Baca artikel Popbela lainnya di IDN App
For
You

Review 'The Naked Gun': Bikin Ngakak Walau Sajikan Jokes Bapak-Bapak

NAK_00393R.jpg
Dok. Sony Pictures
Intinya sih...
  • The Naked Gun (2025) membawa kegilaan baru dari waralaba komedi klasik
  • Sekuel ini menawarkan cerita segar dan kekinian tanpa harus menonton film sebelumnya
  • Liam Neeson berhasil keluar dari zona nyamannya dan memberikan akting konyol yang menghibur
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Siap-siap terpingkal-pingkal karena The Naked Gun (2025) datang membawa kegilaan baru dari waralaba komedi klasik yang sudah lama tertidur. Dengan Liam Neeson yang biasanya tampil serius kini banting setir jadi polisi kocak yang semaunya sendiri, film ini menawarkan pengalaman nonton yang nyeleneh, absurd, dan nyaris tidak masuk akal. Meski jokes-nya terkesan "bapak-bapak" banget, ternyata film ini berhasil jadi tontonan yang segar dan relatable, bahkan buat penonton yang belum pernah menyentuh film orisinalnya sekalipun.

Comeback slapstick dengan kisah yang lebih segar dan kekinian

NAK_02863R.jpg
Dok. Sony Pictures

The Naked Gun (2025) adalah sekuel yang cukup mengejutkan dari franchise komedi absurd yang dulu sempat mendefinisikan era slapstick ala Hollywood. Meskipun ini adalah film keempatnya, kamu tak perlu merasa harus menonton film sebelumnya. Dengan cerita yang berdiri sendiri, film ini bisa dinikmati siapa saja, bahkan oleh generasi yang mungkin belum pernah mendengar nama Frank Drebin sekalipun.

Liam Neeson memerankan Frank Drebin Jr., anak dari karakter ikonik yang dulu dibintangi Leslie Nielsen. Ia hadir dengan gaya kaku, heroik, dan benar-benar tidak tahu diri. Karakternya ini menjadi ramuan sempurna untuk jadi tokoh utama yang bisa bikin kita geregetan sepanjang film.

Meskipun tak memiliki pengalaman komedi sekuat ayahnya (baik di dalam cerita maupun dunia nyata), Drebin Jr. justru sukses membuat penonton tertawa karena kombinasi antara kebodohan dan keberuntungan yang tak masuk akal.

Yang patut diapresiasi adalah keputusan film ini untuk tidak terlalu bergantung pada cerita lama mereka. Walaupun tetap ada kemunculan karakter dari film lama dan referensi bagi penonton setia, tapi semuanya ditempatkan secara ringan tanpa merusak tempo cerita.

Apresiasi untuk Liam Neeson karena berhasil keluar dari zona nyamannya

NAK_03111R.jpg
Dok. Sony Pictures

Kalau biasanya Liam Neeson dikenal lewat peran-peran penuh amarah dan senjata api seperti di Taken atau The Grey, di The Naked Gun kali ini dia justru jadi bahan tawa. Perannya sebagai Frank Drebin Jr. adalah parodi dari semua tokoh laki-laki tangguh yang pernah ia mainkan, tapi dengan tambahan kekonyolan yang maksimal.

Akting Liam Neeson terasa seperti sengaja tidak natural. Dengan mimik serius saat mengatakan hal-hal konyol, ia berhasil menciptakan keseimbangan antara kharisma dan absurditas di saat yang sama. Drebin Jr. bukan pahlawan brilian, tapi seseorang yang kebetulan selalu berada di tempat dan waktu yang tepat.

Humor yang dibawa Neeson memang sangat "bapak-bapak", penuh dengan one-liner cheesy dan aksi yang over-the-top. Tapi anehnya, justru itulah yang membuat film ini begitu menghibur. Apalagi ketika adegan konyol seperti dikejar mobil listrik atau diselamatkan oleh burung hantu terjadi, dijamin deh kamu akan tertawa sambil sedikit mengumpat karena saking absurdnya.

Komedi tanpa batas sejak menit pertama film berjalan

NAK_05648R2.jpg
Dok. Sony Pictures

Film ini adalah jenis komedi yang ugal-ugalan. Setiap adegan selalu diisi dengan lelucon, entah lewat dialog, ekspresi karakter, atau bahkan latar belakang yang absurd. Mulai dari klub malam milik miliarder yang penuh gimmick, snowman yang hidup dan ikut threesome, sampai kejadian memalukan di arena MMA. Semuanya digarap dengan semangat "semakin gila, semakin baik".

Sutradara Akiva Schaffer tahu betul bahwa kekuatan The Naked Gun terletak pada kejutan visual dan ironi situasional. Dia mengolah adegan-adegan aksi menjadi panggung humor, menjadikan ketegangan hanya sebagai bahan olok-olok. Bahkan saat film mencoba memberi pesan serius tentang "menghindari kehancuran dunia", kamu akan tetap tertawa karena penyampaiannya yang begitu absurd.

Jokes yang ada memang tidak semua cocok untuk semua umur, sebab beberapa terasa agak janggal atau terlalu kasar. Tapi kalau kamu memang terbuka dengan komedi fisik yang lebay, plesetan teknologi, dan sindiran sosial yang dibungkus gaya lawakan tua, maka kamu akan merasa film ini berhasil mencapai tujuannya: membuat penonton tertawa sebebas-bebasnya.

Casts dan cameo yang makin bikin terpingkal

NAK-FF-020R.jpg
Dok. Sony Pictures

Selain Liam Neeson, film ini juga diperkuat oleh penampilan Pamela Anderson sebagai Beth yang surprisingly cukup menyenangkan. Ia tampil dengan timing komedi yang oke, terutama di adegan-adegan duet dengan Drebin Jr. Meski karakternya ditulis seperti klise "love interest", Pamela memberi sentuhan menyenangkan yang membuat Beth tidak terasa sekadar pemanis.

Paul Walter Hauser sebagai Kapten Ed Hocken Jr. juga tampil kuat, menjadi karakter yang menyeimbangkan kekonyolan Drebin dengan kepribadian yang lebih down to earth. Ditambah dengan kehadiran Kevin Durand sebagai penjahat aneh, serta beberapa wajah terkenal dari dunia MMA dan hiburan seperti Busta Rhymes, Liza Koshy, dan Weird Al Yankovic, film ini terasa sangat padat tapi tidak berantakan.

Cameo dari Priscilla Presley sebagai Jane, ibu Drebin Jr., menjadi momen nostalgia yang menyenangkan. Penempatan cameo ini cukup cerdas: tidak terlalu penting tapi menyentuh, seperti salam kecil untuk penggemar film aslinya. Chemistry antar cast terasa hidup, membuat lelucon jadi makin tajam.

Film ringan yang bisa kamu tonton tanpa harus banyak berpikir

NAK-FF-025K.jpg
Dok. Sony Pictures

Buat kamu yang belum pernah nonton film The Naked Gun sebelumnya, jangan khawatir. Film ini bisa dinikmati tanpa referensi apa pun dari film terdahulu. Ceritanya ringan, mudah diikuti, dan tidak berusaha membuat dirinya terlalu pintar seperti komedi modern kebanyakan. Justru karena kesederhanaannya, film ini bisa menjangkau penonton yang lebih luas.

Namun, perlu diingat: jenis humor film ini memang bukan untuk semua orang. Ia sangat slapstick, penuh visual joke, dan terkadang terasa seperti tayangan lawas tahun 90-an yang diperbarui sedikit. Tapi kalau kamu masuk ke bioskop tanpa ekspektasi tinggi, besar kemungkinan kamu akan keluar dengan senyum lebar dan perut sedikit pegal karena ketawa.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Niken Ari Prayitno
EditorNiken Ari Prayitno
Follow Us

Latest in Career

See More

Warna Pantone 2026: Cloud Dancer, White in the Name of Pantone?!

05 Des 2025, 13:55 WIBCareer