Menghitung hari menuju akhir tahun 2024, Sony masih menghadirkan film untuk menemani liburan akhir tahun. Sayangnya, film yang digadang-gadang bisa mendongkrak popularitas dan rating dari semesta sebelumnya, malah berakhir sebaliknya. Kraven The Hunter, tak mampu menaikkan rating dan keuntungan besar di hari pertama rilisnya. Film dari Sony’s Universe ini harus puas dengan rating hanya 14%. Apakah ini pertanda bahwa Sony tak lagi mampu memproduksi film superhero?
Sinopsis: kisah lahirnya Sang Pemburu paling mematikan di dunia
Sergei Kravinoff (Aaron Taylor-Johnson) tak menyangka hidupnya akan berubah begitu drastis hanya dalam waktu satu malam. Saat ia dinyatakan meninggal dunia selama 12 menit, Sergei beruntung dapat hidup kembali berkat ramuan tradisional turun-temurun milik keluarga Calypso Ezili (Ariana DeBose).
Karena kesempatan keduanya ini, Sergei bertekad untuk mengabdikan hidupnya kepada alam semesta. Dengan kemampuan supernya, ia mencoba melindungi hutan, serta binatang buas dari buruan para pemburu kejam yang hanya mencari keuntungan semata.
Namun, misinya tak hanya sampai situ. Sergei dihadapkan dengan masalah yang lebih serius dan besar. Ia pun bersiap memburu siapa saja yang berani menindas mereka yang lemah. Di sisi lain, masalahnya dengan ayah kandungnya, Nikolai Kravinoff (Russell Crowe) juga tak kunjung usai.
Bisakah Sergei yang kini menamani dirinya sebagai Kraven, mengatasi semua masalah yang datang dalam satu waktu yang sama?
Penampilan maksimal Aaron Taylor-Johnson tak mampu mendongkrak rating
Dari keseluruhan film, tentu penampilan Aaron Taylor-Johnson menarik perhatian penonton. Bukan hanya karena mendapat porsi terbanyak karena ia mendapat kehormatan sebagai tokoh utama, Aaron dinilai mampu menghidupkan karakter Kraven yang kharismatik dan mematikan di saat yang sama.
Sayangnya, penampilan Aaron yang maksimal tak mampu mendongkrak rating. Dengan jalan cerita yang seolah melompat-lompat dan pace terlalu cepat, membuat film ini banjir kritik. Bahkan, Rotten Tomato hanya memberikan 14% rating untuk keseluruhan film.
Terlalu cepat dibuatkan film solo?
Salah satu alasan mengapa Kraven The Hunter tak mampu meraup jumlah penonton yang diinginkan di hari pertama penayangan adalah tokoh superhero satu ini terlalu cepat dibuatkan film solo. Alih-alih memperkenalkannya lebih dulu melalui film sebelumnya, Sony dengan percaya diri langsung membuat film solo tentang sang pemburu.
Berbeda dengan Venom dan Spider-Man yang memang sudah memiliki basis fans yang besar, di Indonesia basis fans Kraven tidaklah cukup besar. Meski konten promosinya telah diunggah sejak awal tahun, hal ini ternyata tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah penontonnya.
Pemilihan tokoh yang kurang pas untuk debut di film solo
Kraven the Hunter adalah karakter anti-hero yang dikenal sebagai salah satu musuh Spider-Man dalam komik Marvel. Kekuatan cerita Kraven terletak pada obsesinya untuk memburu Spider-Man sebagai "mangsa terbesar”, terutama dalam kisah terkenal Kraven's Last Hunt. Namun, dalam film solo, Kraven dipisahkan dari konteks ini dan harus berdiri sendiri tanpa keterhubungan langsung dengan Spider-Man.
Akibatnya, karakter Kraven kehilangan kedalaman emosional dan motivasi utama yang membuatnya menarik dalam komik. Hal ini menyebabkan cerita terasa lemah, dengan narasi yang kurang mendukung dan tidak mampu menggali potensi karakter Kraven sepenuhnya. Penonton yang sudah familiar dengan versi komiknya merasa kecewa karena Kraven versi film tampak tidak memiliki relevansi yang kuat atau konflik yang menarik.
Terlepas dari itu semua, Kraven The Hunter masih layak untuk ditonton. Terlebih di tengah gempuran film liburan yang sarat akan film keluarga.