Peran Tergelap Niken Anjani di Film Horor yang Penuh Misteri

- Niken Anjani berperan sebagai antagonis dalam film horor Penjagal Iblis: Dosa Turunan
- Film ini mengangkat cerita kuat tentang perempuan, tradisi, dan kekuatan dari dalam diri serta membahas konflik dua kelompok turun-temurun
- Film ini sarat dengan unsur misteri, thriller, mantra Jawa, dan kejadian mistis yang membuat proses syuting menegangkan bagi Niken Anjani
Selalu tampil memukau dalam tiap peran, Niken Anjani kali ini hadir dengan karakter paling gelap yang pernah ia mainkan dalam film Penjagal Iblis: Dosa Turunan. Bukan hanya soal teror supranatural, film ini juga mengangkat cerita yang kuat soal perempuan, tradisi, dan kekuatan dari dalam diri.
Dalam wawancara eksklusif bersama POPBELA, Niken berbagi cerita tentang pengalaman syuting yang menegangkan hingga tantangan menyelami sosok villain penuh mantra. Bagaimana kisahnya? Simak, yuk!
Cerita yang penuh lapisan

"Skripnya bener-bener menarik," ujar Niken, membuka wawancara kala itu saat POPBELA tanya alasannya ikut bergabung dengan proyek film ini.
Ia menyukai cerita film ini yang nggak hanya soal horor dan jumpscare, tapi juga mengandung unsur misteri, thriller, hingga kisah perlawanan dua tokoh perempuan, yakni Ningrum (diperankan oleh Satine Zaneta) dan Pakunjara (Niken Anjani).
"Aku belum pernah dapet peran yang benar-benar hitam, antagonis banget. Jadi tertantang banget di sini," tambahnya.
Cerita yang multilayered ini menjadi daya tarik tersendiri. Menurut Niken, Penjagal Iblis: Dosa Turunan bukan cuma cerita hantu biasa, tapi juga membahas konflik dua kelompok turun-temurun, yang kalau diibaratkan seperti Pandawa dan Kurawa. "Unsur lokal dan budaya Indonesia sangat kental di sini, jadi makin kaya dan menarik untuk diperankan," katanya.
Mantra Jawa dan kejadian mistis yang bikin merinding

Selanjutnya, fakta menarik yang patut kita kulik dari film ini adalah mitos yang mengiringi kisahnya. Film ini mengambil inspirasi dari budaya lokal. Uniknya, karakter Pakunjara yang diperankan Niken menggunakan mantra dalam bahasa Jawa Kuno dengan aksara Sansekerta.
"Artinya serem-serem banget, kayak pemanggilan arwah. Jadi pas ngafalin tuh harus ngerti juga maknanya," katanya.
Bahkan ada satu kejadian mistis di rumah Niken saat ia latihan mantra sendirian. Saat itu, kata Niken, ia sedang di rumah sendiri bersama asisten rumah tangganya yang sedang tidur di lantai bawah. Dengan serius, Niken mencoba menghafalkan mantra tersebut. Tapi tak lama, ada suara benda jatuh di dekatnya. Padahal saat itu tak ada siapapun dan asisten rumah tangganya masih tidur di kamarnya sendiri. Serem, sih, tapi Niken tetap profesional untuk menghafalkan dan mendalami peran Pakunjara.
Proses mempelajari mantra ini juga bukan hal sepele, sebab ini pula yang membantunya bisa berakting maksimal sebagai sosok antagonis yang begitu gelap.
"Bahasanya bukan bahasa Jawa sehari-hari, jadi aku harus benar-benar tahu maknanya," jelas Niken. Ia pun dibantu tim khusus dari film yang memang paham soal bahasa Jawa kuno ini, untuk menjaga otentisitas dan juga keamanan saat membacakan mantra di lokasi syuting.
Adegan paling menegangkan: berdiri di rooftop

Salah satu adegan paling mendebarkan buat Niken adalah saat ia harus berdiri di ujung rooftop gedung tinggi. Sebagai seseorang yang memang takut akan ketinggian, hal ini benar-benar menjadi tantangan untuknya. Niken harus mengalahkan rasa takutnya dan tetap profesional dalam berakting.
"Ada pengaman, sih, tapi tetep aja berdiri di ujung bikin aku mau nangis," ungkapnya. Meskipun menakutkan, ia berhasil melewati adegan itu dengan totalitas.
Adegan itu, lanjut Niken, direkam pada malam hari di salah satu rooftop gedung dan menjadi salah satu scene terakhir yang diambil.
"Rasanya waktu itu udah lelah banget, suasana udah dingin, udah larut, tapi aku tetap harus ada di sana, berdiri di tepi. Syukur, bisa dilewati dengan baik," kenang Niken. Real fear, real acting!
Suasana yang mendukung selama syuting

Memerankan sosok dengan intensitas emosi yang cukup dinamis, tentu Niken memiliki trik khusus saat harus masuk menjadi sosok Pakunjara. Menurutnya, jalan-jalan dan mengenakan kostum membuatnya mudah masuk ke dalam karakter dengan mudah.
"Aku pribadi ada ritual kecil sih, kayak jalan-jalan dulu di lokasi sebelum mulai syuting. Supaya nyatu sama set-nya. Jadi, pas mulai take sudah tahu 'oh nanti ke sini' lalu 'ke sini'," ceritanya.
Menurut Niken, kru dan pemain juga selalu menjaga energi positif selama di lokasi membuatnya mudah menjalin chemistry dan mendalami karakter. "Kita sering bareng-bareng dulu sebelum syuting, keliling set, jadi chemistry-nya cepet dapet," ujarnya. Hal-hal kecil ini ternyata sangat membantu menjaga mental dan mood di tengah suasana syuting yang sibuk.
Film yang sarat woman empowerment

Film horor masih menjadi primadona di kalangan pencinta film Tanah Air. Lantas, apa yang membuat film Penjagal Iblis: Dosa Turunan berbeda dibanding dengan film horor lainnya?
Menurut Niken, yang membedakan film ini adalah tokoh hero dan villain-nya yang sama-sama perempuan. "Dua perempuan kuat dengan misi masing-masing. Nggak sering kita lihat itu di film Indonesia," ujarnya. Film ini pun membawa nuansa pemberdayaan perempuan dengan cara yang tidak menggurui, tapi tetap impactful.
Ia menambahkan bahwa karakter-karakter perempuan di film ini digambarkan sangat kuat dan tidak dikerdilkan oleh peran gender. "Ini bukan tentang siapa yang baik atau jahat, tapi dua perempuan dengan prinsip dan tekad masing-masing. Aku rasa ini penting banget untuk ditonton perempuan Indonesia," tutup Niken.



















