Cara mengucapkan selamat Natal dalam Islam sering menimbulkan perdebatan di kalangan masyarakat. Perdebatan tersebut kerap muncul jelang momen Natal tanggal 25 Desember.
Sebagian ulama memang mengharamkan hukum mengucapkan selamat Natal. Namun, sebagian lainnya memperbolehkan mengucapkan selamat Natal dengan catatan tertentu.
Perbedaan pendapat di kalangan ulama itu kemudian membuat masyarakat bingung. Sebenarnya, adakah cara mengucapkan selamat Natal yang diperbolehkan?
Simak jawabannya dalam ulasan berikut ini, ya!
1. Pendapat ulama yang memperbolehkan selamat Natal
Sebelum mengetahui cara mengucapkan selamat Natal dalam Islam, terlebih dahulu perlu kamu ketahui hukum mengenai ucapan Natal ini. Perbedaan pendapat di kalangan ulama disebabkan oleh ijtihad dalam memahami ayat dan hadis.
Beberapa ulama memperbolehkan mengucapkan selamat Natal dengan berpedoman pada Al-Quran surat Al Mumtahanah ayat 8 berikut.
"Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil".
Dalam ayat tersebut, mereka berpendapat bahwa Allah tidak melarang seorang muslim untuk berbuat baik kepada siapa saja. Nah, ucapan selamat hari raya di luar Islam tersebut dinilai sebagai salah satu perbuatan baik.
2. Pendapat ulama yang melarang selamat Natal
Sementara itu, sebagian ulama lainnya memilih berhati-hati dengan tidak mengucapkan selamat hari Natal. Pendapat tersebut berlandaskan pada penafsiran Al-Quran surat Maryam ayat 23-26 dan Al-Quran surat Al-Furqon ayat 72.
Dalam Al-Quran surat Maryam ayat 23-26, Jibril memerintahkan Maryam yang sedang melahirkan Isa al Masih untuk meraih pangkal pohon kurma ke arahnya lalu mengambil buah yang telah matang untuk dimakan.
Buah kurma tersebut mengisyaratkan bahwa Isa al Masih bukan lahir di musim dingin sehingga 25 Desember bukanlah kelahiran Putra Maryam. Sementara itu, surat Al-Furqon ayat 72 juga menguatkan pendapat ini.
"Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya".
Ayat tersebut ditafsirkan bahwa ciri orang yang akan mendapatkan martabat di surga adalah orang yang tidak memberi kesaksian palsu. Orang muslim yang memberikan ucapan selamat untuk hari raya agama lain dianggap memberikan kesaksian palsu tersebut.