Potret Banjir dan Longsor Sibolga, Penggundulan Hutan Jadi Penyebab?

- Arus air banjir cukup deras di Sibolga dan sekitarnya, merusak rumah, kendaraan, dan infrastruktur lainnya.
- Titik longsor tersebar di beberapa daerah di Sibolga, menyebabkan luka-luka dan kerugian material.
- Banjir dan tanah longsor di Tapanuli Selatan menimbulkan delapan korban jiwa, 58 luka-luka, dan ribuan warga mengungsi.
Akibat cuaca ekstrem sejak Senin (24/11) kemarin, empat wilayah kabupaten di Provinsi Sumatera Utara, yang meliputi Sibolga, Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah dan Tapanuli Selatan diterjang banjir dan tanah longsor.
Bencana ini mengakibatkan rumah-rumah warga terendam dan rusak. Selain itu, korban jiwa pun terus berjatuhan. Berikut potret banjir dan longsor yang terjadi di wilayah Sibolga dan sekitarnya.
1. Arus air banjir cukup deras

Mengutip dari siaran pers resmi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), wilayah yang terdampak banjir ini meliputi Kelurahan Angin Nauli di Kecamatan Sibolga Utara, Kelurahan Aek Muara Pinang dan Aek Habil di Kecamatan Sibolga Selatan, Kelurahan Pasar Belakang dan Pasar Baru di Kecamatan Sibolga Kota.
Dari laporan visual, banjir mengalir cukup deras dan menghantam rumah, menyeret kendaraan hingga infrastruktur lain yang dilewatinya. Arus air itu juga membawa material seperti lumpur, ribuan batang pohon, puing bangunan dan sampah rumah tangga.
2. Titik longsor di Sibolga tersebar di beberapa daerah

Sementara itu, wilayah terdampak tanah longsor meliputi Kelurahan Angin Nauli, Simare-mare, Sibolga Hilir, Hutabarangan, Huta Tonga dan Sibual-buali di Kecamatan Sibolga Utara. Berikutnya Kelurahan Parombunan dan Aek Mani di Kecamatan Sibolga Selatan, Kelurahan Pancuran Bambu, Pancuran Dewa dan Pancuran Kerambil di Kecamatan Sibolga Sambas. Selanjutnya Kelurahan Pasar Belakang, Pasar Baru dan Pancuran Gerobak di Kecamatan Sibolga Kota.
Akibat bencana ini, satu warga mengalami luka-luka dan telah mendapatkan perawatan oleh tim kesehatan. Kerugian material untuk sementara mencakup tiga unit rumah terdampak termasuk satu ruko. Beberapa akses jalan juga terdampak sehingga mengganggu mobilisasi warga.
3. Timbulkan korban jiwa di Tapanuli

Dari wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan, bencana banjir dan tanah longsor telah menyebabkan delapan warga meninggal dunia, 58 luka-luka dan 2.851 warga terpaksa harus mengungsi.
Hasil kaji cepat sementara BNPB, dua bencana ini telah berdampak di 11 kecamatan yang meliputi Sipirok, Marancar, Batangtoru, Angkola Barat, Muara Batangtoru, Angkola Sangkunur, Angkola Selatan, Sayur Matinggi, Batang Angkola, Tanah Timbangan dan Angkola Muaratais.
Sementara itu, sebanyak 50 unit rumah terdampak dan dua jembatan terputus akibat banjir serta tanah longsor di Kabupaten Tapanuli Utara. BPBD dan tim gabungan melakukan pendataan dan merekomendasikan jalur alternatif Pangaribuan-Silantom sebagai akses jalan sementara.
Beralih ke wilayah Tapanuli Tengah, sebanyak 1.902 unit rumah terdampak banjir di 9 kecamatan, antara lain Kecamatan Pandan, Sarudik, Badiri, Kolang, Tukka, Lumut, Barus, Sorkam dan Pinangsori.
4. Pengaruh Siklon Tropis KOTO dan Bibit Siklon 95B

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melalui Tropical Cyclone Warning Center (TCWC) Jakarta melaporkan Siklon Tropis KOTO yang berkembang di Laut Sulu dan Bibit Siklon 95B yang terpantau di Selat Malaka memengaruhi peningkatan curah hujan dan angin kencang di Sumatera bagian utara.
Bibit Siklon 95B memengaruhi pembentukan awan konvektif yang meluas di atas Aceh hingga Sumatera Utara sehingga menyebabkan meningkatnya curah hujan ekstrem dalam beberapa hari terakhir. Sistem ini berpotensi memicu hujan sedang hingga lebat di Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Riau, disertai angin kencang di Aceh dan Sumatera Utara.
Sementara itu, Siklon Tropis KOTO melalui pola belokan angin dan penarikan massa udara basah (inflow) ke pusat siklon meningkatkan pertumbuhan awan hujan di wilayah barat Indonesia, termasuk Sumatera Utara. Siklon ini berpotensi menyebabkan hujan sedang hingga lebat di Kalimantan Barat dan Kepulauan Riau.
5. Penggundulan hutan jadi penyebab lainnya?
Namun, Siklon Tropis KOTO dan Bibit Siklon 95B tampaknya bukan satu-satunya penyebab dari banjir dan tanah longsor ini. Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Sumatera Utara melalui akun Instagram resminya mengungkap bahwa eksploitasi alam memperparah bencana.
Jika dilihat kembali, daerah yang paling terkena dampak banjir dan longsor ini berada di Ekosistem Harangan Tapanuli (Ekosistem Batang Toru), yaitu Sibolga, Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah dan Tapanuli Selatan. Area ini tercatat mengalami deforestasi besar-besaran, mulai dari tambang emas, pembangkit listrik tenaga air (PLTA), hingga perkebunan sawit.
Lewat unggahan lainnya, WALHI Sumatera Utara mengumpulkan dokumentasi penampakan kayu gelondongan yang ikut terbawa arus banjir. Menurut keterangan yang tertera, video tersebut diambil di PLTA Sinarbaru, Tapanuli Selatan. Pemerintah pun didesak untuk mencabut izin peusahaan-perusahaan yang merugikan lingkungan.
Popbela turut berduka atas musibah banjir dan tanah longsor yang melanda Sibolga, Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah dan Tapanuli Selatan. Mari kita doakan semoga keadaan lekas pulih.



















