Tutup
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
unfortunately

Mengapa Pernikahan Beda Agama Sering Gagal? Ini 7 Alasannya

Kamu perlu mempertimbangkannya matang-matang

Puspita Ramadhani

Selain childfree, isu pernikahan beda agama juga marak diperbincangkan belakangan ini. Banyak yang menilai bahwa perbedaan agama tak seharusnya menjadi halangan bagi dua insan yang sedang jatuh cinta untuk bersatu.

Padahal, dalam ajaran agama yang dianut masyarakat Indonesia sudah tegas melarang pernikahan beda kepercayaan ini. Belum lagi, peraturan negara yang semakin mempertegas bahwa hal itu tidak boleh untuk dilakukan.

Pasalnya, menikah dengan seseorang yang memiliki perbedaan keyakinan dengan kita bukan hanya melanggar norma agama. Akan tetapi, perbedaan tersebut bisa menjadi sumber pemicu perselisihan di beberapa rumah tangga. 

Tentu saja pembahasan ini bukan lagi sesuatu yang baru di beberapa negara maju, seperti Amerika Serikat dan Inggris. Maka dari itu, sejak dulu para ahli telah melakukan sebuah penelitian dan menyimpulkan bahwa pernikahan dengan perbedaan keyakinan memiliki tingkat kegagalan yang lebih tinggi. 

Memangnya, apa saja risiko yang mungkin terjadi dalam pernikahan beda agama? Penjelasan selengkapnya di bawah ini. 

1. Keabsahan pernikahan

pexels.com/rizki-koto

Sebagai negara yang berpegang teguh pada Undang-Undang, maka seluruh aspek kehidupan masyarakat Indonesia telah diatur di dalamnya. Termasuk mengenai sahnya pernikahan yang harus dilakukan sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing individu, telah diatur dalam pasal 2 ayat (1) UU Perkawinan.

Dalam UU Perkawinan di atas, pasangan yang ingin menikah menyerahkan keputusannya sesuai dengan ajaran agama mereka masing-masing. Akan tetapi, yang menjadi masalah adalah sebagian besar agama yang dianut masyarakat Indonesia tidak membolehkan melakukan pernikahan beda agama. Misalnya, dalam Islam kamu akan menemukan perintah itu dalam QS. Al-Baqarah: 221. Sedangkan dalam ajaran Kristen, pernikahan beda agama dilarang dalam I Korintus 6: 14-18.

Maka dari itu, apabila pernikahan beda agama tersebut dilakukan oleh orang yang beragama Islam dan Kristen, maka akan terjadi permasalahan mengenai pencatatan pernikahan. Apabila nantinya dilakukan di Kantor Catatan Sipil, maka petugas akan tetp melakukan pemeriksaan terlebih dahulu. 

Jika pegawai pencatat perkawinan merasa bahwa pernikahan tersebut melanggar UUP, maka ia bisa menolak untuk melakukan pencatatan, seperti yang sudah dijelaskan dalam pasal 21 ayat (1) UUP.

2. Integrasi dua budaya

pexels.com/sandro-crepulja

Selain masalah pencatatan pernikahan yang tidak memenuhi syarat Undang-Undang Perkawinan, maka pernikahan beda agama juga akan menciptakan perbedaan budaya yang begitu besar. Bisa jadi, kamu akan merasa bingung dengan cara apa janji pernikahanmu akan dilangsungkan, berapa banyak upacara adat, dan perbedaan cara perayaan yang lainnya. 

3. Status anak

pexels.com/luis-quintero

Masih berkelanjutan dari pencatatan dan keabsahan status pernikahan di mata negara, maka apabila status pernikahanmu ditolak, hal itu akan berdampak pula pada anak yang akan lahir dalam rumah tanggamu. Menurut ketentuan pasal 42 UUP, anak yang sah adalah anak yang dilahirkan dalam sebuah perkawinan yang sah. 

Oleh karena itu, perlu dilakukan pencatatan pernikahan yang sah agar anak-anakmu kelak bisa mendapatkan haknya sebagai warga negara yang terdaftar di dalam data kependudukan. 

4. Gaya mengasuh anak

pexels.com/ron-lach-10213881

Bisa jadi, kamu menganggap bahwa perbedaan agama yang ada pada dirimu dan pasangan akan semakin mengajarkan toleransi tinggi pada mereka. Memang benar jika anak akan belajar sebuah toleransi, akan tetapi terdapat sedikit kekeliruan di mana anak juga bisa merasa bingung dengan agama mana yang akan dianutnya. 

Kamu dan pasangan harus memiliki sebuah kesepakatan di awal bagaimana pola asuh dan nilai-nilai agama akan diberikan pada buah hatimu. Diperlukan kelapangan hati dan juga cara berpikir yang baik agar semuanya bisa berjalan baik. 

5. Ibaratkan bom waktu

pexels.com/alexander-kolomin

Untuk mencapai keharmonisan dalam pernikahan beda agama, seseorang cenderung mengubur imannya agar pasangannya dapat menjadikan imannya sebagai bagian penting dalam hidupnya. Dalam kata lain, salah satu di antara kamu akan berkorban untuk tidak terlalu menonjolkan nilai-nilai agama yang kamu miliki agar semuanya bisa merasa nyaman.

Masalahnya adalah ketika kamu harus mengubur sesuatu yang sangat penting bagimu, maka kamu hanya akan membangun semacam tekanan dalam diri sendiri. Dalam suatu titik di masa depan, tekanan yang selama ini telah kamu pendam itu bisa keluar kapan saja menjadi bom waktu yang sangat mungkin membuat pernikahan kalian berada di ambang kehancuran. 

6. Dapat melemahkan keimanan

pexels.com/trần-long

Menghabiskan lebih banyak waktu dengan seseorang yang berbeda keyakinan dapat berdampak negatif pula pada keyakinan dirimu sendiri. Kamu menjadi sulit untuk melakukan rangkaian ibadah atau melakukan meditasi berdua kepada Tuhan karena ada begitu banyak perbedaan di dalam rumahmu. 

7. Rasa kepuasan lebih rendah

unsplash.com/Olivia Bauso

Berdoa bersama, menghadiri kebaktian gereja bersama, pergi ke acara tamasya dan keagamaan bersama adalah momen ikatan yang penting bagi pasangan dan keluarga. Namun, pasangan yang agamanya berbeda sangat jarang bisa menikmati hal tersebut berdua. 

Padahal, menurut sebuah survei yang dilakukan pada tahun 1970-an, pasangan yang mengikuti tradisi keagamaan secara terpisah akan mengurangi kesempatan untuk bisa berteman atau mengenal lebih dekat. Sebab, tak hanya soal kegiatan yang tidak dilakukan bersama. Ketika kamu mengalami krisis spiritual, pasanganmu tidak bisa memberikan saran secara spiritual seperti apa yang agamamu ajarkan. Begitupun sebaliknya. 

Dengan adanya beberapa konsekuensi menikah berbeda agama di atas, membuat kita harus mempertimbangkan segala sesuatunya dengan baik sebelum benar-benar melakukan pernikahan tersebut.

IDN Media Channels

Latest from Married