Permainan Aplikasi Kencan Online dan ‘Tukar Tambah’ dalam Hubungan

Ketika perasaan tergantung pada kualitas

Permainan Aplikasi Kencan Online dan ‘Tukar Tambah’ dalam Hubungan

Follow Popbela untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Whatsapp Channel & Google News

Kegiatan sehari-hariku, seperti biasanya, yaitu mengunjungi beberapa situs luar negeri untuk membaca artikel-artikel yang berkaitan dengan kehidupan percintaan. Namun berbeda dari artikel lain, hari ini aku menemukan artikel menarik tentang kencan online. Bukan artikel tentang tips menarik perhatian lawan jenis saat kencan atau bahaya yang mengintai di balik perkenalan di internet, tapi tulisan yang membuat aku berpikir, “Oh iya juga, ya.”

Artikel tersebut dimuat dalam situs The Guardian yang ditulis oleh salah satu reporternya yaitu Emily Reynolds. Artikel ini membicarakan tentang bagaimana kehidupan anak muda zaman sekarang menghadapi kemajuan teknologi dan dikaitkan dengan bagaimana mereka menyikapi kehidupan percintaan mereka. Melansir dari artikel tersebut, sebuah survei yang dilakukan oleh ComRes, seperempat dari generasi millennial berusia 18 hingga 24 tahun merasakan dorongan untuk ‘membuat kehidupan cintanya lebih baik’ karena adanya kesempatan yang ditawarkan oleh aplikasi kencan online.

Permainan Aplikasi Kencan Online dan ‘Tukar Tambah’ dalam Hubungan

Seperti yang kita tahu, kehadiran aplikasi kencan online bukanlah hal yang benar-benar baru. Fungsi utama untuk bertemu dengan calon pasangan potensial lewat internet perlahan juga bergeser. Ada yang menggunakan aplikasi ini untuk mendapatkan teman satu malam, ada yang hanya ingin mencari teman curhat, ada juga yang menggunakannya untuk jualan. Namun, siapa pun yang mengunduh aplikasi tersebut untuk bertemu lawan jenis, tentu menyimpan harapan untuk bertemu orang yang lebih baik dalam hatinya. Lebih bagus lagi kalau bisa bertemu yang sesuai kriteria sehingga perlahan kisah cintanya bisa menjadi lebih indah.

Tapi aplikasi tetaplah aplikasi. Mereka diciptakan bukan benar-benar untuk membantu seseorang menemukan cinta sejatinya, tapi juga meraup pundi-pundi rupiah penggunanya. Bukan hal yang aneh ketika aplikasi kencan online menggunakan sistem berbayar dan menjanjikan sejumlah fasilitas menggiurkan. Dalam tulisan Emily juga disebutkan bahwa penggunaan kata-kata yang menjanjikan seperti “memaksimalkan” kesempatan seseorang “tiga kali lipat” untuk bertemu orang yang ia cari-cari selama ini lebih terdengar seperti istilah dalam berbisnis ketimbang bertemu jodoh.

Yup, kita berbicara masalah bisnis di sini.

Pada akhirnya, seseorang yang membayar aplikasi tersebut lah yang memiliki kesempatan lebih untuk bertemu orang yang sesuai keinginannya. Mungkin bukan cuma dari segi fisik, tapi dia akan bertemu orang-orang yang kriterianya mendekati standarnya, menjadi lebih yakin dan tersugesti bahwa mereka yang berinteraksi dengannya setelah ia membayar aplikasi tersebut adalah orang-orang yang tepat sehingga ia punya pilihan yang lebih beragam. Dengan kata lain, keintiman ada harganya.

Masuk akal, memang. Apalagi nggak sedikit orang yang frustrasi karena nggak punya pasangan lalu berbondong-bondong mengunduh aplikasi kencan online. Harga yang dikeluarkan terlihat nggak seberapa ketimbang mendapatkan kesempatan lebih untuk bertemu the one. Kembali ke hasil survei tadi. Kehadiran aplikasi kencan online yang menjamur dan sangat mudah diakses membuat seperempat anak muda tersebut merasa begitu mudah memperbarui kisah cinta mereka.

Emily menganalogikan hal tersebut seperti seseorang yang mengganti smartphone. Karena ada model keluaran terbaru dengan kamera yang lebih jernih, maka gadget lama ditinggalkan. Sudah dapat yang baru, ternyata desainnya masih kurang kekinian, misal nggak bisa membuka kunci menggunakan sidik jari. Karena sekarang musimnya serba fingerprint, maka smartphone dengan kamera jernih dan tanpa fingerprint akan bertemu pengguna barunya karena dijual demi bisa membeli yang lebih baru. Sama halnya dengan hubungan. Jika nggak cocok dengan si A, cari yang lain dan ketemu dengan B. Sayangnya, B sedikit kurang keren kalau diajak kondangan, jadi ya nggak ada salahnya cari yang lain, siapa tahu bertemu si C.

Nggak semua pengguna aplikasi kencan online berpikiran seperti itu dan nggak semua pengembang aplikasi kencan hanya memikirkan profit tanpa ada misi untuk membantu para penggunanya menemukan cinta. Tapi seenggaknya kita menjadi berpikir lebih dalam. Pertama, kita sadar bahwa bertemu orang baru bukanlah hal yang sulit. Kedua, karena saking mudahnya, beberapa orang jadi kurang menghargai proses dalam hubungan dan mudah berpindah ke lain hati demi mengejar kesempurnaan. Ketiga dan yang nggak kalah penting, beberapa orang memandang keberhasilan hubungan tergantung dari uang yang dimiliki. Padahal, faktanya nggak melulu demikian.

Setelah membaca tulisan di atas, apa yang terlintas dalam pikiranmu? Apakah kamu pernah mengamati perilaku orang-orang di sekitarmu yang mengandalkan aplikasi kencan online? Jangan lupa tuliskan pengalamanmu di kolom komentar, ya!

  • Share Artikel

TOPIC

trending

Trending

This week's horoscope

horoscopes

... read more

See more horoscopes here