Dari Ustad Jadi Pendeta, Ini Profil Pendeta Saifuddin Ibrahim

Beberapa waktu terakhir ramai diperbincangkan perkara seorang pendeta yang meminta MUI hapus 300 ayat Alquran. Permintaanya tersebut pun berbuntut panjang. Banyak yang melaporkannya atas penistaan agama, bahkan Kementrian Agama (Kemenag) sendiri menyarankan pendeta tersebut untuk diperiksa kondisi kejiwaannya.
Tak hanya itu, Kemenag juga berharap ia diperiksa polisi atau penegak hukum karena membuat gaduh dan mengganggu kerukunan antar umat Beragama. Pendeta tersebut adalah Saifuddin Ibrahim, yang kemudian berganti nama jadi Abraham Ben Moses.
Sosok pendeta yang membuat gaduh ini pun lantas mencuri perhatian publik dan banyak yang ingin tahu latar belakang dirinya dan maksudnya melayangkan permintaan itu.
Berikut profil pendeta Saifuddin yang berhasil Popbela rangkum.
1.Lahir di keluarga muslim

Pendeta Saifuddin lahir dari sebuah keluarga muslim asal Bima pada 26 Oktober 1965. Ia lahir dengan nama Saifuddin Ibrahim. Ayahnya adalah guru agama Islam, pamannya adalah pendiri Muhammadiyah di Bima, dan mertuanya tokoh Islam di Jepara. Saifuddin merupakan lulusan SMA di Bima, Nusa Tenggara Barat. Lalu, ia kuliah di Universitas Muhammadiyah Surakarta Fakultas Ushuluddin, jurusan Perbandingan Agama.
2.Jadi pengajar pesantren dan seorang mantan ustad

Setelahnya, ia mengajar di Pesantren Darul Arqom Sawangan, Depok, Jawa Barat. Pada 1999, ia mulai mengajar di Al-Zaytun yang berlokasi Haurgeulis Indramayu, salah satu pesantren besar di Indonesia pimpinan Syaykh AS Panji Gumilang, dan memiliki masjid yang bisa menampung 150.000 jemaah.
Ia awalnya adalah seorang muslim yang radikal dan pro terorisme. Ia menikahi putri tokoh Jepara serta memiliki tiga anak. Dua anaknya kuliah di Universitas Muhammadiyah dan satunya lagi di Jakarta. Bahkan salah satu anaknya dinamai Sadam Husein karena pemikirannya yang pernah radikal.
3.Pindah agama, kini menjadi pendeta

Saifuddin Ibrahim memutuskan untuk berpindah agama dan menjadi Kristen pada tahun 2006. Ia mengganti namanya menjadi Abraham Ben Moses. Setelahnya, ia bertekad menjadi penginjil dan hamba Tuhan di Adonai Yeshua Hamashiach.
Dalam video di kanal YouTube Kesaksian Segala Bangsa, dengan judul "Mengapa Saya Tinggalkan Agamaku", Saifuddin bercerita bahwa keputusannya masuk Kristen adalah kemurahan Tuhan.
Walau ia harus menanggung sejumlah konsekuensi, di antaranya bercerai dengan istri dan kehilangan beberapa aset. Ia juga menegaskan bahwa alasannya memilih Kristen adalah karena dalam agama Kristen tidak diajarkan membunuh siapa pun, sedangkan menurutnya, dalam Alquran diajarkan membunuh musuh-musuh di luar Islam.

Hanya ia sendiri dalam keluarganya yang berpindah agama. Istri dan ketiga anaknya tetap teguh berpegang dalam ajaran Islam. Istrinya kembali ke Jepara setelah Saifuddin berpindah agama dan tak berapa lama, meninggal sebagai pemeluk Islam yang taat.
Hubungan Saifuddin dan anak-anaknya tidaklah baik. Kedua pihak ini saling menulis buku yang berisi ajakan untuk bertobat dan mengikuti ajaran yang mereka pegang. Tak sedikit, ujaran kebencian, hingga kata-kata penistaan terdapat dalam buku yang sama-sama diterbitkan itu.
4.Sering terlibat kasus

Permintaannya yang viral dan menjadi kecaman karena meminta MUI menghapus 300 ayat Alquran tersebut, bukan pertama kalinya ia membuat ulah dan mengganggu kedamaian umat beragama. Pada 5 Desember 2017, Saifuddin pernah ditangkap atas dakwaan ujaran kebencian dan divonis empat tahun penjara.
Ia juga pernah menyebut bahwa Allah SWT seusia atau sebaya dengan Nabi Muhammad. Saifuddin bahkan kerap mengunggah konten di media sosial yang tak jauh dari provokasi dan beberapa penodaan agama yang tak jarang berujung panjang.
Itulah profil dari pendetan Saifuddin Ibrahim atau Abraham Ben Moses yang viral atas permintaannya menghapus 300 ayat Alquran. Semoga kasusnya bisa ditangani dengan baik dan tak ada kasus serupa lainnya, ya.



















