'I Know What You Did Last Summer': Teror Lama Berbalut Gaya Baru

- Nostalgia dengan karakter baru
- Selipkan humor dan ketegangan
- Kemunculan aktor lama yang tak sekadar sebagai cameo
Serapat-rapatnya bangkai disembunyikan, pasti suatu saat akan tercium juga. Peribahasa ini sepertinya cocok menggambarkan apa yang terjadi dengan lima anak muda yang baru saja kembali bertemu di Southport setelah sekian lama terpisah karena kesibukan masing-masing.
Pada pertemuan pertama mereka, Ava (Chase Sui Wonders), Danica (Madelyn Cline), Teddy (Tyriq Withers), Milo (Jonah Hauer-King) dan Stevie Ward (Sarah Pidgeon) tak menyangka jika kesenangan mereka berujung pada hilangnya nyawa seseorang. Saat mereka berpura-pura hal itu tak pernah terjadi, teror lebih mengerikan justru menunggu yang mengakibatkan munculnya kengerian lama yang hampir sudah dilupakan oleh warga Southport.
Nostalgia dengan karakter baru

Bagi penggemar film horor klasik era '90-an, I Know What You Did Last Summer bukan sekadar judul biasa. Film yang dulu memperkenalkan tokoh-tokoh ikonis seperti Julie James dan Ray Bronson kini kembali dalam versi 2025 dengan lebih segar. Meski banyak hal diperbarui, benang merahnya masih sama: sekelompok sahabat yang dihantui rahasia kelam dan kehadiran sosok misterius bersenjata hook yang memburu mereka satu per satu.
Yang menarik, film ini berhasil mengawinkan nuansa nostalgia dengan sentuhan kekinian. Setting Southport tetap digunakan, tetapi visualnya dibuat lebih modern, penuh warna, dan memikat mata. Permainan cahaya, tone film yang sleek, serta desain produksi yang matang menunjukkan bagaimana sutradara Jennifer Kaytin Robinson tidak sekadar membuat reboot, tetapi memberi nafas baru pada waralaba legendaris ini.
Cerita masih berakar pada tragedi di malam Fourth of July, hanya saja kali ini melibatkan lima sahabat dewasa muda yang harus menghadapi konsekuensi dari keputusan tergesa-gesa. Meski kamu belum menonton film orisinalnya, cerita film ini tetap bisa diikuti dan dinikmati. Tapi bagi penonton lama, beberapa easter egg dan adegan mirip versi 1997 akan terasa sebagai penghormatan manis, termasuk salah satunya kehadiran Fisherman yang legendaris.
Diselingi humor tapi tetap memberikan nuansa ketegangan yang intens

Meskipun film ini tergolong sebagai horor-slasher, jangan heran kalau kamu bisa tertawa di beberapa adegannya. Humor yang diselipkan terasa sangat kekinian, tidak terlalu norak, dan cukup menyegarkan. Justru ini yang membuat film terasa lebih ringan dan fun, cocok ditonton bersama teman-teman saat akhir pekan.
Ketegangan tetap menjadi sajian utama, terutama saat penonton dibuat menebak siapa sebenarnya sosok di balik topeng Fisherman kali ini. Gaya penyutradaraan Jennifer Kaytin Robinson yang sering bermain dengan ekspektasi berhasil menciptakan beberapa momen jump scare yang mengejutkan, sekaligus menyelipkan dialog-dialog yang membuat kita tersenyum di tengah kepanikan. Sebuah pendekatan unik yang membuat film ini tidak terasa repetitif dari pendahulunya.
Menariknya, beberapa keputusan karakter terkesan ‘bodoh’, bahkan membuat kita gregetan. Tapi ternyata, ini adalah bagian dari homage kepada film-film horor klasik, termasuk versi orisinalnya. Dalam tradisi slasher 90-an, kebodohan karakter justru menjadi bumbu yang membuat kita tetap betah menonton, sambil dalam hati berteriak, "duh ngapain sih ke sana?".
Kemunculan aktor lama yang tak sekadar sebagai cameo

Salah satu kejutan manis di film ini adalah kemunculan dua ikon lama: Freddie Prinze Jr. sebagai Ray Bronson dan Jennifer Love Hewitt sebagai Julie James. Alih-alih sekadar tampil sebagai cameo singkat, keduanya diberi porsi cerita yang cukup besar dan peran yang signifikan dalam perkembangan plot. Ini bukan nostalgia murahan, melainkan penyambung generasi yang cerdas dan menyentuh.
Ray kini menjalankan bar di Southport, sementara Julie menjadi profesor psikologi yang memahami trauma dan ketakutan. Keduanya tidak hanya memberi perspektif masa lalu, tapi juga menjadi figur pembimbing bagi para tokoh muda. Kehadiran mereka memberi kedalaman emosional pada cerita, sekaligus menjawab pertanyaan penggemar lama soal kabar mereka pasca semua kengerian itu berakhir.
Relasi antara generasi lama dan baru ini dieksekusi dengan cukup halus. Tidak terasa dipaksakan, dan justru memperkuat inti cerita tentang bagaimana trauma dan kesalahan masa lalu bisa terus menghantui. Chemistry keduanya masih kuat, dan menjadi salah satu highlight dalam film ini yang layak diapresiasi.
Pujian untuk para aktor baru yang memberikan warna baru

Madelyn Cline, Chase Sui Wonders, Jonah Hauer-King, Tyriq Withers, dan Sarah Pidgeon menjadi wajah-wajah baru dalam dunia I Know What You Did Last Summer. Masing-masing membawa karakter yang cukup beragam. Mulai dari si idealis, si pemimpin, si golden boy, hingga si outcast. Dinamika kelompok mereka cukup kuat dan chemistry-nya terasa alami, sesuatu yang penting dalam film dengan premis seintens ini.
Penonton akan dengan mudah menyukai Ava, yang menjadi karakter kompleks dan penuh dilema moral. Sementara karakter Danica, Milo, Teddy, dan Stevie melengkapi spektrum emosi dan konflik dalam grup, menciptakan ketegangan interpersonal yang menarik disimak. Mereka bukan sekadar korban bergiliran, tapi punya latar belakang dan reaksi yang membuat kita peduli.
Penampilan para aktor baru ini juga cukup solid. Walaupun mereka bukan nama besar, masing-masing mampu mencuri perhatian dan membuat karakter mereka berkesan.
Bukan yang terbaik, tapi begitu menghibur

Jika kamu mencari film horor dengan premis baru dan revolusioner, mungkin I Know What You Did Last Summer (2025)bukan jawabannya. Tapi jika yang kamu cari adalah hiburan penuh tensi, nuansa nostalgia, dan sedikit humor gelap, maka film ini layak masuk daftar tontonan. Ia tahu persis siapa target penontonnya dan menyajikan semuanya dengan gaya yang menghibur.
Beberapa aspek mungkin terasa klise, termasuk karakter yang membuat keputusan gegabah atau plot twist yang sudah bisa ditebak. Tapi semua itu terasa seperti bagian dari niat sutradara untuk tetap setia pada ruh slasher klasik yang fun dan over the top. Bahkan, banyak "kebodohan" karakter yang justru jadi highlight karena membuat penonton tertawa sambil tegang.



















