Tradisi telok abang sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda. Masa itu, telok abang digunakan untuk memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) Ratu Belanda Wilhelmina II. Warga Palembang merayakannya dengan membuat kreasi telur merah dan perahu hias.
Meski telah lepas dari penjajahan Belanda, tetapi tradisi telok abang masih dipertahankan setiap peringatan HUT Kemerdekaan Republik Indonesia. Awalnya, telok abang memakai telur bebek dan diberi pewarna kesumbo.
Telok abang mengalami pergeseran dari pewarna telur hingga bagian telur. Jika dahulu, memakai pewarna kesumbo, maka kini diganti menjadi pewarna kue. Telur bebek berganti menjadi telur ayam.
Variasi penempatan telok abang semakin beragam dari kapal laut hingga kapal terbang. Tradisi telok abang resmi menjadi Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia pada 31 Agustus 2023 di Hotel Milenium, Jakarta.