Mengenal Sadomasokisme, Praktik Seksual yang Melibatkan Kekerasan

Pada beberapa orang, kekerasan bisa meningkatkan gairah.

Mengenal Sadomasokisme, Praktik Seksual yang Melibatkan Kekerasan

Follow Popbela untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Whatsapp Channel & Google News

Ada begitu banyak cara yang bisa dilakukan untuk mendapatkan dan melampiaskan gairah seksual seseorang, mulai dari hal-hal yang umum dan bersifat normal, sampai dengan yang mengarah pada kelainan atau perilaku yang menyimpang. Salah satu perilaku seksual yang menyimpang adalah dengan menggunakan kekerasan.

Normalnya, nggak ada satu pun orang yang senang dengan 'kekerasan' dalam bentuk apa pun, kan? Nah, hal ini justru berbanding terbalik dengan konsep pemikiran seorang sadomasokis atau orang yang melakukan praktik seksual sadomasokisme.

Praktik ini memungkinkan seseorang untuk melibatkan penyiksaan dan kekerasan selama melakukan hubungan seksual. Lantas, mengapa mereka membiarkan hal itu terjadi?

Nah, untuk mengenal apa itu sadomasokime lebih dalam, yuk simak penjelasan Popbela berikut ini!

Mengenal Sadomasokisme, Praktik Seksual yang Melibatkan Kekerasan

Sadomasokisme berasal dari dua konsep perilaku seksual, yaitu sadisme dan masokisme. Sadisme merupakan kenikmatan atau kepuasan seksual yang didapat dari penderitaan dan rasa sakit orang lain. Sedangkan masokisme adalah sebaliknya, kenikmatan atau kepuasan seksual dari rasa sakit atau penderitaan yang ditimpakan pada diri sendiri, sering kali terdiri dari fantasi untuk dipukuli, dihina, diikat, disiksa, atau dibuat menderita.

Jadi, sadomasokisme dapat didefinisikan sebagai kesenangan seksual yang dihasilkan dari penderitaan, rasa sakit, kesulitan atau penghinaan, yang terjadi pada diri sendiri mau pun pasangan. Perilaku ini dapat dijadikan sebagai peningkatan hubungan seksual atau pengganti kenikmatan seksual.

Sadomasokisme melihat keuntungan dari rasa sakit

Melansir dari huffpost.com, James Ambler, seorang mahasiswa pascasarjana psikologi di Northern Illinois University melakukan sebuah penelitian untuk mengetahui mengapa beberapa orang terlibat dalam perilaku seksual yang menyakitkan seperti sadomasokisme. Ia merekrut “switches” atau orang-orang dalam komunitas BDSM yang suka menerima dan memberikan rasa sakit.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat penurunan fungsi jangka pendek di bagian otak orang-orang yang memainkan peran penerima rasa sakit. Wilayah ini berkaitan dengan kontrol eksekutif, memori kerja, dan fungsi tingkat tinggi lainnya. Rasa sakit dari sadomasokisme dapat menyebabkan otak mengalirkan darah dari daerah ini sehingga kesadaran bisa berubah secara subjektif dan menghasilkan daya tarik pada sadomasokisme.

“Salah satu alasan mengapa aktivitas sadomasokisme ini begitu ekstrem pada tingkat tertentu adalah karena aktivitas tersebut sangat efektif dalam menyebabkan otak mengubah distribusi aliran darahnya,” jelas Ambler. Di sisi lain, orang yang menyerah pada rasa sakit akan mengambil manfaat dari kondisi ini.

Berasal dari rasa trauma

Ada sejumlah alasan mengapa seseorang melakukan praktik sadomasokisme. Jawabannya, sebagian besar bergantung pada individu itu sendiri. Salah satu alasan yang umum terjadi adalah karena rasa trauma.

Pada beberapa orang, mengambil peran atas kepatuhan atau ketidakberdayaan merupakan bentuk pelarian dari tekanan hidup, tanggung jawab dan rasa bersalah. Hal ini biasanya diakibatkan dari kejadian masa lalu yang membuatnya menyimpan trauma kejiwaan sampai akhirnya tumbuh dewasa.  

  • Share Artikel

TOPIC

trending

Trending

This week's horoscope

horoscopes

... read more

See more horoscopes here