Di awal tahun 2025 ini, ada lagi film yang mengangkat kisah generasi sandwich, Bela. Disutradarai oleh Yandy Laurens, film 1 Kakak 7 Ponakan mengangkat kisah kehidupan Moko (Chicco Kurniawan) yang berubah drastis setelah kakaknya meninggal. Ia harus menunda impiannya untuk menjadi arsitek demi memastikan kebutuhan dan masa depan keluarganya.
Menyoroti bagaimana Moko sebagai sandwich generation harus mengorbankan banyak hal, dari impian, karier, hingga kehidupan cinta demi keponakan-keponakannya, berikut 7 pelajaran berharga dari film 1 Kakak 7 Ponakan yang menghangatkan hati sekaligus related dengan banyak orang.
1. Moko menganggap keluarga adalah tanggung jawab, bukan beban
Sebagai generasi sandwich yang menjadi tulang punggung keluarga sekaligus berjuang untuk diri sendiri, mungkin melelahkan. Terkadang, kamu mungkin merasa keluarga atau tanggung yang harus kamu biayai menjadi beban.
Namun dalam film ini, terutama karakter Moko, mengajarkan kepada para penonton bahwa keluarga itu bukanlah beban, melainkan tanggung jawab. Saat kamu mau mengubah mindset kalau menjaga atau mencukupi kebutuhan keluarga adalah tanggung jawab dan didasari oleh hati yang tulus, maka semua akan terasa lebih ringan. Apa pun yang dibutuhkan pun secara ajaib tercukupi.
2. Setiap hal ada waktunya, baik berkorban atau menikmati hasil
Di kehidupan ini, setiap hal ada waktunya. Seperti Moko, adakalanya ia hidup sederhana namun bahagia bersama keluarga kakaknya, tapi dalam sekejap hal tersebut hilang. Ia harus mengorbankan masa depannya untuk mengurus para keponakan usai kakak dan kakak iparnya meninggal dunia.
Ia tak bisa melanjutkan kuliah, bekerja seadanya, bahkan kehilangan waktu dengan pasangan. Namun, semua itu tak selamanya. Ada waktunya juga saat Moko akhirnya bisa mendapat pekerjaan lagi dan membiayai para keponakannya. Meski tinggal di rumah yang sederhana, ia bisa merasakan lagi kehangatan dan kebahagiaan dari kebersamaan yang tulus pada satu sama lain.
3. Keluarga itu saling memperjuangkan, menjaga, dan menanggung bersama
Film ini menampilkan bagaimana keluarga saling menyayangi. Kisah Moko beserta para keponakannya juga amat menyentuh hati dan penuh kehangatan serta emosi. Baik Moko maupun keponakannya satu sama lain tak mau saling membebani. Dari keluarga ini, penonton dapat mengambil pelajaran bahwa keluarga itu saling memperjuangkan, menjaga, dan menanggung bersama.
Setiap anggota keluarga mungkin bisa melakukan kesalahan, secara tidak sengaja menyakiti hati, bisa juga tak secara sempurna memahami satu sama lain. Namun, dari situlah semuanya harus saling belajar untuk berkomunikasi, meminta maaf, saling pengertian, tetap menghargai, dan jadi tempat cerita karena hanya punya satu sama lain.
4. Normal untuk merasa bersalah pada diri sendiri tapi bangkit lagi
Beberapa orang mungkin pernah merasa bersalah pada diri sendiri. Entah karena kurang maksimal dalam melakukan sesuatu, berbuat salah, atau tak bisa menggapai ekspektasi. Semua perasaan ini normal, hanya saja jangan sampai perasaan tersebut menjadi yang dominan. Kamu harus bisa bangkit lagi dan lebih realistis dengan keadaan.
Moko pernah merasa insecure dengan dirinya. Ia adalah mahasiswa yang pintar, namun suka tak percaya diri. Berkat dukungan dari kekasih dan keluarganya, ia mampu untuk membuktikan kemampuan aslinya.
Keponakan-keponakan Moko juga menganggap diri mereka sebagai beban untuk sang paman yang mereka panggil kakak. Tapi, saat satu sama lain mengutarakan perasaannya, saling mendukung dan mengafirmasi, keponakan-keponakan Moko menyadari kalau mereka bukanlah beban melainkan keluarga.
5. Bedakan biaya hidup dan gaya hidup
Film karya Yandy Laurens satu ini juga mengajarkan kita untuk lebih bijaksana dalam mengelola keuangan, terutama keuangan keluarga. Moko tak hanya membiayai kebutuhan sehari-hari para keponakannya, ia juga sering diminta sang kakak ipar, Eka (Ringgo Agus Rahman), untuk mengirim sejumlah uang terkait gaya hidup mereka yang ternyata itu semua hanya akal-akalan Eka.
Atasan Moko, yang juga seorang sandwich generation, memberi pesan bahwa setiap orang harus bisa membedakan mana biaya hidup dan gaya hidup. Biaya hidup dapat dihitung, tapi gaya hidup tidak. Jika selalu mengikuti gaya hidup, maka sebesar apa pun pendapatanmu nggak akan pernah cukup.
6. Kamu nggak bisa menolong semua orang
Meski karakter Eka menyebalkan, namun ada salah satu pesannya yang bisa menjadi pelajaran. Saat melihat Moko menanggung banyak keponakan, bahkan anak dari guru les pianonya, ia merasa kasihan. Eka menasihatkan Moko untuk mengembalikan Gadis (Kawai Labiba), anak guru lesnya itu kepada kerabatnya.
Kakak iparnya itu mengatakan, sebaik-baiknya seseorang, ia tak bisa menolong semua orang. Menolong orang itu memang hal yang baik, tapi nggak semua hal dan nggak semua orang wajib kamu tolong, apalagi jika itu terlihat melebihi kemampuanmu.
Kamu tetap bisa menolong, tapi realistis juga dengan keadaan. Jangan karena perbuatan baikmu itu, banyak hal lain yang akhirnya dikorbankan. Eka juga berpesan, "Biasanya orang yang sungkan akan dipertemukan dengan orang yang nggak tahu diri.”
7. Pasangan yang mendukung dan memperjuangkan
Di film ini, Maurin (Amanda Rawles) menjadi pasangan Moko yang selalu ada di setiap masa kehidupannya. Ia menjadi sosok penolong untuk Moko, baik dalam kehidupan pribadi maupun karier. Maurin dapat menghadapi dan mendukung Moko saat kekasihnya itu sedang insecure. Ia mengekspresikan cintanya nggak hanya dengan kata-kata, tapi juga hadiah serta act of service.
Bahkan, meski Maurin diputusin Moko karena ia tak punya waktu lagi untuk kehidupan pribadinya karena mengurus keluarga, cinta tulus dari Maurin tetap tak berubah. Ia selalu membantu Moko, menyayanginya, memberi semangat, memberi jalan untuk Moko mendapat pekerjaan, dan memperjuangkan cinta Moko.
Maurin mampu membaca niat-niat baik terdalam Moko yang sulit dipahami orang lain. Sosok Maurin pun menjadi panutan untuk sosok pasangan yang sempurna yang diperlukan para Moko di luar sana.
Dari karakternya, penonton bisa mengambil bahwa pasangan itu saling memahami dan mendukung, mampu menerima kelebihan dan kekurangan yang ada.
Itulah 7 pelajaran berharga dari film 1 Kakak 7 Ponakan yang tayang pada 23 Januari 2025 ini di bioskop!