Tren Foto Polaroid AI Viral, Apakah Data Pribadi Kita Aman?

- Tren foto polaroid AI viral di media sosial
- AI mengumpulkan data untuk pengembangan konten
- Penggunaan foto orang lain dengan AI harus memperoleh persetujuan
Tren foto polaroid AI sedang viral di berbagai platform media sosial seperti TikTok atau Instagram. Biasanya netizen menggunakan fitur ini untuk membuat dirinya dengan idolanya seolah berfoto di tempat yang sama. Cara ini jelas lebih mudah dan instan dibandingkan dengan memanipulasinya menggunakan aplikasi seperti Adobe Photoshop atau Picsart seperti tren fotografi terdahulu.
Akan tetapi, ikut-ikutan tren foto polaroid AI rupanya mempertaruhkan keamanan data pribadi kita, lho. Dengan menyerahkan foto kita kepada teknologi kecerdasan buatan ini saja, artinya kita setuju kalau data tersebut bisa digunakan untuk pengembangan konten mereka.
Dalam kebijakan privasi yang diperbarui 2 September 2025 kemarin, platform Gemini yang banyak digunakan untuk membuat tren foto polaroid AI ini sudah dengan jelas mencantumkan poin-poin yang harus diperhatikan oleh para pengguna. Yuk, kita ulik bersama!
Bagaimana cara AI mengumpulkan data?

Pernah bertanya-tanya mengapa AI makin canggih dan kontennya makin terlihat asli seiring berjalannya waktu? Hal ini tak terlepas dari informasi yang kita berikan selama menggunakan layanannya. Data yang mereka kumpulkan meliputi file, video, layar yang kita tanyakan, foto, dan konten halaman yang kita bagikan dari browser. Perintah dan masukan yang kita katakan pun bisa jadi asupan yang berharga.
Lantas, apa yang akan mereka lakukan dengan data tersebut? Mengutip dari laman Hub Privasi Aplikasi Gemini, informasi tersebut akan sangat berguna untuk menyediakan layanan, meningkatkan kualitas layanan, mempersonalisasi layanan, menyesuaikan layanan, mengembangkan layanan baru, berkomunikasi dengan pengguna, mengukur performa, serta melindungi Google, pengguna kami, dan publik.
Penggunaan ini mencakup model AI generatif dan teknologi machine learning lainnya yang mendukung layanan Gemini. Nantinya, akan ada petugas peninjau (termasuk peninjau terlatih dari penyedia layanan Gemini) yang meninjau sebagian data yang mereka kumpulkan untuk tujuan ini.
Apakah data yang sudah kita serahkan bisa dihapus?

Poin tersebut membuat Gemini melarang untuk masukkan informasi rahasia yang tidak kita kehendaki untuk dilihat oleh peninjau atau digunakan oleh Google. Pasalnya, dafa tersebut bisa dipakai untuk meningkatkan kualitas layanan, termasuk teknologi machine learning.
Pertanyaannya sekarang adalah, apakah data yang sudah kita serahkan bisa dihapus? Masih dari laman yang sama, jawabannya bisa, tetapi dengan beberapa catatan. Kita bisa mengatur periode hapus data otomatis dengan pilihan 3 bulan, 18 bulan, 36 bulan, bahkan tanpa batas. Namun, ada juga pilihan untuk menghapusnya secara manual sewaktu-waktu.
Akan tetapi, percakapan yang ditinjau oleh petugas peninjau (dan data terkait seperti bahasa, jenis perangkat, info lokasi, atau masukan dari kita) tidak terhapus saat kita menghapus riwayat aktivitas tersebut. Sebaliknya, data tersebut dipertahankan hingga maksimal tiga tahun.
Sejumlah data juga akan disimpan lebih lama apabila diperlukan untuk keperluan bisnis atau hukum yang sah, seperti untuk keamanan, pencegahan penipuan dan penyalahgunaan, atau penyimpanan catatan keuangan. Ada juga data yang baru akan dihapus saat kita juga menghapus akun Google, contohnya informasi tentang seberapa sering kita menggunakan Aplikasi Gemini.
Apakah boleh memproses foto orang lain dengan AI?

Topik yang paling sering diperdebatkan soal tren foto polaroid AI adalah penggunaan foto orang lain, seperti idol K-pop atau atlet. Karena statusnya sebagai figur publik, banyak penggemar yang ingin memiliki potret kebersamaan dengan mereka dan terlihat nyata. Ditambah lagi, foto para sosok terkenal ini bertebaran di media sosial.
Namun, Gemini sendiri sudah menuliskan poin bahwa tiap pengguna sebaiknya menghargai hak privasi orang lain saat menggunakan layanannya. Platform ini menganjurkan kita untuk hanya mengunggah, membuat, dan mengedit konten yang sudah mendapatkan persetujuan (consent) dari pihak yang bersangkutan.
Terlebih lagi, pembuatan konten yang menyerempet vulgar seperti yang dipermasalahkan oleh para pemain Timnas beberapa waktu lalu, sebenarnya juga sudah dilarang oleh Google. Dalam kebijakan privasinya, pengguna diminta untuk tidak membuat atau mendiskusikan konten yang berkaitan dengan aktivitas seksual vulgar, kekerasan, berbahaya, atau penyebaran kebencian.
Google hanya akan membuat pengecualian untuk aturan ini jika artificial intelligence dimanfaatkan sebagai sarana edukasi, dokumenter, ilmiah, atau artistik, atau jika manfaat yang substansial bagi publik lebih besar daripada dampak negatifnya. Jadi, ke depannya jangan asal memberikan data pribadi diri sendiri maupun orang lain kepada AI, ya, Bela!



















