Perselingkuhan yang dilakukan seorang suami merupakan salah satu isu di dalam pernikahan yang tampak makin marak terjadi akhir-akhir ini. Berbagai penyebab umum yang mendasari suami selingkuh antara lain ketidakpuasan secara fisik maupun emosional terhadap sang istri, merasa bosan, memiliki perasaan rendah diri, hingga ketidakmampuan dalam menjaga komitmen.
Namun, terlepas dari apa pun penyebabnya, selingkuh bukanlah hal yang dibenarkan. Terlebih di dalam ajaran Islam, perselingkuhan adalah tindakan yang dilarang dengan sangat tegas. Karena, perbuatan tidak terpuji ini tergolong ke dalam salah satu dosa besar.
Dalam artikel ini, Popbela akan bahas tuntas alasan suami dilarang selingkuh dalam ajaran agama Islam. Simak informasi selengkapnya berikut ini.
1. Mendekati perbuatan zina
Perselingkuhan adalah perbuatan tercela yang termasuk ke dalam kategori dosa besar, karena mendekati perbuatan zina. Namun, jika telah melampaui batas dengan melakukan hubungan intim, maka telah dianggap sebagai zina. Menurut ajaran Islam sendiri, mendekati zina saja sudah merupakan sebuah dosa besar, apalagi jika benar-benar dilakukan.
Di dalam kitab suci Alquran, zina dijelaskan sebagai perbuatan yang keji. Sebagaimana yang tertuang dalam Surat Al-Isra ayat 32 yang berbunyi:
فَاحِشَةًۗ وَسَاۤءَ سَبِيْلًا
Wa lâ taqrabuz-zinâ innahû kâna fâḫisyah, wa sâ'a sabîlâ
Artinya:
"Janganlah kamu mendekati zina. Sesungguhnya (zina) itu adalah perbuatan keji dan jalan terburuk."
2. Melanggar hak istri dan menunjukkan akhlak yang buruk
Alasan suami dilarang selingkuh dalam ajaran agama Islam selanjutnya ialah melanggar hak istri. Mengutip laman NU, perselingkuhan disebut melanggar komitmen pernikahan, serta melanggar hak-hak orang lain.
Berdasarkan sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Ar-Tirmidzi, disebutkan pula bahwa mukmin yang paling baik akhlaknya ialah yang paling baik terhadap istrinya.
أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ إِيْمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا، وَخِيَارُكُمْ خِيَارُكُمْ لِنِسَائِهِمْ
Akmalulmu’minina iimanan ahsanuhum khulqo wa khiyaarukum khiyaarukum linisaaihim
Artinya:
“Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang paling bagus akhlaknya dan sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap istrinya.”
Sehingga, dapat disimpulkan bahwa dari sabda Rasulullah SAW tersebut, tentu suami yang menyelingkuhi istrinya tidak termasuk sebagai seorang mukmin dengan akhlak yang baik.
3. Melukai hati istri
Tindakan perselingkuhan yang dilakukan suami sudah pasti bakal melukai hati seorang istri. Padahal, Rasulullah SAW telah mengajarkan bahwa suami patut memperlakukan istri dengan sangat baik dan jangan sampai melukai hatinya.
Di dalam Alquran, Allah SWT pun berfirman yang artinya:
“Dan para istri mempunyai hak yang seimbang dengan kewajiban mereka menurut cara yang ma’ruf.” (QS. Al-Baqarah: 228)
Jika dilihat dari tafsir Ath-Thabari, penggalan ayat tersebut bermakna mengenai kewajiban suami tak hanya sebatas memberikan nafkah, namun juga wajib membenahi sikapnya terhadap sang istri, serta dilarang untuk melukai hatinya.
4. Mencirikan manusia dengan sifat munafik
Menurut ajaran agama Islam, munafik merupakan salah satu sifat yang tidak terpuji, yang diartikan sebagai tindakan berpura-pura beriman atau mengikuti ajaran Islam, maupun berpura-pura menunjukkan keimanannya, padahal ia menyembunyikan keburukan di dalam hatinya.
Kemunafikan bahkan dianggap sebagai salah satu dosa besar, yang mana apabila seseorang menunjukkan sifat munafik, maka ia akan ditempatkan di tingkatan neraka paling bawah. Ini merujuk kepada firman Allah SWT dalam surat An-Nisa ayat 145 yang berbunyi:
اِنَّ الْمُنٰفِقِيْنَ فِى الدَّرْكِ الْاَسْفَلِ مِنَ النَّارِۚ وَلَنْ تَجِدَ لَهُمْ نَصِيْرًاۙ
Innal-munâfiqîna fid-darkil-asfali minan-nâr, wa lan tajida lahum nashîrâ
Artinya:
"Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) di tingkat paling bawah dari neraka. Kamu tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka."
Adapun beberapa ciri dari orang munafik antara lain, berbuat kerusakan di bumi, suka mencela orang yang melakukan kebaikan, berbohong, hingga berkhianat dengan amanat.
Oleh karena itu, sudah jelas bahwa saat suami selingkuh, ia telah berkhianat dengan amanat yang ia emban untuk senantiasa menjaga, mengasihi, dan setia dengan sang istri, yang mencirikannya sebagai seseorang yang munafik.
5. Berpotensi menularkan penyakit seksual
Perselingkuhan yang melibatkan hubungan intim tentu membuat suami berpotensi untuk terjangkit penyakit seksual. Buruknya lagi, penyakit yang ia bawa bisa menular kepada sang istri.
Istri yang mengetahui suaminya berselingkuh sudah pasti merasa amat terpukul, apalagi jika turut tertular penyakit seksual. Hal ini sudah sangat jelas termasuk dalam tindakan yang amat zalim atau merugikan orang lain di dalam Islam.
6. Terhalang untuk masuk ke dalam surga
Menurut agama Islam, suami yang menyakiti hati istri, salah satunya dengan berselingkuh, disebut bakal membuatnya terhalang untuk masuk ke dalam surga oleh Allah SWT. Karena seperti yang telah disebutkan dalam poin sebelumnya, para suami dilarang dengan sangat keras untuk melukai hati istrinya.
7. Membuat anak menjadi trauma
Nyatanya, perselingkuhan yang dilakukan oleh seorang suami tak hanya memberikan dampak yang sangat signifikan secara negatif bagi kondisi psikis maupun fisik istrinya, tapi juga ketika telah memiliki anak, maka berpotensi untuk membuatnya mengalami trauma.
Apabila sang anak mengetahui tindakan tercela yang dilakukan oleh sang ayah, rentan baginya untuk mengalami trauma secara emosional, krisis kepercayaan pada ayahnya, masalah dalam perilaku, hingga munculnya isu kepercayaan diri dan isu dalam hubungan.
Padahal di dalam Islam, orang tua diwajibkan untuk memperlakukan anak dengan penuh kasih sayang, mendidik anak dengan baik, hingga menunjukkan perilaku terpuji.
Itulah beberapa alasan suami dilarang selingkuh dalam ajaran agama Islam. Semoga informasi di atas dapat memberikan manfaat untukmu, Bela!