Hujan yang mengguyur kawasan Senayan, Jakarta Selatan pada Jumat, 17 Januari 2025 sore tak menyurutkan semangat saya untuk datang ke Indonesia Arena. Sesaat setelah hujan deras reda, saya langsung menuju venue karena tak sabar ingin segera menyaksikan penampilan enam musisi perempuan terbaik Tanah Air dalam konser SUPER DIVA.
Sejak pukul 17.00 WIB, walau gerimis masih mengguyur, para penonton sudah memadati lokasi konser. Dengan perasaan excited yang sama, saya menunggu konser dimulai sembari menggumamkan lagu-lagu favorit dari para musisi yang akan tampil malam ini.
Terperangah dengan bentuk panggung yang tak lazim
Tepat pukul 19.30 WIB, pintu menuju stage dibuka. Dengan teratur, penonton masuk demi satu mencari tempat duduk mereka berdasarkan nomor yang sudah tertera di tiket. Saya menjadi salah satu yang tak sabar untuk segera masuk karena penasaran seperti apa bentuk panggung 360 derajat yang dijanjikan oleh Jay Subiakto (penata artistik konser ini) akan memberikan pengalaman dan visual yang belum pernah ada di konser mana pun.
Benar saja, sejak pertama mata saya tertuju pada panggung yang megah, saya terperangah dengan bentuknya. Benar apa yang Jay Subiakto bilang bahwa ini adalah bentuk panggung visual konser yang belum pernah ada sebelumnya. Jika biasanya panggung dengan konsep 360 derajat akan berbentuk lingkaran atau segi empat untuk memberikan atensi yang sama besarnya kepada penonton di berbagai sisi, panggung ini justru berbentuk persegi panjang.
Beruntung saya mendapatkan posisi menonton di sisi panggung yang panjang. Bagaimana jika saya mendapatkan posisi penonton di ujung (sisi yang pendek dari panggung)? Bukankah atensi penyanyi ke penonton jadi tidak adil karena penonton dari sisi yang pendek mendapatkan jarak pandang ke penyanyi yang lebih terbatas?
Pertanyaan saya tak berhenti sampai di situ. Panggung berbentuk persegi panjang dengan dua level di atasnya, lengkap dengan jalan menanjak untuk menuju bagian atasnya, membuat saya berpikir bagaimana cara para penyanyi tampil di atasnya nanti? Apakah mereka tidak kesulitan untuk menuju leveling panggung paling atas saat menyanyi nanti?
Menggebrak sejak lagu pertama
Entah apa alasannya, konser yang seharusnya mulai pada 19.30 WIB, terpaksa mundur tiga puluh menit. Pukul 20.00 WIB, konser dimulai dengan masuknya para pemain orkestra, hingga para bintang yang ditunggu, Kris Dayanti, Ruth Sahanaya, Titi DJ, Lyodra Ginting, Tiara Andini, dan Ziva Magnolya, hadir menggunakan kain penutup yang diiringi oleh para penari latar.
Penampilan mereka dimulai dengan medley akapela dari para penyanyi yang membawakan lagu hits masing-masing. Mulai dari Lyodra yang membawakan "Pesan Terakhir", Tiara dengan "Janji Setia", Ziva "Pilihan Terbaik", Kris Dayanti "Yang Kumau", Ruth Sahanaya "Ingin Kumiliki", serta Titi DJ dengan "Bahasa Kalbu".
Sejak lirik pertama meluncur dari suara mereka, rasa merinding menyergap karena masing-masing dari para penyanyi memberikan penampilan terbaik mereka dan kualitas vokal yang prima. Penonton pun tak segan memberikan tepuk tangan yang meriah walau ini baru pembukaan.
Pembuktian bahwa Super Girls adalah penerus 3 DIVA
Bisa dibilang ini adalah kali pertama saya menyaksikan konser dengan para penyanyi yang semuanya powerful. Konser ini menjadi pertunjukan dan kolaborasi besar pertama bagi Lyodra-Tiara-Ziva di tahun 2025, serta ajang reuni bagi Kris Dayanti-Ruth Sahanaya-Titi DJ setelah konser pertama mereka pada tahun 2006 lalu sebagai 3 DIVA.
Mempertemukan dua generasi penyanyi berbeda, konser ini menjadi ajang nostalgia sekaligus memperkenalkan musisi baru yang yang secara tak langsung 'ditasbihkan' seolah sebagai para penerus musisi sebelumnya. Melihat penampilan mereka malam itu, masing-masing ternyata memiliki karakter yang hampir mirip, sehingga tak heran jika Lyodra-Tiara-Ziva disebut-sebut sebagai The New 3 DIVA.
Coba saja perhatikan bagaimana miripnya Ziva dengan Ruth Sahanaya yang sama-sama bertubuh mungil, ceria, dan supel saat di atas panggung; atau perhatikan Tiara dan Titi DJ yang ternyata sama-sama memiliki nama panggilan Titi, serta sama-sama memiliki warna vokal yang kuat; dan jangan lupakan Lyodra-Kris Dayanti yang sama-sama anggun, dan begitu menguasai panggung dengan penampilan mereka yang terkadang spontan mengundang gelak tawa.
Untuk membuktikan 'kemiripan' mereka itu, masing-masing pasangan (sesuai yang saya sebutkan sebelumnya) berduet membawakan lagu-lagu hits mereka. Ziva dan Ruth Sahanaya membawakan lagu "Sampai Kapan" dan "Tak Kuduga". Dilanjutkan dengan Duo Titi alias Tiara dan Titi DJ, membawakan lagu "365" dan "Bahasa Kalbu". Serta duo terakhir, Lyodra dan Kris Dayanti membawakan lagu "Menghitung Hari" dan "Tak Dianggap".
Dengan vokal masing-masing yang powerful membuat lagu tersebut terasa lebih fresh karena dibawakan secara duet.
Harmonisasi enam lagu sebagai klimaks dari konser malam itu
Sepanjang konser, puluhan lagu hits dari masing-masing penyanyi dibawakan, baik secara solo, duet, trio, hingga bersama seluruh penyanyi. Puncaknya (dan ini membuat saya merinding saat mendengarnya) adalah harmonisasi enam lagu sekaligus di saat yang sama. Membawakan enam lagu dengan teknik harmonisasi di satu waktu yang sama menandai klimaks dari konser malam itu.
Bagaimana tidak terpukau, dengan kualitas vokal yang tak main-main, kamu akan diperdengarkan enam lagu secara bersamaan. Apakah kamu pernah terpikirkan bahwa lagu "Janji Setia" milik Tiara, "Tak Selalu Memiliki" Lyodra, "Pilihan yang Terbaik" Ziva, "Jangan Berhenti Mencintaiku" Titi DJ, "Cobalah untuk Setia" Kris Dayanti, dan "Ingin Kumiliki" Ruth Sahanaya dibawakan secara bersamaan?
Alih-alih chaos karena enam lirik berbeda dinyanyikan bersamaan, kamu malah akan mendengar harmoni lagu yang tak pernah kamu dengar sebelumnya. Indah, tapi juga masing-masing memiliki karakter kuat yang satu sama lain saling mengisi. Jika penasaran, kamu bisa mendengarnya di video di atas.
Sedikit kecewa dengan tata letak panggung, terpuaskan dengan suara indah Sang Dewi
Secara keseluruhan, saya sangat puas bisa menjadi saksi kembalinya 3 DIVA dan tiga Diva muda Indonesia pada konser malam itu. Meski kecewa dengan tata letak panggungnya yang membuat pandangan ke arah para penyanyi terbatas, rasa kecewa tersebut terobati dengan penampilan para penyanyi yang maksimal.
Energi yang mereka keluarkan selama konser berdurasi sekitar dua jam tersebut, serta kualitas vokal yang tak main-main membuat keenamnya pantas disebut sebagai Sang Diva. Berbalut kostum panggung berwarna merah, para penyanyi membuat lagu "Sang Dewi" terasa begitu megah dan membuat saya sedikit melupakan kekecewaan soal panggung tersebut.
Konser pada malam tersebut adalah awal dari lahirnya kolaborasi besar dari para musisi terbaik Tanah Air. Setelah konser megah yang membuat saya terpesona tersebut, kira-kira akan ada kolaborasi apa lagi, ya, dari mereka di tahun-tahun mendatang?