Baca artikel Popbela lainnya di IDN App
For
You

5 Fakta tentang Banjir Rob dan Ancaman Cuaca Ekstrem di Jakarta

atilla-bingol-RcEWuCd3dK4-unsplash (1).jpg
Unsplash.com/Atilla Bingol
Intinya sih...
  • Kemarau basah dipicu oleh melemahnya Monsun Australia dan suhu laut yang tetap hangat, mengakibatkan hujan terus turun sepanjang kemarau.

  • BMKG mencatat cuaca ekstrem di wilayah barat dan tengah Pulau Jawa, termasuk Jabodetabek, dengan prediksi berlanjut hingga sepekan ke depan.

  • Banjir rob mengancam wilayah Jakarta Selatan akibat pasang maksimum air laut yang berlangsung mulai 4 hingga 13 Juli 2025.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Buat kamu yang akhir-akhir ini merasa cuaca terasa lebih lembap dan hujan sering turun meski sedang musim kemarau, ada penjelasannya, nih, Bela. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) baru saja merilis peringatan penting tentang anomali cuaca yang tengah terjadi di Indonesia. Fenomena ini dikenal dengan sebutan kemarau basah, di mana hujan masih terus turun walau seharusnya sudah memasuki musim kemarau.

Melalui konferensi pers daring pada 7 Juli 2025, BMKG menjelaskan bahwa anomali cuaca ini dipicu oleh berbagai faktor atmosfer, mulai dari Monsun Australia yang melemah, suhu laut yang hangat, hingga gangguan atmosfer lainnya. Yuk, simak lima hal penting yang perlu kamu tahu soal kondisi cuaca ekstrem saat ini dan dampaknya bagi kita semua.

1. Penjelasan soal kemarau basah

darkstar-sr72-jOmTCJxU0ZU-unsplash.jpg
Unsplash.com/Darkstar

Musim kemarau tahun ini terasa sangat berbeda dibanding tahun-tahun sebelumnya. BMKG menyebutkan bahwa hujan akan terus turun sepanjang kemarau karena adanya anomali cuaca. Ini dipicu oleh melemahnya Monsun Australia dan suhu muka laut di selatan Indonesia yang tetap hangat, sehingga memperkuat pembentukan awan hujan di sejumlah wilayah.

Kondisi ini tidak hanya bikin langit sering mendung dan udara lebih lembap, tapi juga menandai kemunculan fenomena kemarau basah. Istilah ini mengacu pada kondisi curah hujan yang tetap tinggi selama musim kemarau. Artinya, kita tidak bisa lagi mengandalkan pola cuaca lama untuk merencanakan aktivitas, karena musim sudah mulai bergeser dan tidak lagi teratur.

2. Cuaca ekstrem di berbagai wilayah yang akan berlangsung hingga sepekan ke depan

daoudi-aissa-Pe1Ol9oLc4o-unsplash.jpg
Unsplash.com/Daoudi Aissa

Cuaca ekstrem bukan lagi hal langka, bahkan kini menjadi bagian dari keseharian di banyak daerah. BMKG mencatat bahwa wilayah barat dan tengah Pulau Jawa, termasuk Jabodetabek, sedang mengalami hujan dengan intensitas sangat tinggi. Pada 5 Juli 2025, hujan lebih dari 100 mm per hari tercatat di Bogor, Mataram, dan beberapa wilayah Sulawesi Selatan, menyebabkan banjir hingga longsor.

Tak hanya itu, hujan ekstrem juga melanda Jakarta dan Tangerang pada 6 Juli, yang berimbas pada genangan air, kemacetan panjang, hingga gangguan aktivitas masyarakat. BMKG memprediksi cuaca ekstrem ini masih akan terus berlanjut dalam sepekan ke depan, terutama di wilayah Jawa bagian barat dan tengah, Kalimantan Timur, NTB, Maluku, hingga Papua.

3. Banjir rob mengancam wilayah Jakarta

Banjir Rob Jakarta.jpg
RRI.co.id

Selain hujan ekstrem, masyarakat yang tinggal di pesisir juga perlu waspada terhadap banjir rob. BMKG mengeluarkan peringatan dini potensi banjir pesisir akibat pasang maksimum air laut yang berlangsung mulai 4 hingga 13 Juli 2025. Fenomena ini terjadi karena Bulan Baru dan Perigee—momen di mana bulan berada paling dekat dengan Bumi.

Kombinasi dua fenomena tersebut menyebabkan ketinggian muka air laut meningkat secara signifikan. Dampaknya sudah mulai terasa, dengan status Pintu Air Pasar Ikan diangkat ke level Siaga 2 sejak 5 Juli. Genangan akibat rob berpotensi mengganggu aktivitas warga di kawasan pesisir dan memperburuk kondisi jika terjadi bersamaan dengan hujan deras.

4. Modifikasi cuaca untuk menekan dampak buruk dari cuaca ekstrem

erik-witsoe-mODxn7mOzms-unsplash (1).jpg
Unsplash.com/Erik Witsoe

Melihat cuaca ekstrem yang terus berlangsung, BMKG bekerja sama dengan BNPB dan pemerintah daerah untuk melakukan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC). Operasi ini bertujuan untuk mengendalikan curah hujan, terutama di wilayah-wilayah yang rentan terdampak seperti DKI Jakarta dan Jawa Barat. OMC dijadwalkan berlangsung hingga 11 Juli 2025, tapi akan terus disesuaikan berdasarkan kondisi terkini.

Langkah ini menjadi penting untuk mencegah dampak lanjutan seperti banjir, longsor, atau pohon tumbang yang bisa mengganggu kehidupan masyarakat. Koordinasi juga dilakukan dengan operator transportasi dan instansi terkait lainnya agar peringatan cuaca bisa diterjemahkan menjadi tindakan nyata di lapangan.

5. Akan berlangsung hingga Oktober 2025

Berdasarkan prediksi dari BMKG, cuaca ekstrem dengan curah hujan yang tinggi masih akan terus berlangsung hingga Oktober 2025 mendatang. Maka dari itu, tidak ada salahnya untuk selalu rutin memantau prediksi cuaca dari BMKG setiap harinya agar kita bisa mempersiapkan diri menghadapi cuaca yang ekstrem, terlebih lagi jika kamu ada agenda di luar ruangan atau outdoor.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Niken Ari Prayitno
EditorNiken Ari Prayitno
Follow Us

Latest in Lifestyle

See More

Update Penyaluran Bantuan untuk Sumatra yang Dipimpin Ferry Irwandi, Donasi Tembus Rp10,3 Miliar!

05 Des 2025, 12:35 WIBLifestyle