Nudiandra Sarasvati, Bebaskan Diri dengan Tari Kontemporer

Ingin menari sampai tak bisa menari lagi

Nudiandra Sarasvati, Bebaskan Diri dengan Tari Kontemporer

Follow Popbela untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Whatsapp Channel & Google News

Ada banyak seni di dunia ini yang bisa mengekspresikan sebuah perasaan, sifat, sosok, pengalaman hingga cerita. Salah satunya adalah seni tari, yang bahkan punya beberapa cabangnya lagi. 

Di antara semua cabangnya, tari kontemporer mungkin jarang untuk dilirik. Namun, cabang tari satu ini punya makna yang begitu besar. Terutama bagi pegiat seni sekaligus penari yang cukup bersinar, Nudiandra Sarasvati. 

Sudah menari sejak usia 5 tahun, perempuan yang akrab disapa Nudi ini punya keinginan untuk menari sampai tubuhnya tak lagi dapat menari. Berikut kisah Nudiandra Sarasvati, mulai dari awal kariernya, alami diskriminasi, hingga menjadi pembuat karya.

1. Lahir di keluarga berdarah seni

Nudiandra Sarasvati, Bebaskan Diri dengan Tari Kontemporer

Wardrobe: dress dan bodysuit Rama Dauhan, cincin dan anting Ruang Gelap Jiwa, Bangles milik stylist

Nudiandra Sarasvati atau yang dikenal dengan Nudi Sarasvati lahir pada 26 November 1993. Ia memiliki satu adik laki-laki yang 3 tahun lebih muda darinya. Darah seni dalam dirinya ternyata diturunkan oleh ayah dan ibunya. 

Kedua orangtua Nudi bekerja di dunia seni. Ibunya adalah seorang penyanyi seriosa dengan suara yang indah. Di sisi lain, ayah Nudi adalah sound engineer. Lahir dan besar di keluarga yang dekat dengan seni membuatnya sangat akrab dengan seni. 

2. Dari balet ke Swiss

Nudi kecil merupakan anak yang tak bisa diam. Sejak usia 5 tahun, ia sudah mulai menari. Awalnya, ia masuk ke dunia balet sejak usia balita dan dilanjutkan sampai ia SMA. Kecintaan Nudi pada balet ternyata karena diperkenalkan oleh ibunya. Sang ibunda memperlihatkannya sebuah video pementasan balet, “Nutcracker”. Sejak saat itulah, ia jatuh cinta dengan balet.

“Jadi, dulu itu aku kalau makan tuh nggak bisa diam sebenarnya. Terus satu-satunya yang bisa bikin aku diam adalah menonton video VCR mamaku. Dulu mamaku punya video VCR dan Mama suka beli pementasan balet yang di dalam situ ada satu pementasan namanya Nutcracker dan aku jatuh cinta. 

Jadi, semenjak itu kayaknya umur 2 atau 3 tahun gitu, aku mau balet. Nah, dari situ aku akhirnya mau dimasukkan ke sebuah sanggar. Mamaku juga dekat dengan almarhum Ibu Farida yang dulu bersekolah di Rusia. 

Namun, karena aku masih terlalu kecil, sekitar umur 3 tahun, maka nggak bisa. Coba balik lagi mungkin 1 atau 2 tahun. Setelah 1,5 tahun kemudian aku ikut kursus balet hingga SMA,” cerita Nudi kepada Popbela.

Usai lulus SMA, ia hanya menghabiskan satu tahun setelahnya untuk menari. Nudi mengikuti beberapa kursus, mulai dari kursus bahasa, pilates, gimnastik, hingga tari tradisi. 

Di tahun selanjutnya, Nudi memilih untuk ikut audisi untuk sekolah di luar negeri. Ia pun diterima di sebuah sekolah tari ballet di Swiss yang bernama École-Atelier Rudra Béjart Lausanne. Sekolah tari tersebut merupakan salah satu sekolah tari bergengsi yang didirikan oleh seorang koreografer ternama di Prancis, Maurice Béjart.

Nudi bersekolah selama 3 tahun dari tahun 2012 sampai tahun 2015. Setelah bersekolah di luar negeri, ia pun memutuskan kembali ke Indonesia untuk bekerja di tanah kelahirannya. 

  • Share Artikel

TOPIC

trending

Trending

This week's horoscope

horoscopes

... read more

See more horoscopes here