Baca artikel Popbela lainnya di IDN App
For
You

Sejarah Pasar Taman Puring, Pusat Perdagangan yang Hidup dan Melegenda di Jakarta

Potret Pasar Taman Puring (dok. Aryo Phramudhito)
Potret Pasar Taman Puring (dok. Aryo Phramudhito)
Intinya sih...
  • Kebakaran hebat melanda Pasar Taman Puring pada 28 Juli 2025, menghanguskan sekitar 500 kios dan menyebabkan kemacetan parah di sekitar pasar.
  • Pasar Taman Puring memiliki sejarah panjang dari pangkalan oplet hingga menjadi pusat barang bekas, melewati berbagai fase transformasi yang membentuk identitas legendarisnya.
  • Di tengah gempuran e-commerce, pesona Pasar Taman Puring tetap bertahan sebagai destinasi favorit bagi pecinta gaya hidup hemat dan penggemar barang unik.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Insiden naas kembali melanda Pasar Taman Puring, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, pada Senin malam (28/07/2025). Kebakaran hebat yang diduga bermula sekitar pukul 18.00 WIB sontak menggemparkan warga, terlebih saat api mulai membesar bertepatan dengan azan Magrib berkumandang.

Api disebut berasal dari salah satu toko di bagian tengah pasar, dan dengan cepat melahap sekitar 500 kios. Peristiwa ini pun menjadi sorotan di media sosial lewat video yang dibagikan netizen dari lokasi kejadian.

Jalanan di sekitar pasar langsung mengalami kemacetan parah. Belasan unit mini TransJakarta ikut terdampak, dan sejumlah pengendara motor bahkan memilih putar balik melawan arus demi menghindari kepadatan.

Dalam upaya pemadaman yang berlangsung sekitar tiga jam, Dinas Pemadam Kebakaran mengerahkan 35 unit mobil damkar dan 115 personel. Meski tidak ada korban jiwa, kebakaran ini disebut sebagai yang paling parah dibandingkan insiden-insiden sebelumnya di lokasi yang sama.

Namun, di balik asap dan bara yang baru saja melanda, Pasar Taman Puring menyimpan jejak sejarah panjang yang penuh warna. Kawasan ini telah melalui berbagai fase transformasi hingga membentuk identitas legendarisnya sampai saat ini.

Bermula dari pangkalan oplet hingga resmi jadi pusat barang bekas

Taman Puring (instagram.com/ikhsan_99)
Taman Puring (instagram.com/ikhsan_99)

Sejarah Pasar Taman Puring bermula pada era 1960-an, ketika kawasan ini hanyalah titik pemberhentian oplet, atau transportasi umum legendaris khas Jakarta. Kala itu, area ini ramai oleh para pedagang pikulan yang menjajakan berbagai kebutuhan warga.

Aktivitas mereka secara perlahan membentuk suasana pasar tradisional yang kemudian tumbuh menjadi bagian penting dari denyut ekonomi lokal.

Tampak depan Pasar Taman Puring yang ada di Jl. Kyai Maja. (dok. pribadi/Aryo Phramudhito)
Tampak depan Pasar Taman Puring yang ada di Jl. Kyai Maja. (dok. pribadi/Aryo Phramudhito)

Transformasi besar dimulai pada tahun 1983, di bawah kepemimpinan Gubernur DKI Jakarta Soeprapto. Pemerintah saat itu mengalokasikan lahan seluas 2.000 meter persegi untuk menampung para pedagang barang bekas yang sebelumnya tersebar di wilayah Jakarta Selatan.

Tak hanya pasar, dibangun pula taman rekreasi di sekitarnya sebagai bagian dari penataan ruang kota. Langkah ini menjadi titik balik penting yang mengukuhkan Taman Puring sebagai sentra perdagangan barang bekas, bahkan dikenal menjual barang-barang selundupan dari luar negeri dengan harga miring.

Lahirnya Pasar Tunggu di tengah krisis moneter

Potret gapura Pasar Taman Puring. (instagram.com/vikiaruswand3428)
Potret gapura Pasar Taman Puring. (instagram.com/vikiaruswand3428)

Saat krisis moneter melanda Indonesia pada akhir 1997 hingga 1998, gelombang PHK menyebabkan lonjakan angka pengangguran. Untuk mengatasinya, Pemerintah Kota Jakarta Selatan mendirikan tenda-tenda sementara di kawasan Taman Puring agar masyarakat bisa berdagang.

Awalnya hanya beroperasi saat akhir pekan, yang kemudian dikenal sebagai Pasar Tunggu, akan tetapi pasar ini tak butuh waktu lama untuk berkembang. Jumlah pedagang terus bertambah, kios-kios pun mulai menjamur hingga ke badan jalan dan area taman.

Hingga akhir 1998, tercatat sekitar 400 kios telah berdiri. Taman yang dulu hijau berubah menjadi lautan lapak yang hidup dari pagi hingga malam.

Dikenal sebagai surga sepatu murah dan barang loak

Potret salah satu toko sepatu di Pasar Taman Puring. (Dok. Google Maps/ibra bluez)
Potret salah satu toko sepatu di Pasar Taman Puring. (Dok. Google Maps/ibra bluez)

Pasca penertiban besar-besaran pada 8 Januari 1999, sebagian pedagang dipindahkan ke lokasi lain, seperti Pasar Pondok Indah dan sekitar Stasiun Kebayoran Lama. Namun pedagang barang loak yang telah lama menetap pun tetap bertahan.

Tak lama kemudian, Taman Puring mulai dikenal sebagai surga belanja sepatu murah. Segala jenis sepatu, mulai dari sneakers, boots, hingga sepatu hiking dengan beragam merek ternama bisa ditemukan di sini. Banyak di antaranya merupakan produk reject, KW, atau sisa ekspor pabrik.

Tak hanya sepatu, pasar ini juga menjajakan barang elektronik, aksesori otomotif, pakaian, suku cadang, piringan hitam (vinyl), hingga barang antik. Keberagaman ini menjadikannya destinasi favorit, baik bagi warga lokal maupun pemburu barang unik dari luar kota.

Tercatat sudah tiga kali dilahap si jago merah

WhatsApp Image 2025-07-28 at 19.46.38.jpeg
Kebakaran Taman Puring jadi tontonan warga sekitar. (IDN Times/Yosafat Diva Bayu)

Meskipun sempat mendapat stigma negatif di era 1980–1990-an sebagai pusat barang hasil selundupan dan kriminalitas, citra Pasar Taman Puring mulai membaik berkat penataan ulang dan pengawasan dari pemerintah.

Namun, tantangan berat datang pada 29 Juni 2002, ketika kebakaran besar melahap sekitar 580 kios. Diduga akibat korsleting listrik, api menjalar cepat karena banyak bangunan terbuat dari bahan mudah terbakar.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, yang saat itu di bawah naungan Gubernur Sutiyoso, kemudian mengalokasikan dana sekitar Rp10 miliar untuk membangun ulang pasar dengan desain dua lantai dan standar keamanan yang lebih baik.

Sayangnya, pada 13 April 2005, kebakaran kembali terjadi di tengah hujan gerimis. Api yang muncul sekitar pukul 19.00 WIB menyambar kios-kios yang menjual barang elektronik, sepatu, dan pakaian. Proses pemadaman berlangsung sekitar satu setengah jam, dan para pedagang pun harus kembali memulai dari nol lagi.

Bertahan di tengah gempuran e-commerce

Potret Pasar Taman Puring. (Dok. Google Maps/bobby kurwet)
Potret Pasar Taman Puring. (Dok. Google Maps/bobby kurwet)

Di era digital yang semakin pesat, kemudahan belanja online tak lagi bisa dihindari. Meski demikian, pesona Pasar Taman Puring tetap bertahan. Bagi pecinta gaya hidup hemat dan penggemar barang unik, pengalaman berburu langsung di lapak-lapak pasar ini tetap menawarkan keseruan yang tak tergantikan.

Kemampuan menawar, mengecek langsung kondisi barang, hingga menemukan hidden gem seakan menjadi keunikan tersendiri yang tak bisa disediakan oleh algoritma platform e-commerce.

Itulah sekelumit sejarah Pasar Taman Puring, sentra barang bekas dan pusat sepatu murah yang telah melegenda di Jakarta. Sayangnya, tahun 2025 kembali mencatatkan luka baru dalam perjalanannya lewat kebakaran besar yang melanda.

Semoga kawasan ini segera pulih, dan para pedagang yang terdampak mendapatkan bantuan yang layak demi keberlangsungan usaha dan kehidupan mereka.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ayu Utami
EditorAyu Utami
Follow Us

Latest in Lifestyle

See More

Update Penyaluran Bantuan untuk Sumatra yang Dipimpin Ferry Irwandi, Donasi Tembus Rp10,3 Miliar!

05 Des 2025, 12:35 WIBLifestyle