Ucita Pohan: 'Kecantikan Itu dari Diri Sendiri dan Mental yang Sehat'

Di tengah hingar-bingar media sosial yang kini menjadi panggung utama banyak public figure, hadir sosok Ucita Pohan, seorang content creator yang sudah lama dikenal dengan pemikiran-pemikiran reflektifnya.
Dikenal aktif dan produktif di berbagai platform, Ucita bukan hanya berbagi konten, tetapi juga perspektif terkait kehidupan. Namun, bagaimana ia menyikapi sisi gelap dunia digital yang sering kali tak ramah?
Ditemui di Ditemui di sela-sela kesibukannya sebagai juri dalam acara 'Judges Gathering POPBELA Beauty Awards 2025' di Plaza Indonesia, Ucita mengungkapkan bahwa ruang digital harus dikelola seperti taman, yakni kalau ada rumput liar, harus segera dipangkas.
“Kalau tiba-tiba muncul lagi (hate comment) yang lain-lainnya, aku hapus, aku block. Bukan karena nggak menerima kritik, tapi karena aku nggak membangun ekosistem yang sehat untuk hate itu bisa tumbuh,” ucap Ucita.

Dalam sudut pandangnya, menjaga ruang personal di media sosial sama pentingnya dengan menjaga kesehatan mental.
Ucita juga percaya bahwa kecantikan dan kesehatan mental adalah dua hal yang berjalan beriringan. Ketika seseorang sudah mengenal dirinya sendiri, maka langkah-langkah dalam merawat diri akan lebih tulus dan sesuai kebutuhan.
“Banyak cara untuk jadi cantik, tapi nggak semua cara itu sesuai atau dibutuhin sama kita,” jelasnya.
Bagi Ucita, merawat diri bukan sekadar mengikuti tren kecantikan, tetapi hasil dari pemahaman dan penerimaan diri. Dengan mengenal siapa diri kita sebenarnya, maka pilihan-pilihan hidup termasuk dalam hal perawatan menjadi lebih sadar dan bermakna.

Dalam sesi wawancara, Ucita juga memberikan tanggapan mengenai kampanye “She.E.O” yang diusung di BeautyFest Asia 2025, yang mengangkat tema Empowering Others. Kampanye ini mengajak perempuan untuk berdaya, berdiri di atas kakinya sendiri, dan menjalani hidup tanpa terlalu terpengaruh oleh ekspektasi orang lain.
“Perempuan yang kuat itu yang kenal sama dirinya. Karena dengan itu, dia tahu fungsinya di masyarakat, tahu apa yang dia butuhkan dari hidup ini,” ucap Ucita.
Ia menekankan bahwa mengenal diri bukanlah proses yang instan atau sekali jadi. Justru dalam perjalanan mengenal diri, seseorang akan terus dikagetkan dengan sisi-sisi baru dari dalam dirinya sendiri.
Ucita Pohan menjadi contoh bahwa perempuan bisa kuat bukan karena dia meniru orang lain, tapi karena dia memahami dirinya sendiri. Dalam dunia yang penuh tekanan untuk menjadi “sempurna”, Ucita mengajak perempuan untuk menemukan versi terbaik dari diri mereka sendiri tanpa perlu menjadi orang lain.



















