Maafkan Aku, Ma, Ternyata Kau Menyayangiku dengan Caramu Sendiri

Semoga kau membacanya

Maafkan Aku, Ma, Ternyata Kau Menyayangiku dengan Caramu Sendiri

Follow Popbela untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Whatsapp Channel & Google News

“Kamu kuliah lagi ya, biar bisa ngajar di kampus!”

“Ujung gamismu kotor! Ayo segera ganti!”

“Masaknya kok kayak gini sih? Bawangnya kebanyakan!”

Semua kalimat itu dengan redaksi serupa sering meluncur dari bibirmu. Mama, kau bagaikan sang ratu yang harus dituruti perintahnya. Aku bisa apa ketika masih menumpang di rumah orangtuaku? Berbagai permintaan melontar bagai peluru yang membuatku kepalaku berputar-putar. Bibirku mengerucut Ma, kaki ini ingin berlari menjauhimu.

1. Selama ini aku terus berusaha, Ma

Maafkan Aku, Ma, Ternyata Kau Menyayangiku dengan Caramu Sendiri

Sebagai anak perempuan satu-satunya, tentu Mama ingin aku bisa membereskan pekerjaan rumah dengan sempurna, sambil bekerja, kuliah S2, sekaligus mengurus anakku yang sedang lincah-lincahnya. Bagaimana aku bisa melakukan semua ini? Mama ingin aku jadi ibu sempurna, sementara waktuku masih tersita untuk mengembangkan bisnis percetakan. Aku tahu, Ma, kau ingin mendorongku jadi wanita karier dan mengajar sepertimu. Namun, apa aku salah saat ingin jadi ibu rumah tangga sekaligus pengusaha, dan blogger juga?

2. Apa pencapaianku masih kurang untukmu?

Masih kuingat dengan jelas ketika hampir setiap pagi Mama menerorku dengan permintaan untuk kuliah lagi. Apakah gelar sarjana tidak cukup untukmu? Bagaimana aku bisa berminat untuk belajar lagi, ketika kita mengobrol, Mama terus menyerocos tentang anaknya Tante A yang kuliah di Australia, atau putri Tante B yang sudah hampir selesai menyelesaikan tesisnya. Memangnya aku siapa? Anak kandung yang terus dibandingkan dengan anak orang lain, seolah-olah diri ini bodoh karena hanya kuliah S1.

Mengapa aku tidak bisa seperti anak lain yang dekat dengan ibunya? Mengapa seolah-olah Mama tidak menyayangiku? Ingatanku terlempar ke peristiwa beberapa tahun lalu. Saat ada di puncak amarah, aku minggat, karena merasa Mama tidak empati sama sekali. Ma, kau datang dengan setumpuk berkas harus kuterjemahkan, sementara suasana hatiku sedang kacau balau setelah ditinggalkan oleh mantan pacarku.

  • Share Artikel

TOPIC

trending

Trending

This week's horoscope

horoscopes

... read more

See more horoscopes here