Indonesia yang tinggal di sana. Tapi dia bukan Deplu, emang dia tinggal di sana aja gitu. Bapaknya pemain tenis cukup terkenal tapi aku lupa namanya. Hehehe."

"Terus ada lagi di New York namanya Prilly. Ini juga lucu soalnya kita waktu itu lagi di lab ada kelas IPA gitu. Terus ada cewek samping aku, mukanya kok kayak Indonesia, ya. Terus kita disuruh clear up gitu, akhirnya aku clear up with her. Terus aku nanya, ‘Are you Indonesian?’ terus dia jawab ‘Ya!’ Ternyata dia orang Indonesia juga. Tapi dia juga bukan orang Deplu jadi memang tinggal di sana dan dikit banget orang Indonesianya. Kayaknya cuman dia deh (yang bukan orang Deplu), yang lainnya paling anak-anak Deplu juga.”