Simak Cerita Para Pria Patah Hati yang Membuatmu Ikut Merasakan Kesedihan

Pria juga punya rasa dan hati

Simak Cerita Para Pria Patah Hati yang Membuatmu Ikut Merasakan Kesedihan

Follow Popbela untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Whatsapp Channel & Google News

Memulai lebih mudah daripada mempertahankan, hal tersebut tidak bisa dipungkiri dalam suatu hubungan. Terlebih ketika kita berbicara tentang cinta dan anak muda. Selama ini, ada saja hubungan cinta yang kandas begitu saja, tapi tetap meninggalkan luka yang mendalam.

Luka tersebut biasa dilihat dari sisi wanita. Bahwa wanitalah yang akan mengalami patah hati yang menyakitkan setelah hubungan mereka berakhir. Namun, tahukah jika pria juga mengalami hal serupa. Perlu bukti? Yuk intip cerita pria ini.

1. "Semuanya sudah dilalui sampai masa yang tersulit, namun semmua itu ..."

polishedoff2992wordpresscomher-joaquin-phoenix-15-497216a6c2fcd2be1b126a874051db59.jpgpolishedoff2992.wordpress.com
 

"Kita pacaran lebih dari lima tahun. Semuanya kita lalui, masa-masa sulit, atau itu yang gue kira. Hari itu kita bertengkar besar hanya karena gue telat jemput dia. Itu adalah pertama kalinya sepanjang kami bersama. Gue nggak masalah kalau dia marah, tapi menurut gue, dia berlebihan saat itu. Dia akhirnya minta putus di tempat saat kita lagi malam mingguan. Gue dimarah-marahin sampai dia puas. Gue nggak nyangka sebagaimana tempramennya dia. Padahal kita selalu talk things out, sampai masalah selesai. Gue merasa dia nggakngehargain gue di saat itu juga, karena itu tempat umum dan tidak seharusnya dia semarah itu. Gue selalu teringat dengan dia yang selalu bikin gue kesal, tapi gue maafin. Ketika gue punya alasan logis untuk alasan ketelatan gue, dia malah kayak "kesetanan". Gue kesal, sekaligus sedih karena hubungan yang nggak bentarini kandas karena hal sepele begitu" - Kai, 22 tahun.

2. "Mungkin kamu sudah tidak kuat tapi kenapa tidak bicara langsung padamu, dan memilih untuk menghilang?"

illusionscene360combest-movies-year-2014-16-452421cd8ed87831f21b5a69f9006e2f.jpgwww.illusionscene360.com
 

"Hubungan kita memang baru satu tahun, tapi satu tahun itu memang tak selamanya kita tersenyum dengan satu sama lain. Kita juga sibuk dengan urusan kita masing-masing. Aku selalu berusaha menyempatkan waktu untuk mengirimkannya makanan ke kantornya, karena kita kerja di lokasi berbeda. Suatu hari, aku meminta ojek online untuk mengirimkan coklat dan kue-kue untuk dia. Setengah jam kemudian, tukang ojeknya kembali dan mengatakan bahwa si penerima (pacarku) sampai turun langsung menemui dia dan marah-marah nggak jelas dan memintanya untuk mengembalikan kiriman padaku. Aku pun meminta maaf dan mengambil barangnya lagi dari tukang ojeknya, kemudian menghubungi pacarku. Dia tidak mengangkat, aku berkesimpulan kalau dia sibuk. Nah, malamnya, aku mencoba hubungin dia lagi, tapi nomernya nggak aktif. Akhirnya, aku mencoba mengontak via email sampai chat Facebook. Tidak ada yang dibalas. Aku pun mencoba untuk ke kantornya, kaget banget ketika dia meminta satpam (sudah kenal sama aku) untuk tidak mengizinkanku naik dan menemui dia. Aku bingung dan tidak tahu harus berbuat apa. Aku kesal karena aku sendiri tidak tahu apa mau dia dan apa yang salah. Mungkin dia nggak kuat, tapi kenapa nggak bilang langsung, kenapa harus hilang gitu aja? Aku kesal karena rasanya nggak ada gunanya setahun terakhir ini. Sakit hati pasti, karena disisiku terus berusaha yang terbaik untuk menjaga hubungan, tapi dia hilang gitu aja" - Bram, 27 tahun.

3. "Akhirnya putus dengan alasan yang dari awal dikhawatirkan, yaitu, beda agama"

indieethoscomher-fp-0876-d8ff2079c521198c480c97578fcf12ab.jpgwww.indieethos.com
 

"Kita bertemu saat di bangku kuliah. Gue dan dia memang punya perbedaan, yaitu agama. Namun, kita berusaha tidak mempermasalahkan itu, karena kita sudah saling sayang dan terlalu erat. Semuanya berjalan seperti bagaimana hubungan baik berlanjut. Sampai satu saat, kita bertengkar dan sibuk juga dengan urusan masing-masing. Kita jadi seperti sering hilang komunikasi dan seperti kehilangan kesatuan kita. Gue sendiri berusaha, tapi yang nggak gue duga adalah dia malah dekat sama cowok lain ketika kita di masa renggang. Akhirnya, kita putus, dengan alasan yang dari awal dikhawatirkan, beda agama. Namun, di saat itu dia memang sudah dekat dengan orang lain. Gue kesal kenapa harus berakhir kayak gini, gue nggak habis pikir kok dia bisa dengan mudahnya berpindah gitu aja. Masa-masa bersama seakan nggak ada yang berbekas untuk dia, sementara gue di sini harus memulai dari nol lagi dan emang nggak mudah" - Billy, 22 tahun.

4. "Kamu tidak menerima namun tidak juga menolak. Kamu hanya berkata, "Jika sudah datang waktunya, semua akan bahagia"

indieethoswordpresscomher-fp-0759-8c328f60d6d26d2f53d4a4be82c8e7c9.jpgindieethos.wordpress.com
 

"Vero adalah cewek yang berhasil merebut hatiku. Kita kenal lewat UKM saat kuliah. Aku pun mendekatinya, bak dayung bersambut dia juga memberikan respon positif padaku. Kemudian, tak lama setelah kami dekat, aku akhirnya menyatakan perasaanku. Nah, aku pun terkejut ketika dia tidak menerimaku, tapi dia juga tidak menolak. Dia hanya berkata 'Kalau memang waktunya, bakal jadi kok'. Awalnya aku kira Vero hanya butuh waktu untuk memantapkan hatinya. Namun, tidak ada kepastian dan kami selayaknya menjalani hubungan tanpa status. Aku pun bingung, karena bagiku, adanya status akan membuatku mampu berkomitmen dengan pasangan. Selama hubungan ini, dia juga seakan-akan membatasiku untuk tidak dekat dengan gadis lain. Lama kelamaan aku pun habis kesabaran dan mencari penjelasan lagi. Namun, apa yang aku utarakan ditangkap dengan salah. Dia malah marah-marah padaku dengan kata-kata kasar. Sejak saat itu kita tidak pernah berkomunikasi lagi. Aku di satu sisi masih bingung dengan masalah ini, tapi aku juga kesal, kenapa dia banyak menutut, tetapi ketika aku mencoba meminta kepastian, dia seperti punya ego tinggi yang menangkalnya memberikan kepastian itu. Egonya terlalu tinggi itu yang membuatku kehabisan akal" - Mardi, 22 tahun.

5. "Rasa cinta sebagai pasangan yang sudah 'mengucap sumpah' lebih kecil dibandingkan keegoisan"

wwwhollywoodreportercomher-fp-0835-78859fc2ad0ea6dec09d15075b77e4b8.jpgwww.hollywoodreporter.com
 

"Tidak akan mengira ini bakal berakhir begitu saja, kita dua tahun menjalin hubungan ini. Uniknya adalah dia itu overprotective. Ketika gue menghubungi rekan kerja perempuan, dia akan marah dan cemburu. Dia sampaingelarangi gue untuk memulai menghubungi mereka duluan, meskipun terkait dengan pekerjaan. Gue pun bingung menghadapinya. Puncaknya adalah ketika manager baru gue yang notabene cewek meminta gue untuk menghubunginya ketika klien perusahaan memberikan respon ke gue. Gue pikir tidak masalah, karena itu bos gue istilahnya. Ternyata, gue salah, ketika dia cek dan bertanya panjang lebar. Dia pun meledak, dia menampar gue dan marahin gue habis-habisan. Gue yang sudah capek untuk menjelaskan pun biarin dia marah. Pada akhirnya mengucapkan kata cerai, gue berusaha untuk tidak mewujudkan itu. Dia sampai mengancam untuk mengakhiri hidupnya sampai akhirnya gue penuhi itu. Gue hanya tidak paham kenapa dia bisa sampai berlebihan seperti itu. Gue merasa bahwa rasa cinta dia sebagai pasangan yang sudah 'mengucap sumpah' lebih kecil dibandingkan egoisnya. Gue merasa kalau dua tahun gue bersama dia, dia jadi orang yang nggak pernah gue bayangkan" - Nilo, 30 tahun.

Lelaki itu juga manusia, karena mereka juga diberikan perasaan oleh Tuhan. Memang kami tidak selalu menggunakannya, tapi ketika sudah seperti ini, sakit hati pun kami alami. Percayalah kalau kami juga bisa 'membungkus' rasa sedih kami ketika itu diperlukan. Namun, kesakitan dan kesedihan itu nggak pernah hilang.

  • Share Artikel

TOPIC

trending

Trending

This week's horoscope

horoscopes

... read more

See more horoscopes here