5 Pelajaran tentang Keluarga yang Dipetik dari Film 'Bertaut Rindu'

- Komunikasi adalah jembatan, bukan tembok penghalang.
- Setiap orang punya hak atas mimpinya sendiri.
- Perbedaan generasi itu nyata, tapi bukan alasan untuk menjauh.
Hubungan orang tua dan anak memang nggak selalu mulus. Kadang, niat baik justru berubah menjadi tekanan, dan harapan menjadi beban. Karena itulah, film Bertaut Rindu: Semua Impian Berhak Dirayakan hadir untuk mengingatkan setiap keluarga bahwa di balik semua itu, ada ruang untuk saling memahami, mendengar, dan mencintai dengan cara yang lebih sehat.
Lewat alur yang menyentuh dan penuh refleksi, film garapan sutradara Rako Prijanto ini menggambarkan dinamika keluarga yang sangat relate dengan kehidupan sehari-hari, terutama bagi generasi muda yang sedang berjuang menemukan jati diri mereka. Nah, berikut Popbela akan menjabarkan beberapa pelajaran penting yang bisa kamu petik dari film Bertaut Rindu: Semua Impian Berhak Dirayakan.
1. Komunikasi adalah jembatan, bukan tembok penghalang

Dalam hubungan orang tua dan anak, sering kali kita merasa seperti tinggal di dua dunia yang berbeda. Tapi ternyata, kuncinya bukan soal menyatukan dunia, melainkan membangun jembatan melalui komunikasi. Bertaut Rindu: Semua Impian Berhak Dirayakan menunjukkan bagaimana obrolan dari hati ke hati bisa menyelamatkan hubungan yang mulai retak karena miskomunikasi.
Seperti dinamika yang dialami Jovanka (Adhisty Zara) dengan sang ayah (Irgi Fahrezi). Hubungan ayah dan anak itu sempat merenggang karena perceraian yang dialami orang tua. Hingga akhirnya, perlahan hubungan itu pun membaik dan menghangat karena keduanya mulai memperbaiki komunikasi.
2. Setiap orang punya hak atas mimpinya sendiri

Nggak semua anak ingin menjadi apa yang diharapkan orang tuanya. Dan itu bukan hal yang salah. Sama seperti Magnus (Ari Irham) yang memiliki impiannya sendiri untuk berkuliah di ITB, namun ditentang karena orang tuanya ingin sang putra melanjutkan studi di Universitas Oxford.
Film Bertaut Rindu: Semua Impian Berhak Dirayakan seolah menjadi pengingat bahwa setiap orang berhak mengejar impiannya, selama itu membawanya pada kebahagiaan. Tugas orang tua hanya mendukung, bukan mengekang.
3. Perbedaan generasi itu nyata, tapi bukan alasan untuk menjauh

Kadang, kita lupa bahwa orang tua tumbuh di zaman yang beda. Begitu juga sebaliknya. Film ini mengajak para penonton untuk lebih sabar dalam memahami cara pandang masing-masing, dan mengingatkan bahwa perbedaan bukan alasan untuk saling menjauh. Justru ini bisa menjadi ruang untuk saling belajar.
4. Keluarga yang sehat bukan yang sempurna, tapi yang saling menerima

Nggak ada keluarga yang 100% ideal. Tapi, saat setiap anggota keluarga bisa saling menerima kekurangan satu sama lain, di situlah kebahagiaan mulai tumbuh. Seperti Jovanka yang akhirnya mulai menerima bahwa ayahnya kini telah memiliki kehidupan baru bersama perempuan lain dan bisa berdamai dengan keadaan. Film Bertaut Rindu: Semua Impian Berhak Dirayakan menyentuh sisi ini dengan sangat lembut dan menyadarkan kita bahwa penerimaan adalah bentuk cinta yang paling tulus.
5. Jangan remehkan pentingnya kesehatan mental

Salah satu highlight dari film ini adalah soal keberaniannya mengangkat isu kesehatan mental di lingkup keluarga. Kadang, luka batin memang nggak terlihat, tapi dampaknya terasa nyata. Film garapan rumah produksi SinemArt ini jadi pengingat agar kita lebih peka terhadap kondisi mental orang terdekat, termasuk anak-anak, dan mencari bantuan profesional bukanlah hal yang memalukan.
Bertaut Rindu: Semua Impian Berhak Dirayakan bukan cuma film drama keluarga biasa. Ini adalah pengingat, pelukan hangat, sekaligus refleksi buat kita semua, baik sebagai anak, maupun sebagai orang tua di masa depan. Tayang di bioskop mulai 31 Juli 2025, yuk ajak orang tua dan orang terkasih kamu untuk nonton bareng!



















