4 Alasan Ilmiah Mengapa Orang Selingkuh dari Pasangan Sahnya

Ternyata dipengaruhi oleh kondisi otak

4 Alasan Ilmiah Mengapa Orang Selingkuh dari Pasangan Sahnya

Follow Popbela untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Whatsapp Channel & Google News

Isu perselingkuhan akhir-akhir ini sedang ramai dibahas. Banyak public figure yang terseret dalam isu perselingkuhan. Menjalani hubungan berdua, membangun rumah tangga berdua, tetapi bisa berakhir karena orang ketiga.

Tak hanya yang berpacaran, yang menikah pun tak lepas dari masalah perselingkuhan. Selingkuh dalam pernikahan memang sebuah masalah yang tak akan pernah lekang dimakan waktu.

Banyak orang menganggap bahwa laki-laki selingkuh dan meninggalkan istrinya demi perempuan yang lebih seksi atau cantik. Sementara, perempuan akan meninggalkan suaminya demi laki-laki yang lebih mapan.

Padahal, bukan itu alasan sebenarnya seseorang berselingkuh. Ternyata, seseorang bisa selingkuh karena kondisi otaknya. Pasalnya, perselingkuhan, kesehatan otak, dan kondisi mental seseorang memiliki hubungan yang saling berkesinambungan. Bagaimana mereka saling terkait? Simak 4 alasan berbasis neuroscience mengapa seseorang berselingkuh berikut ini, ya, Bela. 

1. Kecanduan euforia cinta

4 Alasan Ilmiah Mengapa Orang Selingkuh dari Pasangan Sahnya

Pengalaman indah jatuh cinta dan tergila-gila dengan seseorang tidak bertahan selamanya. Ahli saraf menemukan bahwa setelah 6 bulan hingga 2 tahun, rasa cinta yang menggebu-gebu itu bisa berubah menjadi cinta dan komitmen yang lebih dalam atau keputusan untuk berpisah dan melepaskan diri.

Banyak terapis pasangan mengatakan bahwa perselingkuhan terjadi karena orang salah mengira kurangnya intensitas dan euforia sebagai tanda bahwa mereka telah putus cinta. Kurangnya euforia ini dapat mendorong seseorang untuk mencari pasangan lain untuk mencoba menciptakan kembali intensitas cinta yang tinggi.

Bagi sebagian orang, kebutuhan untuk merasakan aliran cinta yang baru membuat mereka terus mencari hubungan di luar nikah. Mereka ingin merasakan euforia cinta dengan orang lain, yang padahal siklusnya akan tetap sama. 

2. Kehilangan sirkuit kontrol diri

Sirkuit kontrol diri adalah sistem penyeimbang antara bagian otak limbik yang memotivasi untuk mencari aktivitas yang menyenangkan dan bagian otak korteks prefrontal (PFC) yang membuat seseorang berpikir dua kali sebelum terlibat dalam perilaku berisiko, seperti perselingkuhan.

Ketika sirkuit kontrol diri seimbang, kontrol impuls akan dapat menghentikan seseorang dari berselingkuh. Namun, ketika aktivitas PFC rendah atau bagian otak yang memikirkan perilaku berisiko rendah, terjadi ketidakseimbangan yang menyebabkan seseorang menyerah pada keinginan impulsif tanpa memikirkan konsekuensinya.

Studi pencitraan otak menunjukkan bahwa orang dengan aktivitas PFC yang rendah lebih mungkin untuk bercerai. Untuk mengatasinya, meminta bantuan pada terapis profesional bisa kamu pertimbangkan. Contohnya, kamu bisa mencoba program yang dibuat oleh Stress Management Indonesia seperti Brain Health Assessment untuk mengetahui kondisi sirkuit kontrol diri otak.

  • Share Artikel

TOPIC

trending

Trending

This week's horoscope

horoscopes

... read more

See more horoscopes here