Meski berjalan dengan penuh suka-duka, nggak dapat dipungkiri jika masa kuliah adalah masa terbaik yang pernah dilalui dalam hidup. Bertemu teman baru, menemukan cita-cita yang selama ini kamu idamkan, berhadapan dengan segudang tugas yang membuatmu harus begadang, mendapatkan perspektif baru soal bidang yang kamu sukai, dan sebagainya. Namun jika berpikir kalau masa kuliah adalah masa terbaik, apa itu tandanya momen bahagia itu akan berakhir setelah upacara wisuda?
Ada istilah "Post-grad depression", yang berarti depresi yang dialami oleh mahasiswa pasca-wisuda. Walau nggak didiagnosa sebagai salah satu gangguan kesehatan mental, hal itu dialami oleh banyak mahasiswa, khususnya rentan pada perempuan. Post-grad depression ini nggak bertahan dalam hitungan hari, tetapi bisa sampai bertahun-tahun lamanya. Lalu, apa kamu mengalami gangguan kesehatan ini, Bela? Cek gejalanya!
Melansir dari Her Campus, selepas masa perkuliahan berakhir dan upacara wisuda terlewati, jadwal harianmu jadi kurang tertata dengan baik. Selama 3-4 tahun sebelumnya, kamu mungkin memiliki agenda harian berupa masuk kelas, belajar, dan mengerjakan tugas. Namun kini, kamu sulit bangun pagi dan nggak tahu harus berbuat apa. Terlebih jika belum memiliki pekerjaan, waktumu sepanjang hari terasa terbuang sia-sia. Kamu merasa stres dengan kondisi ini.
Merasa sulit untuk bangun pagi? Selalu mencari alasan untuk menghindari olahraga dan gaya hidup sehat? Ini menjadi tanda kalau kamu kurang motivasi untuk menjalani hari dan terjebak dalam kondisi depresi pasca-wisuda. Kehilangan motivasi ini juga berlaku khususnya pada para mahasiswa yang mencari pekerjaan. Ketika merasa putus asa menemukan yang terbaik, kamu akan merasakan kekalahan, seakan perkuliahanmu sebelumnya nggak membuatmu berhasil. Sedangkan jika mendapatkan pekerjaan yang kurang sesuai dengan minat, kamu kekurangan dorongan untuk bekerja secara kreatif atau melakukan yang terbaik.
Pada masa setelah kelulusan ini, kamu rentan membandingkan dirimu dengan orang lain. Melihat teman-teman di media sosial mendapatkan pekerjaan yang mereka inginkan atau memiliki kegiatan menarik, membuatmu menilai bahwa mereka lebih sukses daripada dirimu. Sikap ini bisa berbahaya untuk kesehatan jiwamu, Bela. Kalau kamu sering membuka media sosial hanya untuk membuat perbandingan dengan orang lain, tandanya dirimu mengalami post-grad depression.
Nggak hanya sulit untuk membuat pertemanan baru selepas lulus dari perkuliahan, tetapi juga menjadi culture shock. Kamu bertransisi dari lingkungan yang dirimu kenal ke lingkungan asing bagimu. Situasi seperti ini membuatmu merasa lemah karena nggak memiliki teman yang dapat memberimu dukungan. Jika jauh dari rumah, keluarga pun sulit dijangkau saat kamu membutuhkan support system terbaik. Saat merasa putus asa dengan kesendirian dan keasingan yang menyelimuti diri, ini jadi salah satu gejala kamu dirimu mengalami depresi pasca-wisuda.
Pernah merasa terjebak berada dalam situasi yang sama semenjak berbulan-bulan lalu lulus kuliah, baik itu sulit mendapatkan pekerjaan maupun belum bisa hidup mandiri? Apapun yang kamu lakukan, rasanya waktu berjalan lambat dan kamu nggak membuat perubahan sebaik teman-temanmu? Akan semakin menambah stres ketika kamu mengalami masa perkuliahan yang baik, namun semua nggak berjalan dengan semestinya ketika sudah lulus kuliah. Ini tandanya kamu mengalami depresi pasca wisuda.
Post-grad depression bisa sangat terasa berat untuk dijalani selepas masa kuliah berakhir. Namun, kamu nggak perlu merasa takut karena dunia nyata nggak semenakutkan seperti yang dipikirkan. Coba ubah cara berpikir, tentukan cita-cita yang realistis dan bisa kamu capai, dan kelilingi dirimu dengan orang-orang yang dapat memberikanmu dukungan, rasa insecure itu perlahan akan menghilang. Depresi itu lambat-laun akan memudar. Sukses selalu, Bela!
