Tutup
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
unfortunately

Review ‘Budi Pekerti’: Satu Lagi Karya Cerdas dari Wregas

Memaknai kembali budi pekerti melalui kisah yang hangat

Niken Ari Prayitno

Media sosial kini menjadi pisau bermata dua. Di satu sisi, kita bisa mendapat banyak keuntungan, salah satunya menjadi tempat bertahan sementara di masa pandemi kemarin. Namun, di sisi lain, melalui media sosial pula, hidup kita bisa berubah seratus delapan puluh derajat. Entah itu ke arah yang baik, atau malah sebaliknya. 

Keluarga sederhana Pak Didit (Dwi Sasono) salah satu buktinya. Hidup mereka yang tenang, berubah porak poranda dalam satu malam karena media sosial. Ada apa sebenarnya? Dan bagaimana mereka mengatasinya?

Sinopsis: ketika hal yang salah menjadi sebuah kebenaran karena banyak yang menyuarakannya

Instagram.com/filmbudipekerti

Prani Siswoyo (Sha Ine Febriyanti) tak menyangka kedatangannya ke pasar untuk membeli kue putu Bu Rahayu malah membuatnya viral di media sosial. Viralnya Prani bukan tanpa alasan. Antrian yang panjang dan cukup membuat dirinya lelah, telah memicu sedikit emosi terhadap seorang pria yang diduga akan menyerobot antriannya.

Merasa permasalahannya telah selesai saat meninggalkan pasar, Prani melanjutkan hidupnya seperti biasa. Namun, dugaannya ternyata salah. Masalah baru saja dimulai. Potongan video Prani saat marah-marah di pasar langsung viral dalam waktu satu malam. Muklas (Angga Aldi Yunanda) dan Tita (Prilly Latuconsina) sebagai anak Prani berusaha sebisa mungkin menyelesaikan masalah tersebut dengan caranya masing-masing.

Sementara itu, di sisi lain, ketiganya bukan cuma harus menyelesaikan kasus Prani yang viral. Tapi juga, menjaga kesehatan mental Pak Didit yang tengah diterpa depresi.

Satu lagi karya cerdas dari Wregas

Instagram.com/filmbudipekerti

Setelah bersinar dengan Penyalin Cahaya di tahun lalu, Wregas Bhatuneja kembali memeriahkan panggung perak melalui karya terbarunya Budi Pekerti. Kisah yang dibawa oleh film ini sebenarnya sederhana: bermedia sosial dengan baik dan tetap tidak menghakimi sebelum mengetahui kebenaran yang sesungguhnya. Meski sederhana, melalui berbagai simbol dan semiotika di sepanjang filmnya membuat Budi Pekerti menjadi film yang kaya dengan misi yang mulia.

Pemikiran cerdas dari Wregas yang dapat kita saksikan dalam film ini terlihat dari berbagai simbol yang terserak di sepanjang film. Ini membuktikan bahwa benar adanya jika naskah yang ditulis benar-benar dipikirkan secara matang, pun dengan makna yang membersamainya.

Instagram.com/filmbudipekerti

Misalnya saja pemilihan masker duck bill berwarna kuning yang dipakai sepanjang film, menggambarkan paruh burung yang tak pernah berhenti mencuit. Artinya, sebagai manusia kita akan selalu memiliki topik yang dibicarakan sepanjang hidup dan tak akan berhenti bak burung yang selalu bercuit. Lalu, ada pula ring light yang selalu muncul di sepanjang film bahkan di poster film itu sendiri. Ring light ini menggambarkan hantu yang selalu mengikuti keluarga Prani dan Didit kemana pun mereka pergi.

Simbol-simbol dan semiotika inilah yang membuat saya merasa tak cukup untuk menyaksikan film ini hanya satu kali. Sebab, ada detail yang harus diulik kembali setelah menonton agar tercipta rasa puas pasca menikmati film tersebut.

Proses syuting yang berkualitas membuat penonton yang menyaksikannya puas

Instagram.com/filmbudipekerti

Wregas benar-benar memperhatikan setiap detail dari film ini. Bukan cuma dari segi naskah, pemilihan aktor dan proses syutingnya pun benar-benar dipikirkan secara matang oleh Wregas. 

Menurut pengakuan Dwi Sasono dalam media visit di kantor POPBELA pada 31 Oktober 2023 lalu, proses syuting film ini benar-benar berkualitas dan membuat para aktornya bertumbuh. Hal ini berimbas pada penonton yang merasa puas pasca menyaksikan aksi mereka di layar lebar.

Sebagai contoh, untuk mendalami setiap gestur dan cara berbicara seorang guru, Sha Ine sampai mengikuti Ibu Imelda Wiwit, guru BK Wregas semasa SMP yang menjadi inspirasinya membuat tokoh Prani. Dengan riset yang begitu mendalam, membuat Sha Ine benar-benar masuk menjadi seorang guru BK yang berwibawa di depan murid-muridnya, sekaligus ibu yang bisa menjadi manja kepada anak-anaknya.

Angga Aldi Yunanda juga patut mendapat acungan jempol. Demi peran sebagai Muklas, Angga rela mewarnai rambut dan menaikkan berat badan hingga 15 kilogram. Begitu pula dengan Prilly yang rela menggunakan anting di hidungnya, serta Dwi Sasono yang begitu mendalami perannya sebagai Pak Didit yang mengalami masalah mental dan bipolar.

Kisah sederhana dengan misi dan pesan yang luar biasa

Instagram.com/filmbudipekerti

Terlepas dari kesederhanaan yang ditampilkan dari awal hingga akhir film, Budi Pekerti menyimpan misi dan pesan yang luar biasa. Salah satu misi yang dibawa oleh Budi Pekerti adalah bagaimana kita menyikapi media sosial dengan bijak dengan tidak menghakimi apa yang kita lihat tanpa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.

Pesan ini sangat relate dengan apa yang terjadi saat ini. Jika kamu perhatikan, belakangan ini banyak sekali video berdurasi kurang dari 60 detik yang viral dan menuai reaksi netizen. Dalam video yang viral tersebut, netizen dengan mudahnya menghakimi subjek yang berada di video itu padahal tidak tahu bagaimana kejadian yang sebenarnya. 

Maka dari itu, film ini hadir sebagai bentuk kritik agar kita tidak mudah menghakimi apa saja yang baru kita lihat di media sosial. Serta, membuat kita lebih memahami dan berpikir tentang apapun sebelum memutuskannya untuk mengunggahnya di media sosial.

IDN Media Channels

Latest from Inspiration