15 Puisi Hari Pahlawan 10 November yang Penuh Makna

Baca dan resapi puisi berikut ini!

15 Puisi Hari Pahlawan 10 November yang Penuh Makna

Follow Popbela untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Whatsapp Channel & Google News

Tanggal 10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan. Di momen ini, kita semua perlu mengenang jasa para pahlawan yang telah berjuang jiwa dan raga untuk kemerdekaan Indonesia. 

Salah satu cara untuk mengenang jasa para pahlawan adalah dengan membaca dan memaknai puisi tentang pahlawan. Selain bisa mengenang jasa-jasa mereka, puisi Hari Pahlawan juga akan menumbuhkan jiwa patriotisme dalam diri kita. 

Puisi-puisi di bawah ini ditulis oleh para penyair sebagai pengingat bahwa kemerdekaan yang kita rasakan sekarang adalah berkat Tuhan Yang Maha Esa dan perjuangan para pahlawan di masa lampau.

Untuk kembali mengenang perjuangan para pahlawan, berikut 15 puisi yang dirangkum oleh Popbela.com.

1. Puisi Hari Pahlawan tentang perjuangan

15 Puisi Hari Pahlawan 10 November yang Penuh Makna

Untuk mencapai kemerdekaan, para pahlawan rela mempertaruhkan nyawanya sampai titik darah penghabisan. Dengan seluruh jiwa dan raga, mereka terus maju tidak ada kata berhenti untuk berjuang.

Berikut adalah beberapa puisi Hari Pahlawan tentang perjuangan. 

  1. Diponegoro
    Karya: Chairil Anwar

    Di masa pembangunan ini
    Tuan hidup kembali
    Dan bara kagum menjadi api
    Di depan sekali tuan menanti
    Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali
    Pedang di kanan, keris di kiri
    Berselempang semangat yang tak bisa mati
    Maju

    Ini barisan tak bergenderang-berpalu
    Kepercayaan tanda menyerbu
    Sekali berarti
    Sudah itu mati
    Maju

    Bagimu negeri
    Menyediakan api
    Punah di atas menghamba
    Binasa di atas ditindas
    Sungguhpun dalam ajal baru tercapai
    Jika hidup harus merasai
    Maju
    Serbu
    Serang
    Terjang

  2. Sebuah Jaket Berlumur Darah
    Karya: Taufiq Ismail

    Sebuah jaket berlumur darah
    Kami semua telah menatapmu
    Telah pergi duka yang agung
    Dalam kepedihan bertahun-tahun.

    Sebuah sungai membatasi kita
    Di bawah terik matahari Jakarta
    Antara kebebasan dan penindasan
    Berlapis senjata dan sangkur baja

    Akan mundurkah kita sekarang
    Seraya mengucapkan ’Selamat tinggal perjuangan’
    Berikrar setia kepada tirani
    Dan mengenakan baju kebesaran sang pelayan?

    Spanduk kumal itu, ya spanduk itu
    Kami semua telah menatapmu
    Dan di atas bangunan-bangunan
    Menunduk bendera setengah tiang.

    Pesan itu telah sampai kemana-mana
    Melalui kendaraan yang melintas
    Abang-abang beca, kuli-kuli pelabuhan
    Teriakan-teriakan di atas bis kota, pawai-pawai perkasa

    Prosesi jenazah ke pemakaman
    Mereka berkata
    Semuanya berkata
    Lanjutkan Perjuangan!

  3. Dongeng Pahlawan
    Karya: W.S. Rendra

    Pahlawan telah berperang dengan panji-panji
    Berkuda terbang dan menangkan putri
    Pahlawan kita adalah lembu jantan
    Melindungi padang dan kaum perempuan.

    Pahlawan melangkah dengan baju-baju sutra
    Malam tiba, angin tiba, ia pun tiba pula
    Adikku lanang, senyumlah bila bangun pagi-pagi
    Karna pahlawan telah berkunjung di tiap hati

2. Puisi Hari Pahlawan yang penuh makna

Perjuangan para pahlawan tersebut tentu bisa kita maknai lebih mendalam. Jika mereka berjuang melawan para penjajah, kini kita juga berjuang untuk memajukan bangsa Indonesia.

Supaya bisa lebih memaknai perjuangan, bacalah puisi di bawah ini. 

  1. Putra-Putra Ibu Pertiwi
    Karya: Mustofa Bisri 

    Bagai wanita yang tak ber-ka-be saja
    Ibu pertiwi terus melahirkan putra-putranya
    Pahlawan-pahlawan bangsa
    Dan patriot-patriot negara
    (Bunga-bunga kalian mengenalnya
    Atau hanya mencium semerbaknya)

    Ada yang gugur gagah dalam gigih perlawanan
    Merebut dan mempertahankan kemerdekaan
    (Beberapa kuntum dipetik bidadari sambil senyum
    Membawanya ke sorga tinggalkan harum)

    Ada yang mujur menyaksikan hasil perjuangan
    Tapi malang tak tahan godaan jadi bajingan
    (Beberapa kelopak bunga di tenung angin kala
    Berubah jadi duri-duri mala)

    Bagai wanita yang tak ber-ka-be saja
    Ibu pertiwi terus melahirkan putra-putranya
    Pahlawan-pahlawan dan bajingan-bajingan bangsa
    (di tamansari bunga-bunga dan duri-duri
    Sama-sama diasuh mentari)

    Anehnya yang mati tak takut mati justru abadi
    Yang hidup senang hidup kehilangan jiwa
    (mentari tertawa sedih memandang pedih
    Duri-duri yang membuat bunga-bunga tersisih)

  2. Lagu Seorang Geriliya
    Karya: W.S. Rendra

    Engkau melayang jauh, kekasihku
    Engkau mandi cahaya matahari

    Aku di sini memandangmu,
    menyandang senapan, berbendera pusaka

    Di antara pohon-pohon pisang di kampung kita yang berdebu,
    Engkau berkudung selendang katun di kepalamu

    Engkau menjadi suatu keindahan

    Sementara dari jauh
    Resimen tank penindas terdengar menderu
    Malam bermandi cahaya matahari
    Kehijauan menyelimuti medan perang yang membara

    Di dalam hujan tembakan mortir, kekasihku
    Engkau menjadi pelangi yang agung dan syahdu

    Peluruku habis
    Dan darah muncrat dari dadaku
    Maka di saat seperti itu
    Kamu menyanyikan lagu-lagu perjuangan
    Bersama kakek-kakekku yang telah gugur
    Di dalam berjuang membela rakyat jelata

  3. Catatan di Pojok Taman
    Karya: Ahmadun Yosi Herfanda

    Kepada pahlawan tak dikenal

    Kini kau berlayar sendirian
    Di lautan kelam tanpa karang
    Menuju pelabuhan seberang
    Untuk tidur di pangkuan tuhan

    (sebutir peluru telah merenggut jantungmu
    Ketika kau nekat melindungiku
    Dalam penyerbuan ke benteng itu
    Di pangkuanku kau tinggalkan jasadmu
    Sebelum sempat kau sebut namamu
    Asal dan induk pasukanmu
    Kecuali seberkas senyum keikhlasan)

    Lukamu kini tak dapat kuraba lagi
    Karena dagingmu telah kembali ke asal
    Tinggal cahaya putih cintamu
    Membekas dalam di kalbu

  • Share Artikel

TOPIC

trending

Trending

This week's horoscope

horoscopes

... read more

See more horoscopes here