Review ‘Budi Pekerti’: Satu Lagi Karya Cerdas dari Wregas

Memaknai kembali budi pekerti melalui kisah yang hangat

Review ‘Budi Pekerti’: Satu Lagi Karya Cerdas dari Wregas

Follow Popbela untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Whatsapp Channel & Google News

Media sosial kini menjadi pisau bermata dua. Di satu sisi, kita bisa mendapat banyak keuntungan, salah satunya menjadi tempat bertahan sementara di masa pandemi kemarin. Namun, di sisi lain, melalui media sosial pula, hidup kita bisa berubah seratus delapan puluh derajat. Entah itu ke arah yang baik, atau malah sebaliknya. 

Keluarga sederhana Pak Didit (Dwi Sasono) salah satu buktinya. Hidup mereka yang tenang, berubah porak poranda dalam satu malam karena media sosial. Ada apa sebenarnya? Dan bagaimana mereka mengatasinya?

Sinopsis: ketika hal yang salah menjadi sebuah kebenaran karena banyak yang menyuarakannya

Review ‘Budi Pekerti’: Satu Lagi Karya Cerdas dari Wregas

Prani Siswoyo (Sha Ine Febriyanti) tak menyangka kedatangannya ke pasar untuk membeli kue putu Bu Rahayu malah membuatnya viral di media sosial. Viralnya Prani bukan tanpa alasan. Antrian yang panjang dan cukup membuat dirinya lelah, telah memicu sedikit emosi terhadap seorang pria yang diduga akan menyerobot antriannya.

Merasa permasalahannya telah selesai saat meninggalkan pasar, Prani melanjutkan hidupnya seperti biasa. Namun, dugaannya ternyata salah. Masalah baru saja dimulai. Potongan video Prani saat marah-marah di pasar langsung viral dalam waktu satu malam. Muklas (Angga Aldi Yunanda) dan Tita (Prilly Latuconsina) sebagai anak Prani berusaha sebisa mungkin menyelesaikan masalah tersebut dengan caranya masing-masing.

Sementara itu, di sisi lain, ketiganya bukan cuma harus menyelesaikan kasus Prani yang viral. Tapi juga, menjaga kesehatan mental Pak Didit yang tengah diterpa depresi.

Satu lagi karya cerdas dari Wregas

Setelah bersinar dengan Penyalin Cahaya di tahun lalu, Wregas Bhatuneja kembali memeriahkan panggung perak melalui karya terbarunya Budi Pekerti. Kisah yang dibawa oleh film ini sebenarnya sederhana: bermedia sosial dengan baik dan tetap tidak menghakimi sebelum mengetahui kebenaran yang sesungguhnya. Meski sederhana, melalui berbagai simbol dan semiotika di sepanjang filmnya membuat Budi Pekerti menjadi film yang kaya dengan misi yang mulia.

Pemikiran cerdas dari Wregas yang dapat kita saksikan dalam film ini terlihat dari berbagai simbol yang terserak di sepanjang film. Ini membuktikan bahwa benar adanya jika naskah yang ditulis benar-benar dipikirkan secara matang, pun dengan makna yang membersamainya.

Misalnya saja pemilihan masker duck bill berwarna kuning yang dipakai sepanjang film, menggambarkan paruh burung yang tak pernah berhenti mencuit. Artinya, sebagai manusia kita akan selalu memiliki topik yang dibicarakan sepanjang hidup dan tak akan berhenti bak burung yang selalu bercuit. Lalu, ada pula ring light yang selalu muncul di sepanjang film bahkan di poster film itu sendiri. Ring light ini menggambarkan hantu yang selalu mengikuti keluarga Prani dan Didit kemana pun mereka pergi.

Simbol-simbol dan semiotika inilah yang membuat saya merasa tak cukup untuk menyaksikan film ini hanya satu kali. Sebab, ada detail yang harus diulik kembali setelah menonton agar tercipta rasa puas pasca menikmati film tersebut.

  • Share Artikel

TOPIC

trending

Trending

This week's horoscope

horoscopes

... read more

See more horoscopes here