Saga terakhir Demon Slayer akhirnya dimulai! Adaptasi anime dari arc penutup ini dibagi menjadi tiga bagian, dan Demon Slayer: Infinity Castle Part 1 resmi tayang di bioskop Indonesia mulai 15 Agustus 2025. Nggak ada yang bisa ngalahin sensasi menonton anime dengan visual yang bikin mata terpana dan detail yang begitu memukau. Apalagi kali ini, ceritanya bukan sembarang cerita karena ini adalah Arc terakhir yang sudah lama dinantikan para penggemar Demon Slayer. Momen klimaks yang penuh aksi, drama, dan emosi siap bikin kamu nggak bisa berpaling dari layar. Penasaran seperti apa pengalaman menontonnya? Yuk, simak review lengkapnya di sini, Bela!
Review Demon Slayer: Infinity Castle, Bikin Deg-degan dari Awal!

Intinya sih...
Arc terakhir dimulai dengan tensi tinggi
Visual megah dan penuh detail yang memukau
Trio pertarungan utama dengan ritme cerita yang pas
Sinopsis: arc terakhir yang dinantikan, ini baru pembukaan!
Setelah peristiwa di Hashira Training Arc, Tanjiro Kamado dan para Pemburu Iblis lainnya terjebak di markas terakhir Muzan Kibutsuji yaitu Infinity Castle. Kastil misterius ini bukan sekadar bangunan, tapi labirin hidup yang terus berubah bentuk, membuat setiap langkah menjadi tarung hidup dan mati.
Di tengah kekacauan, pertarungan sengit pecah antara para Hashira dan para Upper Moon, iblis terkuat di bawah kendali Muzan. Shinobu Kocho menghadapi Douma dengan dendam pribadi, Zenitsu Agatsuma dipaksa melawan masa lalunya lewat duel melawan Kaigaku, sementara Tanjiro dan Giyu Tomioka harus berhadapan dengan Akaza dalam pertarungan brutal yang penuh emosi.
Pertanyaannya, siapa yang akan bertahan, dan berapa harga yang harus dibayar demi mengakhiri teror Muzan selamanya?
Visual kelas atas yang bikin terpukau
Kalau ngomongin visual garapan Ufotable, rasanya sudah jadi signature yang nggak perlu diragukan lagi, Bela. Di Infinity Castle Part 1, kemegahan kastil ini digambarkan dengan detail yang luar biasa, kastil ini memiliki luas tak berbatas, penuh sudut misterius, dan terasa “hidup” karena strukturnya terus berubah bentuk. Efek pergerakan dinding, lantai, hingga perubahan gravitasi yang terasa mustahil sukses menciptakan suasana tegang sekaligus memukau mata.
Saat adegan pertarungan dimulai, visualnya melaju cepat, penuh cahaya, dan ledakan efek khas Demon Slayer yang sinematik. Menariknya, meski penuh kilatan dan detail rumit, setiap gerakan karakter tetap jelas dan mudah diikuti, membuat kita nggak kehilangan fokus di tengah aksi yang intens. Singkatnya, ini adalah visual yang bukan hanya memanjakan mata, tapi juga membangun atmosfer epik dari awal hingga akhir.
Tiga pertarungan utama yang dieksekusi dengan pas
Film ini menghadirkan tiga duel utama yang jadi sorotan yaitu Shinobu Kocho vs Douma, Zenitsu vs Kaigaku, serta pertarungan klimaks Tanjiro dan Giyu melawan Akaza. Masing-masing pertarungan punya tensi dan nuansa yang berbeda, sehingga ritme cerita terasa dinamis dan tidak monoton.
Duel Shinobu melawan Douma sarat emosi dan dendam pribadi, dibalut strategi licik dan momen dramatis yang bikin penonton terpaku. Sementara itu, pertarungan Zenitsu vs Kaigaku menghadirkan konflik batin yang kuat, di mana Zenitsu harus menghadapi masa lalunya sendiri dengan gaya bertarung khas yang penuh kejutan.
Klimaksnya ada pada duel Tanjiro dan Giyu melawan Akaza, yang menggabungkan aksi brutal dengan emosi mendalam. Dua pertarungan awal terasa seimbang antara aksi, dialog, dan flashback, sedangkan adaptasinya setia pada manga dengan sedikit sentuhan dramatis yang justru memperkaya cerita tanpa terasa berlebihan.
Ditutup dengan epik namun tempo agak melambat
Memasuki duel puncak antara Tanjiro dan Giyu melawan Akaza, tensi tetap berada di level tertinggi, namun ritme cerita mulai bergeser menjadi lebih lambat. Dengan durasi total 2 jam 35 menit, bagian ini menyajikan porsi flashback yang cukup panjang untuk mengungkap masa lalu Akaza. Meski memberi kedalaman pada karakter dan membuat penonton memahami kompleksitas lawan yang dihadapi Tanjiro, alur ini sedikit mengurangi tempo yang sebelumnya sudah dibangun sejak awal.
Namun, perlambatan ini terbayar lunas di bagian klimaks. Pertarungan yang tersaji terasa megah, emosional, dan penuh pukulan emosional yang menghantam tepat di hati penonton. Setiap gerakan pedang, setiap tatapan, hingga setiap kata yang diucapkan para karakter memancarkan aura duel legendaris yang akan dikenang sebagai salah satu momen paling ikonik dalam sejarah Demon Slayer.
Demon Slayer: Infinity Castle Part 1 adalah pembuka yang intens, memukau secara visual, dan sarat emosi untuk saga terakhir seri ini. Meski babak akhirnya sedikit melambat karena porsi flashback, perpaduan efek visual spektakuler, koreografi pertarungan yang memanjakan mata, dan momen emosional yang membekas menjadikannya tontonan wajib di layar lebar.
Bagi para penggemar setia, bersiaplah terpaku sejak menit pertama hingga akhir, karena gerbang Infinity Castle baru saja terbuka dan ini hanyalah awal dari pertempuran yang akan membuat kamu bergetar, Bela.