Review 'No Other Choice': When Job Seeking Goes Wrong

- Film Korea No Other Choice tayang di bioskop Indonesia mulai 1 Oktober
- Rating film ini mencapai 100% di platform Rotten Tomatoes
- No Other Choice menguraikan dampak negatif kapitalisme dengan sentuhan komedi gelap
Film Korea No Other Choice akhirnya tayang di bioskop Indonesia mulai 1 Oktober. Karya sutradara Park Chan Wook ini menuai pujian dari banyak kritikus film usai ditayangkan di Venice Film Festival 2025. Ratingnya bahkan menembus 100% di platform Rotten Tomatoes.
Selain menjual nama besar sang sutradara, No Other Choice turut dibintangi oleh sederet aktor dan aktris ternama Korea Selatan. Ada Lee Byung Hun, Son Ye Jin, Lee Sung Min, Yeom Hye Ran, Park Hee Soon, Cha Seung Won, hingga Yoo Yeon Seok. Isu yang diangkat pun begitu dekat dengan kehidupan sehari-hari kita, mulai dari PHK dan job seeking yang terhambat usia.
Butuh sedikit bocoran ceritanya sebelum menonton sendiri di bioskop? Simak review film No Other Choice dari Popbela di bawah ini.
Sinopsis film No Other Choice
No Other Choice adalah cerita tentang Mansu (Lee Byung Hun) yang dipecat setelah 25 tahun mengabdi di Pabrik Kertas Taeyang. Posisinya sebagai manajer tak menjamin keamanan kariernya. Tenaga kerja manusia lainnya pun perlahan tergantikan oleh mesin dan artificial intelligence (AI).
Sempat yakin akan kembali bekerja setelah tiga bulan, ia harus menghadapi kenyataan pahit bahwa ia bukanlah satu-satunya ahli di bidang kertas yang kehilangan pekerjaan. Demi satu posisi di perusahaan kertas Papyrus, ia melakukan hal nekat, yaitu menghabisi nyawa tiga pesaingnya dengan dalih "tak ada pilihan lain".
Kritik sosial berbalut humor gelap

In this economy, mencari pekerjaan memang tak semudah membalikkan telapak tangan. Realita ini makin terasa seperti ungkapan "sudah jatuh tertimpa tangga" jika usia tak lagi muda. Bagaimana tidak? Selain diri sendiri, masih ada keluarga yang juga harus dinafkahi.
No Other Choice merupakan sebuah film yang menguraikan berbagai dampak negatif kapitalisme. Rasa kemanusiaan yang awalnya dimiliki Mansu, perlahan memudar akibat tuntutan hidup yang membutuhkan uang dan jabatan. Tanpanya, kenyamanan yang selama ini ia usahakan untuk keluarganya harus terenggut begitu saja. Belum lagi putrinya merupakan pemain cello genius yang berkebutuhan khusus.
Meski isu yang diangkat cukup serius, Park Chan Wook berhasil menyajikannya dengan sentuhan komedi gelap. Kehadiran Miri (Son Ye Jin) sebagai istri Mansu mewakili realita bahwa di luar sana ada istri-istri yang bersedia melakukan apa saja untuk mendukung sang suami. Di balik sifatnya yang hangat, ia bisa memiliki kompas moral yang berseberangan agar keluarganya bertahan hidup.
Salah satu adegan komedi gelap paling intens dalam film ini adalah adegan Mansu saat ingin membunuh Beommo (Lee Sung Min) yang kemudian dipergoki oleh istrinya, Ara (Yeom Hye Ran). Entah itu long shot atau bukan, durasi adegannya cukup panjang. Berhubung ketiga karakter tersebut diperankan oleh para aktor berpengalaman, atmosfer satire dan ketegangannya menghadirkan reaksi tertawa sambil diliputi kecemasan.
Sinematografi dramatis

Tinggal di Indonesia yang pasar kerjanya sama-sama sedang seret, menonton film ini membuat saya menonton realita sehari-hari dengan sinematografi yang lebih ciamik. Eksplorasi angle dan zooming yang digunakan Park Chan Wook seperti di film-filmnya yang lain membuat kita melihat lebih dekat bagaimana detail ekspresi para manusia modern ini menghadapi ketidakpastian masa depan.
Selain akting para aktornya, ketegangan dalam film No Other Choice juga diciptakan oleh transisi adegan yang mencengangkan. Penggunaan teknik double exposure membuat beberapa bagian terasa lebih dramatis. Salah satu yang paling saya ingat adalah momen Mansu dan Miri sama-sama menggali tanah di tempat berbeda, tetapi footage-nya dibuat berdampingan.
Jangan lupakan soal aspek scoring yang selalu menjadi ciri khas karya Park Chan Wook. Ia kembali menggaet music director andalannya, Jo Young Wook, yang juga berpartisipasi dalam film-film terdahulunya seperti The Handmaiden dan Decision To Leave. "Red Dragonfly" milik penyanyi Cho Yong Pil giliran menjadi signature song untuk No Other Choice.
Secara keseluruhan, No Other Choice merupakan sebuah film yang menarik untuk ditonton. Perlu dicatat, film ini memiliki rating 17+ karena melibatkan adegan kekerasan dan ketelanjangan. Rasakan sensasi ketegangan ceritanya di bioskop CGV, Cinépolis, FLIX, atau XXI kesayangan kamu, ya, Bela!



















