Tidak sedikit yang membenarkan bahwa mencintai lebih dari satu orang adalah hal yang wajar. Pembenaran ini dianggap sahih, terutama oleh mereka yang menjunjung tinggi hak dan kebebasan, terutama dalam menjalin hubungan. Siapapun bebas datang lalu meninggalkan dan mungkin juga bebas kembali lagi. Tapi pengakuan cowok berinisial A ini mungkin akan mengubah pemikiran mereka yang menganggap selingkuh itu wajar.
Mencintai satu orang saja di dunia ini terlihat seperti hal yang tidak memungkinkan bagiku. Aku sangat adiktif dengan cinta, aku sangat mudah tertarik dengan wanita. Pada diriku sendiri aku berkata bahwa aku tidak bisa mengontrolnya karena ini adalah sifat alamiah manusia. Akhirnya aku berselingkuh, berkali-kali aku ulangi tiap menjalin sebuah hubungan lalu aku benar-benar tidak bisa berhenti melakukannya lagi dan lagi.
Tidak munafik, selingkuh memang menyenangkan. Rasa penasaran kita terpuaskan, rasa cinta kita tersalurkan, tidak ada yang lebih menyenangkan dari itu semua. Kita bisa menjalin beberapa hubungan dalam waktu yang bersamaan bisa dibilang adalah surga. Tapi sisi kemanusiaanku selalu bertanya-tanya, apa aku pantas disebut manusia ketika kebahagiaanku lahir dari sebuah penderitaan? apa aku masih pantas hidup ketika yang kulakukan hanya mempermainkan?
Selama hidup kita, orang-orang yang lebih baik dari pasangan kita akan selalu bermunculan tanpa bisa kita kendalikan. Jika tujuan hidup kita adalah menemukan yang terbaik, maka sepanjang hidup akan kita habiskan dengan kesendirian. Kesempatan untuk berpetualang dan mencoba-coba suatu saat akan habis karena kita akan menua dan tak ada lagi yang bisa kita unggulkan untuk menarik perhatian banyak orang. Kita akan kesepian pada akhirnya.
Kekasih yang kita selingkuhi, teman-teman dan orang-orang yang tahu kita selingkuh akan berhenti respect pada kita. Memulihkan respect itu bukan perkara mudah, meski kita tetap bisa unggul dalam karakter kepribadian lainnya, perselingkuhan adalah keburukan yang sulit dimaafkan. Tak akan bisa sebanding dengan mudahnya mencari selingkuhan, karena perbuatan yang negatif memang lebih mudah jalannya dibandingkan menjaga diri agar tetap positif.
Tidak hanya kehilangan respect dari orang lain, aku bahkan tidak lagi respect pada diriku sendiri. Aku tidak hadir seutuhnya pada siapapun, aku menyakiti banyak orang. Nafsu telah membuaiku dengan menyamarkan diri jadi rasa cinta, lalu menghancurkanku pelan-pelan. Semuai dimulai ketika aku tetap penuh derai tawa tatkala dia yang kutinggalkan menangis penuh derita. Hatiku telah menjadi sekeras batu hanya demi mendapatkan kebahagiaan yang semu.
Hatiku mulai tersentuh ketika aku ditinggalkan oleh seseorang yang mencintaiku, dia begitu cepat move on dan aku sebaliknya. Aku mulai berubah dan ini tidak mudah, semua butuh waktu. Melihat kembali masa lalu dengan sudut pandang yang berbeda menjadi caraku untuk memulai hidup baru. Kini ketika usiaku sudah tak lagi muda, aku sadar betapa pentingnya bertahan pada satu cinta entah ujian apapun yang menderanya.
Mencintai satu orang di dunia ini bukan hal yang tidak mungkin, dan kini aku menolak dengan tegas untuk berpoligami apalagi berselingkuh! Karena kitalah yang punya kontrol atas diri kita.
"Laki-laki tidak hanya punya penis, tapi juga punya pilihan."
