Siraman Luna Maya dan Maxime Bouttier digelar dengan adat Jawa.
Air siraman berasal dari tujuh sumber, termasuk air zam-zam.
Momen haru sungkeman kepada orang tua dan penampilan calon pengantin yang memukau.
Luna Maya dan Maxime Bouttier semakin dekat ke hari bahagia mereka! Pasangan selebritas ini baru saja menggelar prosesi siraman sebagai bagian dari rangkaian menuju pernikahan. Acara ini digelar di Ubud, Bali pada Selasa (6-5-2025) dengan konsep outdoor yang hangat dan privat. Siraman mereka diketahui hanya dihadiri oleh keluarga serta sahabat dekat.
Yuk, intip momen-momen penting yang terjadi dalam siraman adat mereka!
Dalam prosesi ini, Luna dan Maxime memilih adat Jawa sebagai landasan upacara siraman mereka. Siraman sendiri memiliki arti penyucian diri secara lahir dan batin sebelum memasuki gerbang pernikahan.
Air siraman dipercikkan ke tubuh sebagai simbol membersihkan segala hal buruk agar pernikahan berjalan lancar. Nuansa Jawa yang kental terasa dalam setiap elemen acara, mulai dari pakaian, musik, hingga susunan prosesi.
Air siraman yang digunakan ternyata berasal dari tujuh sumber mata air yang berbeda. Salah satunya adalah air zam-zam yang terkenal suci dalam Islam. Selain itu, ada juga air dari rumah Luna di Jakarta, air dari kampung halaman Luna di Bali, hingga air dari kediaman Maxime. Tujuh sumber ini dipercaya membawa keberkahan dan kesucian, serta menjadi simbol bahwa restu datang dari berbagai penjuru kehidupan mereka.
Siraman bukan cuma soal air dan simbol, tapi juga soal emosi. Salah satu momen paling mengharukan adalah ketika Luna Maya melakukan sungkeman kepada ibunda tercinta, Desa Maya Waltraud Maiyer. Dengan mata berkaca-kaca, Luna meminta restu dalam bahasa Inggris yang membuat suasana makin syahdu.
Hal serupa juga dilakukan Maxime kepada ayahnya, sebagai bentuk penghormatan dan permohonan izin untuk menikahi Luna. Momen ini benar-benar penuh makna dan bikin semua yang hadir ikut terharu.
Kalau biasanya Luna tampil kasual atau glamor, kali ini penampilannya bikin pangling (manglingi). Ia mengenakan kebaya nuansa abu-abu putih dengan bawahan dusty pink yang lembut.
Rambutnya disanggul rapi, memperkuat kesan anggun dan elegan. Aura kebangsawanan Jawa berpadu sempurna dengan kecantikannya yang khas. Tak heran banyak yang terpukau dan salfok dengan penampilan Luna di momen sakral ini.
Salah satu rangkaian adat yang dijalankan adalah prosesi pecah kendi. Upacara ini dilakukan dengan memecahkan kendi berisi air oleh orang tua atau sesepuh di depan calon pengantin. Pecahnya kendi menandakan berakhirnya masa lajang dan dimulainya kehidupan baru sebagai suami istri.
Menariknya, dari arah pecahan kendi, dipercaya bisa “meramalkan” jenis kelamin anak pertama. Dalam prosesi ini, air pecah ke arah depan, yang katanya berarti anak pertama mereka kelak adalah laki-laki.
Meskipun digelar secara tertutup dan intimate, beberapa sahabat dekat terlihat hadir memberi dukungan. Beberapa di antaranya adalah Ayu Dewi, Melaney Ricardo, Eric Tjandra, Nirina Zubir, dan Marianne Rumantir. Kehadiran mereka menambah suasana hangat dan penuh cinta. Tak sedikit yang terlihat ikut meneteskan air mata menyaksikan momen sakral ini.
Setelah prosesi siraman yang menyentuh hati, Luna dan Maxime dijadwalkan akan mengikat janji suci pada Rabu, 7 Mei 2025. Lokasi pernikahan tetap berada di Bali, namun akan mengusung tiga budaya, yaitu Bali, Jawa, dan Eropa yang mencerminkan latar belakang budaya keduanya.
Wah, makin nggak sabar melihat momen pernikahan Luna dan Maxime, ya! Semoga semua lancar sampai hari H.