Baca artikel Popbela lainnya di IDN App
For
You

9 Negara yang Dianggap Tidak Lagi Ramah Turis, Apa Alasannya?

Split Kroasia
lonelyplanet.com
Intinya sih...
  • Spanyol: Protes anti-turis di Barcelona dan peningkatan jumlah wisatawan membebani infrastruktur dan biaya perumahan.
  • Amsterdam, Belanda: Kampanye "Stay Away" ditujukan pada wisatawan Inggris yang mencari pesta bujang atau akhir pekan.
  • Jepang: Rekor jumlah wisatawan internasional mencapai 36,87 juta dengan wali kota baru Kyoto yang melawan overtourism.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah destinasi populer mulai mendapat sorotan karena dianggap tidak lagi ramah bagi turis. Fenomena ini muncul karena berbagai faktor, mulai dari overtourism, aturan yang makin ketat, perubahan kebijakan visa, hingga situasi politik yang memanas.

Mengutip dari Travelbinger, artikel akan membahas sembilan negara yang dianggap tidak lagi ramah turis, lengkap dengan alasan di balik perubahan sikap tersebut. Cek daftarnya supaya kamu bisa mempertimbangkan matang-matang jika tertarik berkunjung ke salah satunya.

1. Spanyol

Spanyol
spainhomes.com

Pada Juli 2024, ribuan orang berbaris di La Rambla, Barcelona, sambil membawa spanduk bertuliskan "Pariwisata membunuh kota" dan "Turis pulang, Anda tidak diterima." Sementara itu, beberapa demonstran menggunakan pistol air untuk menyemprot turis yang sedang makan di restoran dan memaksa mereka meninggalkan meja.

Spanyol menerima 42,5 juta wisatawan dalam enam bulan pertama tahun 2024, mencerminkan peningkatan masing-masing sebesar 11,5 dan 13,3 persen dari tahun 2019 dan 2023. Arus wisatawan yang besar ini telah membebani infrastruktur dan meningkatkan biaya perumahan bagi penduduk setempat.

Protes meletus di seluruh Eropa, terutama di Spanyol. Cadiz dan Lanzarote bergabung dalam demonstrasi bersama banyak wilayah dan kawasan Spanyol lainnya.

2. Amsterdam, Belanda

Amsterdam Belanda
gocity.com

Di Amsterdam, sentimen anti-pariwisata tidak terbatas pada kelompok masyarakat. Pemerintah kota mendesak wisatawan Inggris untuk menjauh melalui kampanye daring "Stay Away" yang menyasar warga Inggris yang mencari pesta bujang atau pesta akhir pekan.

Video-video tersebut menunjukkan pria-pria muda mabuk ditangkap atau didenda karena perilaku buruk. Meskipun ada bukti bahwa kampanye tersebut tidak menghalangi wisatawan Inggris, Amsterdam mengintensifkan upayanya pada Maret 2024 dengan sebuah survei daring bertajuk Amsterdam Rules.

3. Jepang

Kyoto
lonelyplanet.com

Pada tahun 2024, jumlah wisatawan internasional ke Jepang mencapai sekitar 36,87 juta. Rekor ini menjadi yang tertinggi dengan peningkatan 47,1% dibandingkan tahun sebelumnya. Menurut data JNTO untuk Oktober 2024, Korea Selatan, Tiongkok, Taiwan, dan Hong Kong bersama-sama menyumbang 1,99 juta dari 3,3 juta wisatawan pada bulan tersebut, mewakili 60% dari seluruh pengunjung.

Wali Kota baru Kyoto, Koji Muramasa, bahkan terpilih setelah berkampanye melawan overtourism. Pasalnya, kota dengan populasi penduduk sekitar 1,5 juta jiwa ini dikunjungi 32 juta wisatawan tahun 2024, lebih dari 20 kali lipat jumlah penduduk. Mulai Oktober 2025, Kyoto melarang wisatawan memasuki gang-gang pribadi di Gion setelah penduduk setempat mengeluh bahwa lingkungan tersebut "bukan taman hiburan."

4. Venesia

Venice
fullsuitcase.com

Pada April 2024, Venesia memberlakukan biaya €5 bagi wisatawan harian. Hal ini membuat beberapa kelompok melakukan protes berbaris di jalan-jalan sempit sambil memegang spanduk seperti "Selamat Datang di Veniceland" dan "Tolak Tiket Masuk".

Pada tahun 2021, kapal pesiar dilarang berlabuh di pusat kota setelah protes bertahun-tahun. Kota bersejarah ini telah menjadi simbol masalah pariwisata berlebihan di Eropa. Penduduk setempat merasa makin frustrasi dengan dampaknya terhadap kehidupan sehari-hari mereka.

5. Turki

Istanbul Turki
advantour.com

Ketegangan politik dan kekhawatiran tentang stabilitas regional di Turki telah menciptakan potensi gangguan perjalanan. Dengan protes menyebar di seluruh negeri dan Istanbul menjadi pusatnya, pembatasan perjalanan pun mulai diberlakukan di negara ini.

Demonstrasi dan protes rutin saat ini sedang berlangsung di Istanbul dan kota-kota lain di Turki. Kegiatan ini berpotensi berujung pada kekerasan, dengan respons polisi termasuk penggunaan gas air mata dan meriam air. Survei UNHCR tahun 2024 menemukan bahwa 77% responden di Turki mendukung penutupan perbatasan bagi pengungsi. Hasil tersebut menjadi yang tertinggi di dunia.

6. Split, Kroasia

Split Kroasia
lonelyplanet.com

Kota pesisir bersejarah Split, Kroasia, telah mengambil langkah-langkah untuk memerangi perilaku wisatawan yang merugikan warga setempat. Ada berbagai rambu-rambu yang terpasang untuk memperingatkan denda €300 jika wisatawan buang air kecil di tempat umum, memanjat monumen, melompat di air mancur, atau tidur di tempat umum.

Meskipun tidak seketat destinasi wisata lainnya, meningkatnya kebutuhan akan langkah-langkah tersebut menandakan peningkatan rasa frustrasi terhadap perilaku wisatawan. Selain menciptakan suasana yang tidak nyaman, tindakan-tindakan tersebut juga dianggap tidak menghormati situs warisan budaya oleh penduduk setempat.

7. Iran

Iran
visitouriran.com

Iran menawarkan warisan budaya yang kaya dan lanskap yang memukau. Namun, iklim politiknya membuat para wisatawan perlu ekstra waspada.

Hubungan Iran yang tegang dengan banyak negara Barat berkontribusi pada persepsi lingkungan yang tidak ramah. Sementara itu, kebijakan pemerintah dan potensi kerusuhan politik yang tiba-tiba dapat menghalangi wisatawan. Terlepas dari keramahan khas masyarakat Iran, atmosfer politiknya menciptakan tantangan yang kompleks bagi pengunjung internasional.

8. Korea Utara

Korea Utara
worldnomads.com

Kehidupan masyarakat di Korea Utara dikontrol dan diawasi dengan sangat ketat. Wisatawan tidak memiliki jaminan akan diizinkan kembali setelah memasuki negara tersebut. Warga negara Amerika Serikat bahkan dilarang bepergian ke negara ini setelah insiden Otto Warmbier.

Melangkah ke Korea Utara terasa seperti memasuki dunia paralel. Dengan peraturan ketat, wisatawan harus mematuhi aturan tentang ke mana mereka boleh pergi dan apa yang boleh mereka foto. Aturan-aturan tersebut menambah rasa tidak nyaman, tetapi tak sedikit yang tetap merasa tertantang untuk mengunjungi negara ini.

9. Rusia

Rusia
visaexpress.com

Rusia memiliki sejarah yang kaya, kekayaan budaya yang memikat, dan bentang alam yang luas. Namun, Rusia dapat menghadapi tantangan birokrasi dan ketegangan geopolitik yang dapat membuat wisatawan berpikir dua kali untuk berkunjung.

Hal ini tak terlepas dari faktor persyaratan visa yang ketat dan iklim politik yang seringkali bertentangan dengan negara-negara Barat. Situasi geopolitik yang sedang berlangsung ini telah membuat perjalanan semakin rumit bagi banyak wisatawan internasional.

Persiapkan dirimu sebaik mungkin jika tertarik berwisata ke salah satu negara tersebut, ya, Bela!

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ayu Utami
EditorAyu Utami
Follow Us

Latest in Lifestyle

See More

5 Kota Dingin di Jawa Timur, Bukan Hanya Batu

14 Des 2025, 20:15 WIBLifestyle