Carl Honore, penulis In Praise of Slowness, yang dianggap banyak orang sebagai manifesto dari gerakan lambat, menjelaskannya: “Ini adalah revolusi budaya melawan gagasan bahwa lebih cepat selalu lebih baik. Filosofi lambat bukanlah tentang melakukan segala sesuatu dengan kecepatan siput. Ini tentang berusaha melakukan segalanya dengan kecepatan yang tepat. Menikmati jam dan menit daripada hanya menghitungnya. Melakukan segalanya dengan sebaik mungkin, bukannya secepat mungkin. Ini tentang kualitas daripada kuantitas dalam segala hal, mulai dari pekerjaan hingga makanan hingga bagaimana menjalani parenting."
Dalam buku Wendy Parkins yang berjudul Out of Time: Fast Subjects and Slow Living, Wendy menerangkan bahwa slow living melibatkan negosiasi sadar, dari berbagai hal duniawi yang membentuk kehidupan kita sehari-hari. Hal ini berasal dari komitmen untuk mengisi waktu dengan lebih penuh perhatian.
Dengan mengadopsi gaya hidup slow living, subjek berusaha menghasilkan praktik alternatif kerja dan waktu luang, keluarga hingga bersosialisasi.
Slow living menolak keyakinan bahwa lebih cepat lebih baik. Hidup lambat juga realistis, karena kita semua tahu ada kalanya kita harus bertindak cepat. Efisiensi ada pada tempatnya, tetapi terlalu sering melibatkan efisiensi dan kesibukan, malah bisa merampas tujuan dan kegembiraan hidup kita.
Dengan kehidupan yang lambat, kamu memiliki kesempatan untuk mengevaluasi apa yang penting, membuat keputusan secara sadar dan lebih matang alih-alih karena kebiasaan, serta benar-benar mengalami dan menikmati saat kita berada.