7 Film Jepang yang Dilarang Tayang, Nggak Lulus Sensor!

Ada adegan sensual hingga sadis

7 Film Jepang yang Dilarang Tayang, Nggak Lulus Sensor!

Follow Popbela untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Whatsapp Channel & Google News

Film Jepang memiliki kharismanya tersendiri. Terkadang bisa sulit dipahami, film Jepang memiliki gaya penyampaian cerita unik yang terkadangt terasa terlalu nyeni. Ternyata, ada beberapa film Jepang yang dilarang tayang, nih. Alasan utamanya adalah tidak lulus sensor karena terdapat adegan yang terlalu sadis, berdarah-darah, hingga vulgar.

Kira-kira film apa sajakah yang akan termasuk ke dalam daftar ini? Lanjut scroll, yuk, Bela!

1. Battle Royale

7 Film Jepang yang Dilarang Tayang, Nggak Lulus Sensor!

Battle Royale (2000) mengisahkan 42 siswa kelas 9 SMP yang dihukum untuk mengikuti pertarungan brutal di sebuah pulau selama tiga hari. Permainan baru akan berakhir saat satu orang saja yang selamat.

Di negaranya sendiri, pemerintah berusaha untuk melarang agar film garapan Kinji Fukasaku ini tidak tampil, bahkan sejak baru ada versi bukunya. Namun, lembaga sensor masih bisa meloloskannya sehingga Battle Royale memiliki banyak penggemar. 

Salah satu negara yang berhasil melarangnya tayang adalah Korea Selatan dengan alasan adegan kekerasan yang berlebihan. Kontroversi lain yang menyandung Battle Royale adalah waktu penayangannya yang tak berselang lama dari pembantaian di SMA Columbine, Kolombia, Amerika Serikat pada 1999. Hal ini secara tak langsung menyebabkan film baru bisa disaksikan secara legal di Amerika sepuluh tahun kemudian.

2. Grotesque

Film Jepang yang dilarang tayang berikutnya adalah Grotesque. Inggris merupakan negara yang paling menentangnya. Keputusan ini diambil oleh Direktur British Board Film Classification (BBFC) yang menjabat pada 2009, David Cooke.

"Tak seperti karya horor bertema penyiksaan, seperti serial Saw dan Hostel, Grotesque menggunakan penceritaan atau pengembangan karakter yang minim dan menghadirkan kepada penonton sedikit lebih dari skenario penghinaan, kebrutalan, dan kesadisan yang tak henti-hentinya dan meningkat. Terlepas dari upaya sisa untuk 'menjelaskan' motivasi si pembunuh di akhir film, kesenangan utama yang ditawarkan tidak terkait dengan pemahaman motivasi dari salah satu karakter utama. Sebaliknya, kesenangan utama yang ditawarkan tampaknya berkubang dalam tontonan sadisme (termasuk sadisme seksual) untuk kepentingannya sendiri," katanya.

  • Share Artikel

TOPIC

trending

Trending

This week's horoscope

horoscopes

... read more

See more horoscopes here