5 Pengakuan Andien Aisyah Punya Mantan Toxic, Dipukuli & Disayat Pisau

Andien Aisyah mengungkapkan kisah kelam percintaannya ketika masih duduk di bangku kuliah. Selama berpacaran, ia kerap dipukul, dicakar, bahkan disayat pisau oleh mantan kekasihnya. Kekerasan fisik itu tak hanya sekali dua kali dialami Andien saat pacaran. Ia mengaku mendapat perlakuan kasar tersebut setiap hari!

“Waktu kuliah aku sempat pacaran sama seseorang yang mukul. Jadi mukul tuh bukan cuma sekali doang, itu udah kayak daily business dia yang memang abusive. Kalau nggak dipukul, pernah dibeset pisau, dicakar, segala macam. Itu makeup artist-ku tau banget. Pernah waktu itu aku datang ke studio mau nyanyi, mataku lebam, yang satu nggak bisa kebuka karena udah biru berair gitu."

Kekerasan fisik yang dialami Andien sempat membuat dirinya trauma dan depresi. Bahkan, ia sampai ingin mengakhiri hidupnya lantaran tak kuat dengan perlakuan kasar sang mantan pacar. Andien sendiri akhirnya bisa lepas dari hubungan yang nggak sehat itu setelah 9 bulan bersama.

“Pacarannya sih nggak lama ya, cuma 9 bulan. Tapi 9 bulan dengan tiap hari di-bully secara fisik itu kerasanya lama banget. Sampai pernah saat di jalan tol, aku lagi digebukin di mobil dengan mobil yang melaju cepat. Pernah aku merasa mendingan mati di jalan tol, aku buka pintunya terus aku ngeguling gitu, dibandingin aku tetap ada di mobil ini."

Hubungan tak sehat yang dialami Andien rupanya tak hanya berpengaruh pada kesehatan fisik dan mental saja, tapi juga pada karier bermusiknya. Apalagi, setelah putus dari lelaki tersebut, Andien kembali terjebak dengan toxic relationship lainnya dengan orang yang berbeda.

Berkali-kali tersakiti dalam hubungan membuat Andien merasa terpuruk. Pelantun lagu Indahnya Dunia ini bahkan sampai pernah ingin berhenti bernyanyi. Sampai pada akhirnya, Andien memilih untuk berserah diri dan menyerahkan jalan hidupnya kepada Tuhan. 

“Di hari hari itu setiap aku nyanyi, aku ditemenin sama mama karena aku tuh hampir nggak mau nyanyi. Tapi, karena aku harus tetap bernyanyi, jadi aku sebelum nyanyi tuh, wah makeup maskara udah di mana-mana, karena aku nangis terus. Mama aku tiap hari melukin aku terus. Aku juga udah ngerasa di titik terendah banget sampai doanya tuh berubah ke Tuhan. Dari yang tadinya 'Gue pengen ini', sampai akhirnya 'Terserah Tuhan deh maunya gimana'."

Waktu-waktu sulit yang harus dilalui Andien agaknya sedikit teringankan dengan kehadiran sang mama. Andien mengakui, sebagian besar kekuatannya untuk bisa bangkit berasal dari ibundanya yang terus mendampinginya setiap hari. 

“Aku rasa sebenarnya aku dibilang depresi, sudah sampai di tahap itu. Tapi, alhamdulillahnya terselamatkan. Aku rasa mama salah satu yang (berperan) terbesar sih."

Selain kehadiran sang mama, kegiatannya dalam bermusik juga menjadi penolongnya untuk keluar dari masa-masa sulit. Sebab, Andien bisa menyalurkan emosi yang ia rasakan itu lewat musik dan lagu yang ia ciptakan. 

“Aku merasa bahwa kadang-kadang musik juga sih yang bisa menyelamatkan aku. Kalau aku nggak nyanyi, nggak bertemu teman-teman musisi atau band player-ku, nggak berkarya, mungkin aku juga sulit untuk bertahan. Sekarang aku tahu kenapa aku bisa bertahan karena ada penyaluran dengan nyanyi, nulis lagu, segala macam."

Setelah melewati masa-masa kelam, kini Andien mendapat kebahagiaan yang tampak sempurna. Ia memiliki suami, Irfan Wahyudi alias Ippe, yang menikahinya pada 2015 lalu. Kebahagiaan mereka pun kian sempurna setelah dikaruniai dua orang anak yang menggemaskan.

Andien mengatakan hubungan yang ia jalani dengan sang suami pun jauh lebih sehat dibandingkan kisah masa lalunya. Ia pun merasa bersyukur karena perjalanan cintanya dengan Ippe begitu lancar sampai saat ini.

“Sampai akhirnya aku ada di titik terendah, kemudian aku sendiri berserah dan berubah. Baru deh akhirnya secara tidak direncanakan, tiba-tiba suamiku datang. Kita nggak berencana pacaran juga, terus akhirnya jadi pacaran, akhirnya jadi nikah, padahal nggak ada rencana. Tapi, jalannya smooth banget. Cuma memang harus sampai ke titik yang paling bawah dulu, sampai guling-guling dulu, karena kalau nggak, kitanya nggak berubah."