7 Fakta dan Sinopsis Film ‘Jodoh 3 Bujang’, Fenomena Nikah Kembar

- Film Jodoh 3 Bujang bercerita tentang tiga bujang bersaudara yang diminta nikah kembar karena keterbatasan biaya pernikahan.
- Film ini mengangkat fenomena nikah kembar di tradisi orang Bugis-Makassar untuk menghemat biaya pernikahan.
- Kisah dalam film diangkat dari kisah nyata dan menyoroti uang panai serta nilai-nilai keluarga dalam konteks adat.
Menikah menjadi salah satu momen sakral bagi pasangan yang telah menjalin komitmen serius dalam hubungan mereka. Namun, dalam perencanaan dan pelaksanaannya, kerap kali ada tuntutan adat dan tradisi serta memenuhi ekspektasi keluarga besar. Hal inilah yang membuat pernikahan tidak semudah yang diucapkan.
Dalam pernikahan, ada dua keluarga yang disatukan, ada syarat yang harus dipenuhi, yang tak jarang memakan nominal rupiah fantastis! Di Makassar, demi menyiasati fantastisnya biaya pernikahan, ada tradisi atau fenomena 'nikah kembar'. Nah, fenomena ini pun diangkat ke layar lebar dalam film yang berjudul Jodoh 3 Bujang. Penasaran seperti apa filmnya dan siapa pemerannya? Simak fakta dan sinopsisnya berikut ini, ya.
1. Sinopsis film Jodoh 3 Bujang
Film Jodoh 3 Bujang merupakan film komedi romantis terbaru persembahan Starvision dan Rhaya Flicks. Ini merupakan karya sutradara asal Makassar, Arfan Sabran, yang mengikuti kisah tiga bujang bersaudara dalam menghadapi dilema pernikahan kembar yang diminta oleh ayah mereka.
Filmnya menceritakan tiga bujang bersaudara, Fadly (Jourdy Pranata), Kifly (Christoffer Nelwan), dan Ahmad (Rey Bong), yang diminta orang tuanya untuk nikah kembar karena keterbatasan biaya dalam memenuhi tradisi. Namun, calon istri Fadly tiba-tiba dijodohkan orang tuanya dengan laki-laki yang lebih mapan. Fadly harus menemukan jodoh penggantinya di waktu singkat yang tersisa, atau pernikahan kembar mereka terancam batal!
2. Menggambarkan tradisi nikah kembar dari Makassar

Film ini mengangkat fenomena nikah kembar yang terjadi di tradisi orang Bugis-Makassar atau yang disebut dengan “Mappabotting Kambara”. Nikah kembar sendiri merupakan menikah bersama calon pasangan pengantin yang lain dalam satu waktu demi menghemat biaya. Peristiwa pernikahan kembar di Sulawesi Selatan bukan hal yang lazim lagi sebab dalam lima tahun terakhir terdapat beberapa pernikahan kembar yang terjadi. Pernikahan kembar bukan berarti saudara kembar sedarah yang menikah satu sama lain, melainkan dua atau lebih saudara dalam satu keluarga melangsungkan pernikahan secara bersamaan.
Mappabotting Kambara dilaksanakan ketika ada satu keluarga yang memiliki dua anak atau lebih. Saat salah satu dari mereka dilamar atau melamar, maka saudaranya yang belum menikah dalam keluarga tersebut juga akan dicarikan pasangan untuk disatukan dalam satu prosesi pernikahan yang sama. Selain menjaga tradisi masyarakat Bugis, tujuan dari dilakukannya pernikahan kembar itu tidak lain adalah untuk menguatkan ikatan, keakraban, dan kebersamaan dalam keluarga. Terlebih dalam hubungan antar saudara yang sering renggang seiring bertambahnya usia. Berbagai macam persoalan bisa terjadi entah karena pekerjaan, visi dan tujuan hidup yang berbeda, bahkan perselisihan menjelang pernikahan.
3. Diangkat dari kisah nyata

Kisah yang ada di film tersebut diangkat dari kisah nyata. Berdasarkan penuturan sang sutradara, yang juga menulis skenario bersama Erwin Wu dan Alwi Shihab, sosok tiga bujang tersebut memang ada di dunia nyata. Awalnya, proyek ini bermula dari sebuah pitching forum bernama Akatara pada 2019. Dari dokumenter, akhirnya Jodoh 3 Bujang dibuat dalam bentuk film bergenre komedi romantis.
“Saat diminta di Akatara, kami membawa proyek dokumenter. Kami merekam bagaimana karakter tiga bujang yang juga namanya sama seperti di film, Fadly, Kifly, dan Ahmad dalam kenyataannya. Kemudian dari Starvision menawarkan untuk membuatnya menjadi film bioskop. Pak Chand Parwez memberi support untuk saya menyutradarai film itu. Di film Jodoh 3 Bujang, di credit title nanti juga ada sosok asli dari tiga bujang yang menginspirasi film ini,” kata penulis dan sutradara film Jodoh 3 Bujang, Arfan Sabran.
4. Singgung tentang uang panai

Film ini juga menyoroti sedikit tentang uang panai yang menjadi salah satu syarat dalam pernikahan di adat dan tradisi Bugis-Makassar. Di era sekarang, makna uang panai sendiri kini telah mengalami pergeseran. Dalam beberapa kasus, tuntutan adat dapat berubah seiring dengan tekanan ekonomi dan gaya hidup masyarakat modern.
“Di era flexing ini, uang panai kini bergeser maknanya. Nikah kembar menjadi solusi tekanan ekonomi yang ada di Makassar. Semoga hasilnya bisa memuaskan semua penonton dan menjadi kekayaan dari film nasional,” lanjut Arfan.
5. Tragedi jadi komedi, hingga makna keluarga dan perjodohan
Di film Jodoh 3 Bujang, sang sutradara mencoba membicarakan tragedi secara komedi. Dalam official trailer-nya, menampilkan perjalanan Fadly yang berjuang untuk memenuhi ambisi orang tuanya, sekaligus memperlihatkan betapa rumitnya merealisasikan nikah kembar turut menjadi konflik dari ketiga bersaudara tersebut. Sementara Chand Parwez Servia selaku produser, menyatakan bahwa film ini menawarkan sudut pandang yang relevan mengenai dinamika sosial dalam perjodohan, terutama ketika nilai-nilai keluarga dan pilihan pribadi bertemu dalam konteks adat.
“Ini bukan sekadar kisah romantis, tetapi juga refleksi sosial mengenai bagaimana identitas keluarga dan ekspektasi terhadap jodoh dibentuk oleh tradisi,” kata Chand Parwez.
“Film Jodoh 3 Bujang adalah sebuah film yang membawa komedi segar dengan latar belakang cerita yang kuat dari keluarga Bugis-Makassar. Digarap dengan sangat baik oleh sutradara berbakat Arfan Sabran, dan akan membawa penonton Indonesia pada kekayaan cerita yang tidak hanya membawa tawa, namun juga rasa haru dan nilai yang akan memberikan kita refleksi tentang perjodohan, kisah cinta, dan apa arti dari sebuah perjuangan,” tambahnya.
“Ini adalah sebuah cerita yang mengusik saya sejak 2019. Ini adalah kisah nyata. Begitu melihat ceritanya, ini menarik sekali. Bukan saja karena nikah kembarnya yang menarik. Tapi juga ada muatan esensial yang perlu dibawa ke sinema Indonesia, bagaimana perjodohan dipertaruhkan sebagai nama baik keluarga, dan mempertanyakan esensi jodoh pilihan sekali seumur hidup,” tutupnya.
6. Komedi hingga backsound penuh haru

Selain melihat perjuangan ketiga bersaudara itu menikah, film ini juga menyajikan komedi menghibur dari para komika yang ikut bermain di film ini, seperti Musdalifah Basri. Semakin haru, beberapa lagu galau dan romantis dari musisi-musisi ternama juga turut hadir sebagai backsound, seperti “Seberapa Pantas” dari Sheila on 7 dan “Celengan Rindu” dari Fiersa Besari. Di samping itu ada satu lagu lagi, “Bersamamu” dari Jaz, yang juga mengiringi perjalanan tiga bujang dalam menemukan jodohnya.
7. Keberanian untuk nyatakan perasaan

Selain 3 bujang tokoh utama, ada pula karakter Rifa (Aisha Nurra Datau), yang bersahabat dengan Fadly sejak kuliah. Namun, ia akhirnya terpisah karena harus melanjutkan studi S2 di luar kota. Keduanya punya perasaan yang belum terungkap karena jarak di antara mereka, baik itu jarak waktu dan tempat maupun status sosial. Bagi Aisha Nurra Datau, film ini akan sangat dekat dengan banyak orang tentang perasaan-perasaan yang tertunda dan belum terungkap.
“Salah satu sisi yang menarik di film ini adalah bagaimana Rifa dan Fadly, yang mungkin secara strata sosialnya sangat jauh berbeda, keduanya bersahabat. Namun, karena strata sosial itu pula, ternyata ada yang membuat jarak dan akhirnya ada banyak perasaan yang tertunda. Di film ini kita juga akan melihat bagaimana perjalanan seseorang dalam menemukan keberaniannya untuk mengungkapkan perasaan yang sesungguhnya lewat kesempatan kedua dalam persimpangan hidup,” jelas Aisha Nurra Datau.
Penasaran sama filmnya? Kamu bisa menyaksikan film Jodoh 3 Bujang di bioskop mulai 26 Juni 2025.



















