'The Medium', Mokumenter Horor yang Berpotensi Timbulkan Mimpi Buruk

Simak wawancara Popbela dengan sutradara dan pemeran Mink

'The Medium', Mokumenter Horor yang Berpotensi Timbulkan Mimpi Buruk

Follow Popbela untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Whatsapp Channel & Google News

Kehidupan di daerah Isan, provinsi di timur laut Thailand, tampak seperti desa biasa. Semua berjalan normal seperti yang tersaji dalam pembukaan dokumenter pada umumnya. Penonton dibawa untuk terlebih dulu menyaksikan suasana alam, lewat pergantian adegan yang tepat dalam satu tarikan napas, sehingga terasa sempat untuk menyelaminya tanpa terlalu berlama-lama memandang.

Namun, yang menjadi daya tarik dari kunjungan ke Isan adalah dokumentasi kehidupan perdukunan dan kisah seorang narasumber dukun bernama Nim (Sawanee Utoomma), yang mengaku dirasuki oleh roh Bayan, atau dewa yang disembah oleh masyarakat di desa setempat. 

Inilah film mokumenter karya sutradara yang menggarap Shutter (2004), Banjong Pisanthanakun, serta diproduseri oleh sutradara kenamaan asal Korea Selatan, Na Hong Jin, yang dikenal lewat The Wailing (2016). Bagi kamu yang belum tahu, mokumenter adalah film atau acara televisi yang menggambarkan peristiwa fiksi tetapi disajikan secara dokumenter.

'The Medium', Mokumenter Horor yang Berpotensi Timbulkan Mimpi Buruk

Jika awalnya kisah dokumenter ini hanya seputar Syamanisme, yang merupakan ajaran berdasarkan keyakinan bahwa roh Bayan dapat menyusup dalam tubuh seorang yang terpilih hingga menjadi syaman, tidak disangka kejadian aneh malah menimpa keponakan Nim Bernama Mink (Narilya Gulmongkolpech).

Sebagai sosok yang memiliki garis keturunan seorang syaman, awalnya ia disangka mendapat ‘panggilan’ oleh Bayan untuk meneruskan jejak bibinya sebagai Syaman, karena memliki tanda-tanda kegelisahan seorang calon Syaman. Namun, setelah Nim menelusuri lebih jauh, apa yang merasuki Mink bukanlah Bayan, melainkan roh jahat.

Pertemuan antara sutradara Na Hong jin dengan Banjong di sebuah acara pada tahun 2011 atau 2012, membuat Hong jin berubah pikiran untuk menyambung kisah karakter Il Gwang di The Wailing. Jika awalnya The Wailing akan ada sekuel, namun ia merasa kerja sama dengan Banjong malah bisa menciptakan sebuah karya horor yang berbeda lewat 'perkawinan' budaya mistik khas Korea Selatan dengan Thailand.

Sutradara 47 tahun tersebut tidak salah pilih. The Medium sukses menjadi film Thailand terlaris di Indonesia, yang ternyata menjadi kabar mengejutkan bagi Banjong.

Kembalinya Banjong ke genre horor setelah sempat menggarap drama romantis, membuatnya menjadi sosok perfeksionis. Lewat wawancara secara daring dengan Banjong, Popbela bertanya mengenai penggarapan film tersebut. Ia mengakui bahwa ini adalah film paling detail dan sangat memerhatikan kesempurnaan, yang pernah ia garap.

“Saya membuat film horor ini dengan sangat memerhatikan visual dan sinematografi. Memang dari Hong Jin jalan cerita ini masih mentah, namun saya membuatnya dengan sinematografi yang terperinci, sehingga detail-detail dalam film ini sangat penting, baik itu cara ritualnya, peletakan barang, interaksi pemeran, dan lain-lain. Jadi visual sangat penting bagi saya,” kata sutradara 42 tahun tersebut kepada Popbela.

Bahkan untuk adegan ritual, nyanyian, serta koreografi tarian, semua dilatih terlebih dahulu, karena ia ingin adegan ini terlihat luar biasa.

“Kami membuat adegan itu bekerja sama dengan masyarakat setempat, sampai membuat koreografi dan lagu baru. Hong Jin yang sangat mementingkan koreografi, saya interpretasikan menjadi sebuah adegan ritual yang sangat ‘wah’ lewat detail dan framing yang terperinci,” jelas Banjong.

Penggarapan film tentu tidak terlepas dari para aktor yang harus melakoni karakter narasumber dokumenter. Selain diperankan beberapa aktor senior Thailand yang memang sudah pernah mengecap perfilman, kehadiran Narilya (21) cukup menarik perhatian penonton, karena perannya sebagai sosok yang dirasuki roh jahat.

Menjadi proyek perdananya di layar lebar, Narilya menceritakan persiapannya kepada Popbela.

“Sebelum mulai shooting, saya berkomunikasi sangat mendalam dengan Banjong dan aktor-aktor lainnya yang terlibat. Saya juga melalui proses tes beberapa kali, hingga mendapat referensi bagaimana jika kerasukan sosok binatang. Saya juga belajar cara merokok, karena saya bukan perokok. Sebelum mulai shooting, saya sempat menaikkan berat badan, hingga akhirnya bisa menurunkan hingga 10 kilogram, untuk mendapatkan karakter Mink yang tubuhnya sudah dikuasai roh jahat secara penuh,” kenang Narilya.

Apa yang The Medium suguhkan tentu tidak asing bagi para pencinta horor. Film mokumenter horor seperti The Blair Witch Project (1999) dengan bujet tak sampai US$500.000 yang sempat menghebohkan, menjadi pembuka film-film dengan metode serupa di tahun-tahun berikutnya, seperti Paranormal Activity (2007) yang memiliki beberapa seri.

Namun, yang berbeda dari The Medium adalah keterlibatan kultur yang tak asing bagi masyarakat Asia Tenggara. Perdukunan, sesajen, dunia roh, hingga menggunakan telur sebagai medium, mau tak mau memang masih menjadi bagian foklor di Asia. 

Alur cerita yang bergerak tanpa terburu-buru, membuat kunjungan ke desa Isan terasa menyejukkan, namun secara bertahap mulai menyesakkan dan berakhir dengan mimpi buruk, karena didorong oleh rasa takut yang semakin menghimpit.  

The Medium bukan film horor yang mengandalkan jump scare bertubi-tubi, repetisi musik latar menakutkan, atau gimmick "kejadian mistis selama pembuatan film" untuk menarik perhatian. Banjong tidak perlu itu untuk memvalidasi karyanya.

Pada wawancara dengan Time Out, ia bahkan berkata, "Saya bahkan tidak memikirkan penonton. Yang saya inginkan hanyalah membuat film yang pada akhirnya membuat saya dan Hong-jin bangga."

Ia menjahit karya fiksi yang terasa seperti realita, dengan kemampuan menenggelamkan penonton dalam buaian horor secara berjenjang. Bahkan dari metode dialog mendadak yang dikembangkan dari draft cerita, turut membuat film ini terasa terlalu lekat dengan kehidupan mistik Asia Tenggara.

Saya merasa film ini tidak hanya memberikan sajian horor kepada penonton, tapi mampu membuat kita bertanya kembali mengenai apa yang kita yakini secara spiritual.

Seperti kata Nim, “Aku belum pernah melihat Bayan, tapi aku bisa merasakannya.” 

  • Share Artikel

TOPIC

trending

Trending

This week's horoscope

horoscopes

... read more

See more horoscopes here