Tutup
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
unfortunately

9 Efek Trauma dalam Pernikahan, Bisa Memicu KDRT!

Pulihkan traumanya agar pernikahan harmonis

Astri Amalia

Setiap orang pada dasarnya pernah mengalami kejadian traumatis dalam hidupnya, yang membedakan hanyalah peristiwa dan intensitas trauma itu sendiri.

Apabila seseorang membawa trauma yang cukup besar hingga ia berusia dewasa, maka rentan baginya untuk memiliki kehidupan yang nggak memuaskan dan penuh dengan konflik.

Contohnya, seseorang yang pernah mengalami trauma pengabaian di masa kecil oleh orangtuanya, cenderung memiliki harga diri yang rendah, rentan merasa kesepian, sulit untuk memercayai orang lain, hingga punya rasa cemburu berlebihan dalam hubungan romantis.

Sayangnya, masih banyak orang yang nggak menyadari betapa berpengaruhnya trauma terhadap kehidupan seseorang, termasuk bagaimana efeknya di dalam hubungan pernikahan.

Nah, kali ini Popbela akan membahas 9 efek trauma dalam pernikahan yang penting untuk kamu ketahui. Dengan mengetahui efeknya, kamu bisa mulai menyembuhkan diri agar trauma nggak mengendalikan hubungan pernikahanmu. Keep scrolling, Bela!

1. Komunikasi yang buruk

Freepik

Efek yang pertama adalah komunikasi yang buruk di dalam hubungan pernikahan. Apabila seseorang kerap diinvalidasi perasaannya di masa kecil, ia akan cenderung menekan emosinya.

Di dalam pernikahan, ketika seseorang secara alam bawah sadar merasa bahwa kebutuhannya secara emosional nggak terpenuhi oleh pasangannya, dia bisa bersikap tempramental. Daripada mampu untuk mengkomunikasikannya, hal ini malah menimbulkan kesalahpahaman dan jarak emosional.

2. Masalah kepercayaan atau trust issue

pexels.com/alex-green

Trauma bisa mempersulit seseorang dalam membangun kepercayaan dengan pasangan dalam pernikahan alias trust issue. Hal ini sering kali bermanifestasi sebagai kecemburuan, kecurigaan, atau kebutuhan terus-menerus akan kepastian dari pasangannya.

Jika trauma ini nggak disembuhkan, maka kehidupan pernikahan akan terasa sulit lagi menantang. Ini juga mungkin berdampak tidak langsung pada munculnya perasaan sulit terhubung dengan pasangan.

3. Kesulitan untuk membangun keintiman secara emosional

pexels.com/alex-green

Pasangan mungkin menjadi jauh secara emosional saat salah satu atau kedua pasangan berjuang untuk memproses pengalaman traumatis mereka. Trauma sering kali membuat seseorang merasa seolah-olah dia nggak bisa bergantung pada siapa pun, termasuk pasangannya sendiri.

Dia juga bisa merasa menjadi beban atau merasakan keharusan untuk menyelesaikan masalahnya sendiri.

Keterputusan emosional ini nantinya dapat menimbulkan perasaan kesepian dan terisolasi, yang sering kali terjadi pada kedua pasangan secara bersamaan.

4. Masalah pada kehidupan seks

freepik.com/gpointstudio

Efek lainnya, trauma sering kali memengaruhi kemampuan seseorang untuk berhubungan intim, baik secara emosional maupun fisik. Sebab, hubungan seks pada kenyataannya membutuhkan kerentanan. Bagi orang-orang yang pernah mengalami trauma, kerentanan bisa membuatnya merasa nggak aman.

5. Memicu trauma yang belum tersembuhkan

freepik.com/freepik

Salah satu fakta tentang pernikahan ialah mampu memicu trauma terbesar yang dimiliki seseorang.

Kamu mungkin pernah mendengar bahwa seseorang yang masih pacaran mempunyai sikap yang jauh berbeda ketika ia telah menikah. Alasan terbesarnya karena hubungan pernikahan akan memicu trauma terbesar seseorang yang belum terselesaikan.

Jika seseorang punya luka pengabaian secara emosional oleh kedua orangtuanya, maka ia cenderung sulit membangun keintiman dengan pasangannya, sulit mengekspresikan kebutuhannya, hingga membuat pasangannya merasa kesepian.

6. Kemarahan dan rasa mudah tersinggung

Pexels/Timur Weber

Efek lainnya dari trauma dalam pernikahan adalah kemarahan dan perasaan mudah tersinggung.

Ketika kita mengalami trauma yang belum terselesaikan, otak dan sistem saraf cenderung mendorong kita untuk berada di dalam mode bertahan hidup dengan 4 mekanisme penyelamatan diri, di antaranya fight, flight, freeze, dan fawn mode.

Jika mekanisme penyelamatan diri yang muncul adalah fight mode atau mode bertarung, maka seseorang akan menunjukkan ledakan kemarahan dan rasa ketersinggungan yang tinggi. Hal inilah yang membuat seseorang rentan melakukan kekerasan di dalam rumah tangga.

7. Perilaku menghindar

Pexels.com/RODNAE Productions

Beberapa orang yang pernah mengalami trauma dalam hidupnya mungkin beradaptasi untuk menarik diri dari banyak hal, termasuk dari pasangan mereka sendiri. Hal ini bertujuan untuk memberikan rasa aman pada diri mereka.

Akan tetapi, apabila hal ini terus berlanjut, akan bermanifestasi sebagai penghindaran percakapan mendalam dengan pasangan atau situasi yang memicu trauma.

Buruknya, hal ini dapat menyebabkan perasaan diabaikan oleh pasangan, hingga memicu keretakan dalam rumah tangga.

8. Masalah harga diri

pexels.com/karolina-grabowska

Trauma dapat berdampak negatif pada harga diri seseorang, di mana trauma akan memengaruhi cara seseorang memandang dirinya sendiri di dalam pernikahan, serta keyakinan mereka atas pandangan pasangannya.

Hal ini dapat disertai dengan keyakinan negatif tentang diri sendiri atau dunia luar.

Misalnya, seseorang yang mengalami trauma masa kecil mungkin percaya bahwa dirinya nggak pantas berada di dunia ini, atau bahwa dirinya sulit untuk dicintai.

Apakah benar begitu?

Jawabannya tentu saja tidak.

Sebab, meskipun trauma mungkin membuat seseorang berpikir tidak rasional, tapi trauma tetap memberi dampak secara fisik dan emosional yang nyata. 

9. Peran yang nggak seimbang dalam hubungan pernikahan

SHUTTERSTOCK

Efek trauma dalam pernikahan yang terakhir adalah membuat ketidakseimbangan peran. Ini merujuk kepada dinamika kekuasaan dalam pernikahan, di mana salah satu pasangan mungkin berfungsi secara berlebihan, sementara pasangan lainnya nggak berfungsi sama sekali.

Sering kali, seseorang yang mengalami trauma mungkin adalah orang yang mengambil lebih banyak tanggung jawab, karena dia kesulitan memercayai pasangannya dalam berbagi beban dalam rumah tangga. Hal ini dapat mengakibatkan kelelahan dalam hubungan, rasa benci terhadap pasangan, dan hilangnya ketertarikan terhadap pasangan karena dia merasa seperti orangtuanya, bukan pasangannya.

Jadi itu tadi 9 efek trauma dalam pernikahan. Sekarang kamu sudah tahu, kan betapa trauma yang belum tersembuhkan bisa berdampak negatif dalam hubungan pernikahan. Jika kamu merasakan efek di atas dalam pernikahanmu, kamu bisa mencoba terapi atau konseling untuk mengatasi trauma yang kamu miliki. Semoga artikel ini bermanfaat untukmu, Bela!

IDN Media Channels

Latest from Married