Tutup
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
unfortunately

Larangan Menikah di Bulan Suro, Mitos Atau Fakta? Ini Alasannya

Ternyata ada larangan lain

Andina Rahayu

Kalau bulan lalu meja-meja di rumahmu bertumpuk undangan hajat pernikahan dari tetangga atau kerabat, maka akan berbeda dengan bulan ini, Bela. Dalam kalender Islam, bulan lalu adalah bulan Dzulhijah yang memang dikenal sebagai bulan pernikahan, khususnya di Indonesia. Banyak orang jauh-jauh hari menyiapkan tanggal pernikahan di bulan Dzulhijah. Alasannya sederhana, jangan sampai masuk ke bulan Muharram.

Ada keyakinan yang beredar di Tanah Air, khususnya di tanah Jawa, kalau bulan Muharram atau yang juga dikenal sebagai bulan Suro adalah bulan yang tidak baik untuk menggelar pernikahan. Apa kamu pernah mendengar mengenai hal yang satu ini, Bela? Atau kamu termasuk yang memercayainya? Menurut masyarakat Jawa, bulan Suro adalah bulannya priyayi. Hanya kalangan keraton yang boleh melangsungkan hajat di bulan Suro. Simak penjelasannya, yuk!

1. Mitos yang masih dipegang erat-erat

Mitos ini memang masih menjadi keyakinan dan dipegang erat oleh masyarakat. Bukan hanya melangsungkan pernikahan, tapi mereka juga takut untuk bepergian ke tempat jauh dan membangun rumah. Tak ada alasan ilmiah yang mendasari, kecuali doktrin turun-temurun dari nenek moyang dan para pendahulu. Sebagian besar masyarakat percaya kalau menikah di bulan Muharram akan mendatangkan musibah dan pasangan suami-istri tak akan bertahan lama. Padahal, keyakinan tersebut tidak pernah diajarkan oleh Islam.

2. Katanya, pada bulan Suro Nyi Roro Kidul melangsungkan hajat pernikahan

idntimes.com/kotakimaji

Keyakinan turun-temurun inilah yang kemudian membuat orang-orang enggan melangsungkan hajat di bulan Muharram. Mereka percaya kalau Suro adalah bulannya Nyi Roro Kidul, jadi kalau ada yang nekat mengganggu urusannya, penguasa Laut Selatan itu akan marah dan mengganggu siapa pun yang mengusiknya. Ada juga yang beranggapan jika Suro adalah bulannya para raja Jawa terdahulu sehingga tidak sopan melakukan ritual di bulan ini.

3. Menurut kepercayaan Hindu, Suro adalah dewanya Batara Kala

Dalam agama Hindu dikisahkan bahwa Suro adalah penguasa waktu yang menjalankan hukum karma atau sebab akibat. Suro juga dikenal sebagai dewanya Batara Kala, yang suka makan manusia, dalam arti membuat nasib manusia menjadi buruk. Karena itulah, dipercaya jika menyelenggarakan hajatan di bulan Suro maka akan menghadapi nasib yang buruk. Jadi, akan lebih baik untuk dihindari agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.

4. Ternyata ada maksud lain di balik pantangan menikah di bulan Suro atau Muharram

idntimes.com/seputarpernikahan

Budaya Suro bisa dianggap sebagai bulan spiritual, sehingga waktunya untuk ibadah dan membersihkan diri dari sifat dan sikap yang buruk. Nah, karena bulan Suro dipercaya juga sebagai bulan rehat dan refleksi renungan, jadi dihindari untuk membuat hajat yang berdampak pada pengeluaran keuangan terlalu banyak. Di bulan spiritual ini, banyak yang menyarankan untuk beribadah dan merehatkan diri dari hingar bingar dunia, tidak untuk melangsungkan pernikahan atau hajatan lainnya.

Versi modernnya, dikatakan bahwa orang Jawa perlu jeda, termasuk kondisi keuangan. Kalau terlalu banyak hajatan yang mengharuskan untuk menyumbang, maka hal itu akan membuat setiap orang terus-terusan mengejar uang dan membuat mereka memiliki aura negatif. Jadi dalam masyarakat Jawa, menikah bisa dilangsungkan sepanjang tahun, kecuali pantangan pada bulan Suro atau Muharram ini.

5. Muharram adalah salah satu bulan mulia dalam Islam

Sejatinya, bulan Muharram adalah bulan mulia di antara bulan-bulan lainnya dalam kalender Hijriyah. Penjelasannya ada dalam hadist riwayat Bukhari Muslim, yaitu :

"Setahun berputar sebagaimana keadaannya sejak Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun itu ada dua belas bulan. Di antaranya ada empat bulan haram (suci). Tiga bulannya berturut-turut yaitu Dzulqaidah, Dzulhijah, dan Muharram. (Satu bulan lagi adalah) Rajab."

Maksud dari empat bulan yang disebut bulan haram dan suci adalah melakukan maksiat pada bulan tersebut dosanya lebih besar dan jika melakukan amalan akan mendapat pahala yang lebih banyak. Terlebih, pernikahan sebagai wujud sunnah Rasulullah, maka akan mendapat pahala yang melimpah.

Jadi kesimpulannya, tidak masalah menikah atau melamar pada bulan Muharram yang menjadi awal tahun Hijriyah. Sebab, dalam Islam bukan termasuk perkara makruh atau diharamkan. Tapi semua kembali kepada kepercayaan masing-masing ya, Bela.

IDN Media Channels

Latest from Married