Review ‘A Haunting in Venice’: Hantu Benar Ada atau Khayalan Semata?

Jawaban rasional Hercule Poirot bisa jadi referensi kamu

Review ‘A Haunting in Venice’: Hantu Benar Ada atau Khayalan Semata?

Follow Popbela untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Whatsapp Channel & Google News

Banyak yang percaya kalau dunia supranatural dan dunia manusia hidup berdampingan di muka Bumi ini. Makhluk yang ada di masing-masing dunia itu pun menjalani kehidupan tersendiri dengan damai tanpa saling mengganggu. Namun, dua dunia itu juga bisa saling berselisih jika salah satu dari mereka melewati garis pembatas yang ditetapkan. Perselisihan baru akan berhenti apabila dendam yang mereka rasakan telah terbayar dengan tuntas.

Di samping mereka yang percaya, ada pula yang sama sekali tidak mempercayai keberadaan ‘mereka’. Salah satunya Hercule Poirot (Kenneth Branagh). Detektif itu selalu berpikir jika semua hal di dunia ini bisa dijelaskan secara rasional. Termasuk saat ia diajak untuk berkunjung ke sebuah palazzo terkutuk yang di dalamnya sering terjadi hal-hal yang tak bisa diterima akal sehat. 

Pemikiran Poirot membuat saya ikut merasa sangsi, apakah sebenarnya hantu itu betulan ada? Atau itu hanya khayalan seseorang semata?

Sinopsis: kembalinya Sang Detektif pasca Perang Dunia II

Review ‘A Haunting in Venice’: Hantu Benar Ada atau Khayalan Semata?

Pasca Perang Dunia II, Poirot memutuskan untuk tinggal di Venesia. Perang yang berkepanjangan membuatnya kehilangan kepercayaan terhadap umat manusia dan berhenti membantu orang lain untuk mengungkap kasus-kasus rumit. Ia pun memulai kehidupan baru yang terbilang cukup monoton. Yakni, berkebun, menunggu pengiriman kue yang datang dua kali sehari, dan sesekali pergi ke kota untuk berbelanja.

Suatu hari, tepat di malam Halloween, Poirot kedatangan teman lamanya, Ariadne Oliver (Tina Fey), sang novelis terkenal. Dalam kunjungannya kali ini, Ariadne mengajak Poirot untuk menyaksikan ritual pemanggilan arwah, sekaligus membantunya membuktikan jika ritual tersebut tidaklah nyata dan hanya bualan dukun yang ingin mencari keuntungan semata.

Meski enggan, Poirot akhirnya mengakui jika ia tertarik untuk ikut dan menelisik kejadian apa yang sebenarnya terjadi di palazzo milik mantan penyanyi opera terkenal Rowena Drake (Kelly Reilly). Nahas, pada malam Halloween itu, seorang tamu terbunuh dan semua orang di palazzo itu dianggap tersangka karena sekali lagi, pembunuhan itu terjadi di ruang tertutup.

Jadi, siapa pembunuh tamu Rowena Drake di malam Halloween itu? Apakah benar arwah yang marah adalah pembunuhnya?

Penggabungan misteri dan horor yang menghasilkan tontonan menegangkan sepanjang film

Film dengan genre horor saja sudah bisa memacu adrenalin yang bikin kamu tak bisa tidur. Apalagi jika genre ini kemudian digabung dengan genre misteri? Tentu ketegangannya bisa bertambah hingga dua kali lipat.

A Haunting in Venice merupakan hasil terbaik dari dua genre yang diramu menjadi satu. Sebab, untuk kamu yang menyukai genre horor dengan segala adegan-adegan di luar nalarnya, dalam film ini kamu dipaksa untuk berpikir rasional. Untuk penonton penakut seperti saya, kehadiran Poirot memberikan kekuatan untuk nggak menutup mata di setiap scene yang kira-kira akan memunculkan jump scare

Alasannya, Poirot yang tak percaya adanya hantu (bahkan ia tak percaya Tuhan juga) selalu memberikan penjelasan masuk akal bahwa semua hal yang terjadi di rumah itu adalah perbuatan manusia yang memendam perasaan dendam. Tapi, penjelasan Poirot ini kemudian dipatahkan lagi dengan hadirnya adegan-adegan di luar nalar yang semakin membuat penonton bingung. 

Tenang saja, semua akan terjawab di akhir film. Jadi, perhatikan filmnya sedetail mungkin, ya, Bela.

  • Share Artikel

TOPIC

trending

Trending

This week's horoscope

horoscopes

... read more

See more horoscopes here