Untuk menurunkan berat badan, diet keto, diet Mediterania, atau diet paleo mungkin kamu sudah tahu. Bagaimana dengan diet Banting, pernah dengar?
Eh, jangan salah duga, diet ini tidak akan membuatmu dibanting-banting, kok! Penasaran dengan diet yang satu ini? Baca terus artikel ini, ya!
1. Apa itu diet banting?
Sudah ada sejak lama, diet Banting dipelopori oleh William Banting tahun 1860-an. Diet ini kembali populer meski mengalami sedikit modifikasi dengan pendekatan low-carb, high-fat (LCHF).
Awalnya, diet banting terbatas pada asupan protein dan karbohidrat seperti roti, kacang-kacangan, susu, gula, mentega, dan kentang empat kali sehari. Tak hanya berfokus pada pembatasan asupan karbohidrat, diet Banting menawarkan manfaat untuk meningkatkan energi, memperbaiki kualitas tidur, mencegah tekanan darah tinggi atau hipertensi, serta meminimalkan risiko diabetes tipe 2.
Baru-baru ini, seorang ilmuwan dan profesor dari Afrika Selatan, Timothy David Noakes (Tim Noakes) mengkaji ulang mengenai diet Banting yang dituangkan dalam buku “Real Meal Revolution”, yang akhirnya dikenal sebagai diet Banting 2.0.
Pendekatan dari Tim sedikit berbeda dengan diet Banting yang original. Dalam diet Banting 2.0, diet dibagi menjadi empat tahap dan menyuguhkan makanan rendah kabohidrat.
2. Empat tahap dalam diet Banting 2.0
Tahapan-tahapan versi baru diet Banting meliputi:
- Observation: memahami apa yang dikonsumsi. Fase ini bisa berlangsung sampai 1 minggu tanpa melakukan diet yang dimodifikasi. Tujuannya untuk mengetahui bagaimana tubuh merespons makanan yang masuk ke tubuh.
- Restoration: fase pemulihan untuk membiasakan diri dalam pola makan diet Banting, sekaligus mengembalikan kesehatan usus. Fase ini berlangsung sekitar 2-12 minggu dan tidak ada penghitungan kalori atau kontrol porsi. Pelakunya disarankan untuk mengganti menu makanan dari daftar merah ke daftar hijau atau daftar oranye (akan dijelaskan selanjutnya).
- Transformation: fase ini merupakan tahap pembakaran lemak sesungguhnya. Pada tahap ini, pelaku diet beradaptasi dan konsisten terhadap menu makanan baru untuk mencapai ketosis, sehingga pembakaran lemak akan lebih. Tim menyebut ada "jalan pintas" pada fase ini, seperti intermitten fasting, olahraga, meditasi, dan tidur cukup. Lamanya fase ini tergantung pada pencapaian berat badan yang ditargetkan.
- Preservation: kalau target berat badan sudah tercapai, tentu pencapaian ini harus dipelihara. Caranya adalah dengan tetap disiplin membatasi konsumsi makanan yang mengandung gula dan gluten, tapi bisa menambahkan kadar karbohidrat secukupnya sesuai kebutuhan.