Sejarah Gundik, Kisah Pahit di Balik Film yang Dibintangi Luna Maya

- Film Gundik karya Anggy Umbara tayang di bioskop mulai 22 Mei.
- Pergundikan berkaitan dengan kolonialisme Belanda di Indonesia, dimulai dari abad ke-17 hingga puncaknya pada tahun 1870.
- Film ini mengisahkan empat orang yang merampok rumah Nyai (Luna Maya) yang merupakan seorang gundik, dengan berbagai misteri dan rahasia yang mengerikan.
Film Gundik karya sutradara Anggy Umbara sudah tayang di bioskop mulai 22 Mei. Tak hanya ramai diperbincangkan karena mengusung genre horor, film ini juga mencuri perhatian karena dibintangi oleh Luna Maya dan Maxime Bouttier yang baru-baru ini menikah.
Gundik sendiri merupakan istilah lain dari selir. Umumnya, perempuan yang dilabeli sebagai gundik merupakan istri tidak sah dari seorang laki-laki yang sudah menikah. Mereka biasanya disapa dengan panggilan "Nyai".
Akan tetapi, istilah gundik rupanya memiliki sejarah panjang dan erat kaitannya dengan kolonialisme yang bertahan lama di Indonesia. Seperti apa kisahnya?
Pergundikan di era kolonialisme Belanda

Praktik pergundikan banyak dibahas di dalam buku. Mengutip dari Historia.id, hal ini terkait dengan kebiasaan anggota komunitas dagang di kota-kota dagang besar Asia, seperti Malaka dan Ayyythaya.
Di Ayyuthaya khususnya, hal ini sudah lumrah terjadi sejak abad ke-17. Mereka biasanya menunjuk seorang perempuan lokal untuk menemani selama bertugas. Raja Thailand kala itu masih mengizinkan selagi para pedagang menerapkan aturan sesuai daerah asal masing-masing, mulai dari Gujarat, Jawa, Tiongkok, Coromandel, Pegu, Portugis, Malaka, Belanda, dan Prancis.
Saat Belanda menjajah Indonesia, lelaki kulit putih malah dianjurkan memiliki seorang Nyai agar bisa cepat beradaptasi. Selain sebagai pelayan dan teman tidur, para perempuan tersebut biasanya juga mengajarkan adat, kebiasaan, dan bahasa setempat. Puncak maraknya praktik pergundikan terjadi sekitar tahun 1870, ketika budidaya tanaman ekspor meledak.
Meski dinilai dapat meningkatkan status sosial di kalangan warga lokal, gundik nyatanya mengalami banyak hal yang tidak manusiawi. Mereka rawan mendapat kekerasan seksual dari tuannya. Tak hanya itu, mereka juga dipanggil dengan sebutan yang merendahkan, seperti inlandse huishoudster (pembantu rumah tangga), meubel (perabot), inventarrisstuk (barang inventaris), boek (buku), hingga woordenboek (kamus).
Gundik di mata hukum

Di mata hukum pun, gundik merupakan kaum rentan. Mereka bisa saja dicampakkan sewaktu-waktu hingga tak memiliki hak atas anak-anaknya. Reggie Baay dalam Nyai & Pergundikan di Hindia Belanda menyebutkan hal tersebut tercantum dalam Pasal 40 dan 354 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tahun 1848.
Praktik pergundikan mulai bergeser sejak meningkatnya persentase kehadiran perempuan Eropa hingga 300% pada 1890–1920. Pernikahan sesama kulit putih terus didorong dan prostitusi jadi praktik yang lebih populer jika lelaki Belanda ingin berhubungan seksual dengan perempuan lokal. Di sisi lain,laki-laki yang masih melakukan pergundikan hidup dengan menyembunyikan gundiknya dari masyarakat.
Sinopsis film Gundik
Film Gundik mengisahkan tentang empat orang yang mendapatkan pekerjaan untuk merampok emas di salah satu rumah. Namun, target tersebut bukan rumah biasa, melainkan rumah Nyai (Luna Maya) yang merupakan seorang gundik.
Rentetan kejadian tak masuk akal langsung menyambut ketika mereka mulai melakukan tugasnya. Tak cuma digosipkan sebagai seorang seorang gundik, sang Nyai rupanya juga menyimpan sebuah rahasia dan misteri yang begitu besar dan mengerikan.
Dalam trailer berdurasi 2 menit tersebut, Nyai yang berparas cantik tersebut mengatakan tidak ada yang bisa keluar dari rumah itu dalam keadaan hidup. Jika kamu penasaran dengan kelanjutan ceritanya, jangan lupa nonton film Gundik di bioskop, ya, Bela!



















