Review ‘JESEDEF’: Karena Cinta Bisa Datang Kapan Saja Tanpa Kadaluarsa

Kisah romantis dengan penceritaan yang unik

Review ‘JESEDEF’: Karena Cinta Bisa Datang Kapan Saja Tanpa Kadaluarsa

Follow Popbela untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Whatsapp Channel & Google News

Memang, sih, jatuh cinta saat remaja itu berjuta rasanya. Manis, seru, dan rasa deg-degannya begitu terasa. Terlebih lagi, ini adalah pengalaman pertama yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Tapi, bagaimana dengan kisah cinta orang dewasa yang usianya menginjak kepala empat dan bukan kali pertama mereka merasakannya?

Apakah kisah itu membosankan? Apakah rasa deg-degannya hilang? Atau apakah sudah tak pantas lagi merasakan atmosfir berbunga-bunga seperti saat pertama kali bertemu?

Sinopsis: Cinta akan datang di waktu yang tepat

Review ‘JESEDEF’: Karena Cinta Bisa Datang Kapan Saja Tanpa Kadaluarsa

Jatuh Cinta Seperti di Film-Film sepertinya menjawab semua pertanyaan yang saya ajukan di prolog. Melalui proses penceritaannya yang unik, kita akan dibawa menelusuri kisah cinta dua orang dewasa dengan segala lika-likunya. Sebelum membahas soal alur dan penceritaannya, kita simak dulu sinopsis Jatuh Cinta Seperti di Film-Film ini.

Jatuh Cinta Seperti di Film-Film (JESEDEF) bercerita tentang Bagus (Ringgo Agus Rahman), seorang penulis film dengan tekad bulat untuk menyampaikan perasaannya kepada temannya sejak SMA, Hana (Nirina Zubir), saat mengetahui ia baru saja menjanda pasca meninggalnya sang suami. Namun, Bagus tidak melakukan itu dengan cara biasa; ia memilih untuk merangkai cinta dalam bentuk skenario film. 

Di sisi lain, film ini juga menggambarkan sisi dunia Hana yang kehilangan warna saat ia harus kehilangan pasangan hidup yang sangat ia cintai. Kembalinya Bagus dalam kehidupan Hana yang tengah berduka, menjadi sebuah kesempatan untuk memulai lembaran baru bersama.

Akankah keduanya bisa bersama? Apakah Bagus bisa menyelesaikan skenario filmnya?

Penceritaan yang brilian dan membawa kita hanyut ke dalam suasana

Apakah kamu bisa menyebutkan berapa jumlah film baru yang menggunakan konsep hitam putih saat ini? Jawabannya mungkin sangat sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali. JESEDEF menggunakan konsep tersebut dalam menceritakan kisah cinta Bagus dan Hana. Namun, Yandy Laurens–sutradara dan penulis skenario–menggunakan konsep itu bukan tanpa alasan.

Alasan Yandy menggunakan hitam-putih sebagai konsep film ini adalah menggambarkan suasana hati Hana yang tengah berduka. Pasca meninggalnya sang suami, Hana berpikir bahwa hidupnya tak akan pernah bahagia lagi dan tak akan pernah berwarna lagi. Hitam-putih pada layar seolah mengajak penonton untuk merasakan hal itu juga. 

Konsep penceritaan ini tentu brilian dan menjadi pembeda di antara film-film lainnya yang tengah tayang di bioskop saat ini. Film yang sederhana dengan penggambaran yang terkesan monoton karena hitam putih, justru membuat penonton hanyut dalam kisahnya.

  • Share Artikel

TOPIC

trending

Trending

This week's horoscope

horoscopes

... read more

See more horoscopes here