Alasan Mengapa Perempuan Masih Terkendala dalam Meniti Karier di Abad ke-21

Hari gini masih ada diskriminasi?

Alasan Mengapa Perempuan Masih Terkendala dalam Meniti Karier di Abad ke-21

Follow Popbela untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Whatsapp Channel & Google News

Sudah satu abad berlalu sejak munculnya gelombang pertama feminisme yang menyerukan kesetaraan gender dalam ranah sosial dan ekonomi. Namun, kesetaraan yang diidam-idamkan tersebut belum sepenuhnya tercapai, khususnya dalam perjalanan perempuan meniti karier. Ada beberapa alasan mengapa perempuan mengalami kendala dalam kariernya bahkan di zaman modern ini.

aceshowbiz-2-3adf8cfa2b97f2b20ba783050542df63.jpgaceshowbiz.com

Menurut survei yang dilaksanakan oleh Murray Edwards College pada 2015, 22% perempuan menganggap tantangan terbesar yang mereka hadapi dalam berkarier adalah membagi waktu dan perhatian antara karier dan keluarga. Sementara itu 38% perempuan menganggap bahwa yang menyulitkan mereka bukan alasan pribadi, melainkan lingkungan kerja yang tidak mendukung.

superiorpics-eb006404f1a04cae613c6306a1f0e717.jpgsuperiorpics.com

Lingkungan kerja dalam sebuah perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah budaya dan nilai yang berlaku dalam masyarakat. Sejauh ini sudah banyak perubahan dan kemajuan dalam cara masyarakat menilai perempuan yang menyebabkan perempuan bisa berpartisipasi dalam sektor kerja. Tapi pada kenyataannya perempuan masih harus bekerja lebih keras dari laki-laki untuk membuktikan kemampuan mereka dan supaya bisa diakui di dunia kerja. Pandangan seperti ini masih banyak dijumpai karena asumsi dasar bahwa perempuan tak dituntut untuk bisa bekerja layaknya laki-laki belum sepenuhnya hilang dari masyarakat. Masyarakat menerima bahwa ada kemungkinan bagi perempuan untuk menunjukkan kemampuan bekerja layaknya laki-laki, tapi kebanyakan orang masih berpikir pada dasarnya laki-laki memang lebih mampu bekerja dibanding perempuan. Hal ini menyulitkan perempuan karena perempuan harus bekerja di atas standar yang berlaku bagi laki-laki jika ingin unjuk gigi di dunia kerja.

supermanhomepage-3fcbd530a4446c308356e7c4acdc5f59.jpgsupermanhomepage.com

Selain karena asumsi dasar tersebut, karir perempuan sering tertahan karena mereka kesulitan menyuarakan pendapatnya di kantor. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh LeanIn.Org dan McKinsey & Co, bahkan ketika mereka telah menunjukkan kinerja di atas rata-rata, respon yang diberikan tidak sebaik yang diberikan pada karyawan laki-laki. Menurut penelitian yang sama, pimpinan perempuan mendapat rating 14% lebih rendah dari pimpinan laki-laki saat mereka mengungkapkan pendapat di hadapan rekan-rekan kerja mereka. Demikian juga ketika karyawan laki-laki menawarkan suatu gagasan, mereka akan mendapat hasil evaluasi yang lebih baik. Sementara itu, jika karyawan perempuan menawarkan gagasan yang sama, hasil evaluasi yang mereka terima akan tetap sama, tidak akan menjadi lebih baik. Suara perempuan seringkali teredam suara laki-laki di kantor karena masih ada anggapan bahwa perempuan tak seharusnya berpendapat dan terlibat dalam proses pengambilan keputusan yang dulunya didominasi oleh laki-laki.

superiorpics-2-ca16a466dafe2d73b230f933387ad73e.jpgsuperiorpics.com

LeanIn.Org dan McKinsey & Co juga mengadakan survei pada perusahaan-perusahaan multinasional. Hasil survei tersebut menunjukkan bahwa 3/4 perusahaan yang disurvei menyebutkan bahwa kesetaraan gender dan peluang merupakan prioritas dalam agenda mereka. Namun pada kenyataannya, hanya sepertiga karyawan dari perusahaan-perusahaan tersebut yang menyatakan bahwa mendukung peran perempuan di kantor memang merupakan prioritas pimpinan perusahaan mereka. Perusahaan-perusahaan ini menganggap bahwa mendukung peran perempuan dalam lingkungan kerja akan menghambat produktivitas perusahaan karena mereka akan mengambil cuti hamil dan melahirkan dan mereka cenderung tidak fokus atau ambisius dalam bekerja karena harus memikirkan dan mengurus keluarganya.

aceshowbiz-62a400ea081c58dc4a87b30befa1f4dc.jpgaceshowbiz.com

Untuk mengatasi isu ini, tidaklah cukup jika kita memberikan pelatihan kepemimpinan dan kepercayaan diri bagi perempuan. Laki-laki harus dilibatkan dalam perbincangan mengenai kesetaraan gender dan peluang dalam lingkungan kerja. Selain itu, perlu juga ditanamkan bahwa memajukan peran perempuan di lingkungan kerja tidak menghambat produktivitas perusahaan, tapi justru mendukung pertumbuhan perusahaan. Ketika perempuan dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan perusahaan, pola pikir dan pertimbangan yang ditawarkan akan semakin beragam sehingga kemungkinan untuk mencapai hasil yang efektif lebih besar. Kalau para pimpinan perusahaan mau bergerak dan berubah, kita tak perlu menunggu sampai satu abad lagi hingga jalan yang ditempuh perempuan dalam meniti karir bisa disejajarkan dengan laki-laki.   

  • Share Artikel

TOPIC

trending

Trending

This week's horoscope

horoscopes

... read more

See more horoscopes here