Tutup
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
unfortunately

4 Tahap Membangun Brand & Cara Agar Bisnis Mudah Diingat Konsumen

Empat tahap membangun brand versi Arto Biantoro

Aisyah Banowati

Kampanye menyerukan penggunaan produk lokal telah digaungkan sejak lama. Kualitas produk lokal pun kini sudah mampu bersaing dengan merek-merek besar lainnya. Besar harapan lewat pembelian produk lokal konsumen dapat membantu mendorong pertumbuhan perekonomian Tanah Air. 

Namun, tak dapat disangkal, jika saat ini persaingan antar pun semakin ketat. Sebagai produsen produk lokal, persaingan bukan hanya datang dari merek besar yang telah ada sejak lama, berbagai merek baru pun terus bermunculan setiap tahunnya. 

Dalam rangkaian acara  “Kobarkan Semangat #TakGentarCekoutSekarang, Blibli Kembali Gelar Pejuang Lokal Berkolaborasi dengan Empat Brand Inspiratif”, Arto Biantoro selaku aktivis brand lokal memberikan beberapa tips bagi pelaku UMKM agar dapat terus bersaing dan kobarkan semangat cinta produk lokal.

Bagaimana brand lokal membangun branding yang melekat di ingatan masyarakat?

1. Orisinalitas

unsplash.com/etiennegirardet

Arto Biantoro menekankan jika brand lokal perlu membangun identitas yang orisinil, memperkuat kolaborasi, dan memiliki tujuan jangka panjang dalam membangun basis pelanggan dan mendorong kebanggaan mereka menggunakan produk asli Indonesia.

"Saat ini banyak sekali brand lokal daerah yang berhasil menarik permintaan, bukan karena mereka sebagai leader, tapi karena mereka mampu memaksimalkan potensi di dalam. Dan jangan bilang nggak bisa, di level paling sulit sekalipun selalu ada celah yang bisa kita bangun karya orisinalitasnya," ungkapnya. 

2. Berkolaborasi

unsplash.com/miinrad

Membangun orisinalitas merupakan salah satu kunci untuk membuka pintu kolaborasi. Sebuah kolaborasi akan tercapai jika terdapat dua merek atau lebih bertemu karena memiliki value yang sama. 

“Ini penting banget. Banyak teman-teman yang tidak mau punya produk orisinil dan mencari barang yang cepat dijual dan cepet laku. It’s ok buat teman-teman yang masih di level itu. Tapi, di satu titik mereka harus menemukan orisinalitas itu. Dan orisinalitas adalah pintu menuju kolaborasi. Jadi, nggak mungkin ada kolaborasi kalau kita nggak bener-bener otentik,” jelas Arto Biantoro. 

3. Mampu menyelesaikan masalah

unsplash.com/varpap

Bisnis yang mampu bertahan bukan hanya karena dapat menghasilkan uang, namun juga dapat menjadi solusi dari permasalahan. Contohnya masalah seperti lapangan pekerjaan. 

“Brand yang bagus dan sustain adalah brand yang mampu menyelesaikan permasalahan-permasalahan itu. Kalau tidak dia (brand) hanya menjadi opsi bukan lagi solusi,” ungkap Arto. 

Keterkaitan antara orisinalitas dan kredibilitas akan menciptakan sebuah kolaborasi antara brand yang sudah berada di level tinggi dengan brand yang di level yang lebih rendah. “Kerja sama dapat dilakukan selama valuenya sama. Kata kuncinya, ‘temukan valuenya’,” jelasnya.

Tahapan membangun brand

unsplash.com/BrandyKennedy

Pada kesempatan yang sama, Arto Biantoro selaku aktivis brand lokal turut memberikan pandangannya terkait tahapan membangun sebuah brand. Terdapat empat tahapan yakni kenal, rasa, paham, dan cinta. Berikut penjelasannya.

1. Kenal

Tahapan pertama adalah kenal. Saat sebuah brand sudah masuk ke dalam level kenal biasanya konsumen akan mengetahui nama, identitas, kemasan, promosi, dan channel distribusi. 

“Jadi setiap brand harus memulai fasenya dari bawah. Kalau dari sudut pandang ekosistem atau stakeholder, jadi bukan hanya pelanggan yang melihat, mereka harus bilang ‘saya tahu kamu’,” jelas Arto Biantoro.

2. Rasa

Pada level selanjutnya, mulai keluar sesuatu yang sifatnya inspiratif, menerima proyek, menerima penghargaan, dan mulai diliput oleh media. Di level ini banyak orang mulai mengikuti dan mencari brand yang kamu bangun melalui media sosial. 

“Jadi ‘saya mulai mengikuti kamu’. I am following you,” tutur Arto Biantoro

3. Paham

Ketika memasuki level paham, orang-orang mulai membentuk komunitas, ekosistem, waktu, dan inovasi. Arto Biantoro menjelaskan, “Jadi, brand itu semakin dia lama, semakin dia dia konsisten, semakin dia dapet respect. Nah, ketika kita sudah sampai di fase ini orang-orang sudah bilang ‘saya rasa kamu keren’.”

4. Cinta

Cinta adalah level tertinggi dalam tahapan membangun brand. Di titik ini orang-orang mulai mengikuti apa yang brand lakukan. “Bikin gerakan, bikin program, bikin nilai-nilai, bikin values. Contohnya yang tadinya nggak minum produk kesehatan tiba-tiba mau minum itu mereka sudah di fase cinta,” jelas Arto Biantoro.

popbela.com/Aisyah

Sebelum menutup sesinya, Arto Biantoro mencoba menjawab tantangan yang harus dihadapi oleh para pejuang brand lokal agar memiliki bisnis yang berkelanjutan. 

“Pertama, inovasi bukanlah sebuah kelebihan tapi keharusan. Jadi, inovasi hari ini semakin cepat. Karakter behavior market itu semakin berubah-ubah dan kita nggak bisa ngabisin waktu untuk melakukan hal lain di luar inovasi. Hal-hal yang harus dilakukan entrepreneur adalah inovasi, yang lainnya serahkan kepada ahlinya,” pesan Arto Biantoro. 

Lanjutnya, “Setelah inovasi adalah keberpihakan. Bukan hanya dari besar ke kecil, tapi juga kecil ke besar. Berpihak kepada petani, berpihak kepada brand yang lebih kecil, dan tentu saja kita butuh ekosistem yang lebih besar seperti Blibli. Jadi, sejago-jagonya mereka tetap butuh ekosistem yang lebih besar. Dan di situlah peran keberpihakan,” tutupnya.

IDN Media Channels

Latest from Working Life