[EKSKLUSIF] Kedewasan Akting Ari Irham di 'Rego Nyowo'

Ari Irham menunjukkan kedewasaan aktingnya dalam film horor Rego Nyowo
Ia memerankan karakter Benhur yang mengalami transformasi emosional drastis
Proses syuting film ini penuh tantangan, baik secara emosional maupun fisik
Ari Irham kembali menunjukkan kedewasaan aktingnya dalam film horor terbaru Rego Nyowo, sebuah adaptasi dari thread viral yang mengangkat kisah kosan berdarah. Memerankan karakter Benhur, Ari ditantang untuk menampilkan sisi kompleks seorang kakak yang awalnya skeptis tapi berakhir menjadi pelindung utama.
Dalam wawancara eksklusif bersama POPBELA, Ari membagikan pengalaman mendalamnya selama proses syuting yang penuh tantangan, baik secara emosional maupun fisik. Bagaimana kisahnya? Simak selengkapnya di artikel berikut ini.
Sosok Benhur di mata Ari Irham

Dalam thread-nya, Benhur (Ari Irham) digambarkan sebagai karakter yang keras kepala, egois, dan penuh keraguan terhadap adiknya sendiri, Lena (Sandrinna Michelle). Bagi Ari, ini adalah tantangan tersendiri karena ia harus membangun chemistry kakak-adik yang kuat, sambil mempertahankan jarak emosional di awal cerita. "Di awal, dia tuh benar-benar nggak percaya sama Lena," ujarnya.
Namun seiring cerita berkembang, Benhur mengalami transformasi emosional yang drastis. Setelah mengalami sendiri kengerian yang dirasakan Lena, ia mulai menyadari bahwa sebagai anak sulung, dirinya memiliki tanggung jawab lebih. "Akhirnya dia merasa bahwa dia yang paling tua dan harus melindungi semua yang ada di sana," kata Ari.
Melalui proses pendalaman karakter ini, Ari mengaku banyak belajar tentang empati dan kepemimpinan. Ia tidak hanya memainkan peran, tapi juga menyelami bagaimana trauma bisa mengubah seseorang secara drastis, mulai dari penyangkal menjadi pelindung.
Proses reading yang nggak hanya menghafal dialog, tapi juga mengembangkan karakter

Bagi Ari, proses reading bukan hanya soal menghafal dialog. Ia menyebut momen reading sebagai saat-saat paling krusial dalam membentuk karakter. "Kami itu reading sambil ngobrol, seru-seruan, tapi juga sambil mendalami karakter masing-masing," katanya.
Uniknya, selama proses reading, thread asli dari cerita belum selesai ditulis. Hal itu justru membuat para pemain penasaran dan aktif mencari perspektif dari karakter-karakter yang mereka mainkan. "Kami pengen tahu: ini karakter benar-benar dari thread-nya atau ada improvisasi dari skenario?" ujar Ari dengan antusias.
Ari juga terlibat dalam workshop fisik yang cukup intens. Ia bahkan mengingat bagaimana dirinya harus belajar berjalan dengan teknik tertentu agar membedakan antara dirinya dan karakter Benhur. "Dari hal yang paling simpel aja. Misalnya, kalau cara berjalan Ari itu kan tumit duluan, tapi kalau Benhur jari duluan. Itu detail yang penting banget," ceritanya.
Tantangan fisik dengan lokasi syuting yang nggak biasa

Salah satu lokasi paling menyeramkan menurut Ari adalah kebun pisang di Pandalarang. Dengan luas yang hektaran dan akses jalan yang sulit, tempat ini menjadi latar dari banyak adegan berat dalam film. "Itu tempatnya bener-bener horor, apalagi waktu hujan," ungkap Ari sambil tertawa.
Tak hanya atmosfer lokasi, tantangan fisik juga menjadi bagian dari perjalanan Ari. Ia mengingat salah satu adegan di mana ia harus diikat selama pengambilan gambar di pagi hari. "Itu triple kill sih. Emotional drain banget. Abis cut, aku langsung cari udara segar," kenangnya.
Meskipun film horor identik dengan tekanan mental, Ari justru merasa beban lebih besar datang dari sisi fisik. "Mental sih nggak terlalu, kita sering main ludo, catur di lokasi. Seru malah. Tapi fisiknya tuh yang berat," tambahnya.
'Rego Nyowo', perpaduan antara horor, budaya, dan anak kos

Bagi Ari, Rego Nyowo bukan hanya film horor biasa. Ceritanya yang berpusat pada kehidupan kosan membuat film ini sangat relevan, terutama bagi anak muda yang pernah merantau. "Aku juga pernah ngekos, jadi langsung ngerasa relate banget sama ceritanya," katanya.
Selain relatable, film ini juga memperlihatkan keberagaman budaya lewat karakter-karakter dari berbagai daerah. "Ada yang dari Solo, Bandung, Bali, Makassar, dan itu semua beneran terasa lewat bahasa dan logatnya," ungkapnya. Hal ini memperkaya lapisan cerita dan memperkuat rasa keterhubungan antar karakter.
Ari berharap keberagaman ini bisa diterima dengan baik oleh penonton. "Semoga kita bisa menyampaikan budaya-budaya itu dengan baik, walaupun kami bukan berasal dari kota-kota karakter kami," tambahnya dengan harapan besar.
Pesan moral di balik teror

Meski dibalut dengan jumpscare dan elemen mistis, Ari melihat Rego Nyowo sebagai film yang menyimpan pesan moral kuat. "Ini bukan cuma tentang setan atau pocong. Ini juga tentang manusia, trauma, dan pilihan moral," tegasnya.
Melalui karakternya, Ari ingin menyampaikan bahwa dalam situasi terberat sekalipun, selalu ada ruang untuk berubah dan memperbaiki diri. "Benhur berubah karena cinta sama adiknya. Itu powerful banget buat aku," katanya.
Ia juga berharap film ini bisa memberikan perspektif baru kepada penonton tentang pentingnya percaya pada orang lain, bahkan ketika logika berkata sebaliknya. "Kadang, rasa percaya itu bisa menyelamatkan kita dari banyak marabahaya," tutupnya.
Lewat peran sebagai Benhur, Ari Irham membuktikan bahwa dirinya semakin matang sebagai aktor. Ia tak hanya menghidupkan karakter, tapi juga menyuarakan pesan yang lebih dalam tentang keluarga, tanggung jawab, dan perubahan.



















