Sejarah Soju di Korea, Si Penghangat Tubuh & Suasana

Ketika soju menjadi minuman wajib saat berkumpul

Sejarah Soju di Korea, Si Penghangat Tubuh & Suasana

Follow Popbela untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Whatsapp Channel & Google News

Menelisik sedikit kultur Indonesia, infiltrasi ajaran Islam dari perdagangan Arab, Persia dan Cina yang diperkirakan masuk ke Indonesia sekitar abad ke-7, hingga teori perdagangan dari India Gujarat sekitar abad 13 yang menyebabkan meluasnya ajaran Islam, membuat Indonesia menjadi salah satu negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Hal ini tentu memengaruhi kebiasaan, budaya, tata krama hingga pilihan kuliner Indonesia yang sudah terbiasa dengan membedakan makanan dan minuman halal maupun non halal.

Hal serupa juga terjadi di Korea. Sebagai negara empat musim, budaya minum alkohol di Korea justru sangat kental dan diperkirakan sudah ada sejak abad ke-10. Budaya ini mengungkapkan banyak hal tentang struktur sosial, gaya hidup, dan tradisinya. Bahkan, Minuman itu sendiri juga mencerminkan geografi, iklim, dan budaya negara tersebut. Lalu sejak kapan minuman alkohol dibuat?

Dinasti Goryeo ( 고려)

Sejarah Soju di Korea, Si Penghangat Tubuh & Suasana

Melansir dari archeology.org, ketertarikan Korea untuk membuat alkoholnya sendiri muncul pada masa Dinasti Goryeo (918–1392), ketika paparan terhadap budaya asing memperkenalkan air sulingan sebagai dasar dan teknik untuk menyuling alkohol yang unik. Bahkan, kehadiran guci minuman di Korea juga ditenggarai berasal dari era ini.

Minuman beralkohol impor—termasuk anggur, minuman sulingan rasa adas manis yang disebut arak, dan produk susu fermentasi yang dikenal sebagai kumis, menginspirasi para perajin untuk membuat wadah keramik jenis baru guna menampung minuman tersebut.

“Alkohol jenis baru menyebabkan menjamurnya bentuk wadah,” kata sejarawan seni In-Sung Kim Han dari SOAS University of London. Dia menjelaskan bahwa banyak zat alkohol tradisional Asia Timur yang terbuat dari biji-bijian seperti beras, millet, dan barley, berbentuk kental dan seperti bubur.

Lebih lanjut Han berpendapat, bahwa meskipun Korea pada abad pertengahan sering dianggap tertutup terhadap dunia luar, namun kontak Kerajaan Goryeo dengan kelompok nomaden di barat, membuatnya tetap terhubung dengan tren global dan komoditas asing—termasuk minuman beralkohol.

Apalagi setelah kerajaan tersebut menjadi bagian dari Kekaisaran Mongol pada tahun 1270, anggota elit masyarakat Goryeo mengadopsi beberapa kebiasaan konsumsi dari rekan-rekan mereka di Asia Tengah dan dunia Islam, di mana alkohol tersedia secara luas meskipun dilarang dalam Alquran.

Alkohol menjadi bagian dari hari besar Korea

Berkat pertukaran budaya yang dilakukan pada era kerajaan, Korea jadi punya tradisi panjang mengonsumsi alkohol untuk merayakan hari raya dan acara musiman. Hal ini bertujuan untuk menghormati leluhur dan saling bertukar niat baik dengan tetangga dan teman. Beberapa hari libur termasuk Tahun Baru, hari menanam padi, dan Hari Thanksgiving Korea.

Di masa modern, masyarakat Korea mulai menikmati segala jenis minuman beralkohol. Mereka juga suka membuat cocktail spesial seperti "minuman bom" atau "poktanju". "Minuman bom" adalah minuman campuran yang mirip dengan pembuat ketel uap Amerika—minuman wiski yang dimasukkan ke dalam segelas bir. Di Korea, banyak orang menyukai "poktanju". Contohnya adalah soju dan (Maekju) bir = SoMaek, atau soju, bir dan coke (kojingamlae).

  • Share Artikel

TOPIC

trending

Trending

This week's horoscope

horoscopes

... read more

See more horoscopes here